Sebagian besar dendam itu berisi mereka berdua. Dia akan membalas mereka.
"Utututut.....kafkanjing kita ngambek..ih gemes deh ah, pengen tampol." Ejek Sagara.
"Haha...haha..haha.."
"Apa sih anj, sekali lagi kalian ngejek gw, gw aduin lo lo pada ke bang Vano, dasar pantat monyet. Anak tai, gembel."
"Lo kalo main ancem sebutnya si Vano, ngk asik tai." Jengkel Sagara.
"Serah gw lah. Yang penting lo lo pada diem kan...... Hum." Ucap Kafka dan memalingkan wajahnya.
"Tapi kalo di pikir-pikir ni ya, kayaknya bang Vano itu lebih tangguh dari apapun deh. Kalian liat aja yang di ruang guru tadi pagi, Pak iron kampret itu aja ngk bisa marah sama bang Vano." Arka.
"Ettss...belum tentu, siapa tau bang Vano bisa di taklukan sama seseorang." Kafka.
"Gw rasa ngk ada yang bisa naklukin dia.Kita pikir aja yang disekolah ini dulu. Pak iron, kalah sama dia. Si ketos anj itu, juga ngk berkutik didepan bang vano. Ngk ada lagi yang istimewa di sekolah ini yang lebih hebat dari bang vano" Arka.
"Lo jangan ngeremehin orang-orang disekolah ini. Ketua gw sekaligus ketua tim basket sekolah ini, Trus wakil ketua osis, yang punya wajah tersenyum tapi ngk ada yang tau arti dibalik senyumnya itu. Trus para ketua ekskul anak ipa. Mereka semua ngk kalah dingin dan cool dari bang Vano."
"Jadi, menurut lo, mereka lebih hebat dari si Vano gitu." Sagara.
"Ngk lah dodol, dalam hati Gw, dia paling hebat di dunia ini." Kafka menepuk dadanya.
"Maksud gw itu, kita pertemuin satu-satu, trus kita bandingin siapa yang paling the best di antara mereka." Ucapnya dengan penuh ketertarikan. Dia menatap Sagara dan Arka dengan mata penuh ketertarikan.
"Sebenernya ni ya, gw cukup penasaran sama sifat bang Vano yang..emmm...agak tertutup..pendiam...ngk mau ngomong...tapi sekali ngomong ngk ada yang berani bantah." Jelas Kafka.
"Heh.. lo bener, Oke.." ucap mereka berdua secara bersamaan pada Kafka. Mereka juga cukup penasaran. saatnya berubah profesi menjadi Detektif sekolah.
"Oke bes-"
Bruukk
Duaaak
Aawwh
Kafka terduduk di lantai saat seorang pemuda tiba-tiba saja menabraknya, Bahkan minuman yang dibawa pemuda itu tumpah ke baju Kafka.
Mereka berdua terduduk dilantai, dan sudah pasti menjadi pusat perhatian semua orang.
"Lo! Kalo jalan liat-liat sialan." Marah Arka pada pemuda yang menabrak kafka itu.
"M-maaf, g-gw ngk sengaja." Suara gugup bercampur takut dari pemuda itu. Dia dengan panik memungut semua makanan ringan yang berserakan dilantai itu
"Lo Gapapa Kan?" Sagara mengulurkan tangannya pada Kafka.
"Ngk, cuma basah dikit." Mengambil uluran tangan itu. Kafka melihat bajunya yang basah karena jus jeruk. Uggh..dingin dan lengket.
"Lo kalo jalan liat-liat sialan, punya mata kan lo." Arka masih jengkel pada pemuda didepannya itu.
Dia berdiri didepannya, jadi kenapa dia selalu menunduk seperti itu. Jika di mata orang yang lewat, mereka mungkin berpikir Arka yang menindasnya.
Arka sepertinya tidak sadar bahwa dia marah karena pemuda itu menabrak Kafka.
Liat...liat....keharmonisan mereka bertiga, jika tidak ada tumbal, mereka akan saling mengejek satu sama lain, saling menghina atau mengata-ngatai satu sama lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi: RAYANZA OR RYIANZA [END]
Ficção Adolescentetransmigrasi jadi imut ✖️ Transmigrasi seperti mayat hidup ✔️ Ryianza seorang pria dewasa berusia 25 thn Bertransmigrasi kejiwa seorang remaja SMA. Bagaimana sikap ryianza saat mengtahui raga yang ditempatinya memiliki nasib yang tidak jauh berbed...