"Sonra, bisa kau serang naganya dengan sesuatu," ucap Pinova yang masih menahan cakaran dan semburan naga beberapa kali.
Serangan naga tersebut meluluhlantakkan hutan sekitar, namun dengan penghalang milik Pinova, ia masih bisa dengan mudah menghalangi serangannya dengan mengaktifkan kemampuan pada tongkat Renkarna miliknya.
"Sebentar, aku juga sedang mencari senjata yang cocok untuk ini." Sonra nampak lebih panik dibanding Pinova, ia menekan dan menggulir layar skill internetnya.
Ia membuka beberapa laman darkweb yang menjual beberapa senjata amunisi, "Kenapa harganya mahal semua?!"
Sonra menggulir lalu membuka halaman lain, ia membuka dua halaman, ia langsung membuka tiga halaman sekaligus dengan web yang berbeda.
Web pertama memiliki fitur pencarian dimana ia mencari cara untuk mengalahkan naga. Lalu yang kedua adalah web untuk membeli senjata.
Ia pun kembali membuka kamera dimana satunya lagi adalah web streaming miliknya, "Tuan-tuan dan nyonya-nyonya selamat pagi maksudku siang, hari ini aku sedang melawan monster naga yang sangat kuat, bisakah tuan-tuan dan nyonya memberiku donasi agar bisa mendapatkan senjata yang kuat."
"Sonra! Apa yang kau lakukan, ini bukan saatnya bermain-main."
"Kau tidak lihat, aku sedang mengumpulkan donasi, aku butuh senjata kuat untuk mengalahkan naga itu, sedangkan harga senjata disini masih cukup mahal! Bersabarlah sebentar!"
"Gunakan saja senjata apapun yang kau miliki, setidaknya, itu bisa mengganggu pergerakannya."
"Apa kau mau kita tidur bersama jika aku melakukannya?"
"Bicara apa kau ini, atau kau akan kulempar darisini." Penghalang Pinova sedikit goyah ketika Sonra berkata seperti itu.
"Ehh- ba-baiklah."
Mau tak mau Sonra membeli salah satu senjata senapan laras panjang. Lalu melakukan persiapan dengan melakukan tiarap dan memasang dudukan dari senapan yang termasuk jenis sniper.
"Terima ini!"
Sonra mulai menembaki dengan suara letupan yang memekakkan telinga, membuat naga itu sedikit goyah gerakannya, namun tetap saja kulitnya yang keras itu tak mampu tertembus dan hanya sedikit tergores.
Naga itu menjadi semakin mengamuk, mencakar beberapa kali penghalang Pinova.
"Kau malah memperparahnya Sonra! Apa yang sudah kau lakukan! Kau malah membuatku tak fokus dengan suara berisik itu," teriak Pinova mulai tak sabaran.
Sonra kemudian melihat video streamingnya, yang sudah terdapat beberapa komentar.
[Pertunjukan yang bagus, bagaimana kalau kita hancurkan dengan tombak pahlawan -Rimi662]
[Gadis itu manis sekali, wah! Seandainya aku punya istri sepertinya -Mad69]
[Hei, jangan goda Pinova, dia itu milikku. -Simanama]
[Mencoba berbagai pistol akan sangat bagus, mari kita mulai dengan pistol biasa -Suitable_Iris]
[Apa aku ketinggalan sesuatu, aku baru saja pulang kerja -Mirimiri_Supa]
"Berisik kalian, jika kalian punya waktu untuk berkomentar, lemparlah beberapa donasi untukku, nyawaku dipertaruhkan disini."
"Kau bilang apa?!"
"Ah, Tidak, Pino, aku hanya mengomentari para penonton, tak bisakah kau melancarkan serangan."
"Aku tak bisa melakukannya sembari melindungimu, bisakah kau berlindung di tempat lain atau memancingnya."
"Kalau begitu aku akan berlindung."
Sonra membeli sepasang sepatu pegas yang dirancang untuk berlari lebih cepat, lalu memakai sepatu tersebut.
Dengan sigap ia langsung berlari ke arah kanan melewati pepohonan. Untungnya naga tersebut tak mengejarnya dan hanya fokus pada Pinova.
"Kalau begitu mari kita gunakan ini." Sonra membeli sebuah granat dari sebuah menu lalu melemparkannya ke arah naga tersebut.
Sebuah ledakan terjadi ketika granat itu mulai menyebar ledakannya ke punggung naga, membuat naga tersebut gusar dan mencari tahu dimana arah serangan tersebut.
"Sial, dia menyadarinya, Pinova, bantu aku!" Segera setelahnya Sonra berlari mengindari serangan naga itu dengan memanfaatkan sela pepohonan.
Di sisi lain, Pinova mengentakkan tongkatnya ke tanah, bebatuan di tanah mulai melayang dan memecah menjadi beberapa batuan kecil, setelahnya ia menjulurkan tongkatnya, membuat seluruh bebatuan kecil yang jumlahnya ratusan menghujam ke arah naga tersebut dengan kecepatan setingkat senapan.
Peluru batu itu pun menembus sayap yang dimiliki naga dan melukai beberapa kulitnya.
Setelah itu Pinova mengarahkan ke atas tongkatnya, membuat tanah menjadi retak lalu memunculkan batang dan tembok yang terbuat dari tanah menghimpit naga itu.
Naga itu tentunya dapat dengan mudah merusaknya, namun saat naga itu mulai menghancurkan himpitan tanah, Pinova tak membiarkannya begitu saja.
"Dengan ini tamatlah."
Sebuah energi keluar dari ujung tongkat, membentuk bola dan menciptakan beberapa kilatan.
Saat Pinova mengayunkan tongkatnya, bola itu langsung menghilang dan menghantam tubuh naga dengan kekuatan yang dahsyat.
Naga berwarna merah itu meraung keras, ketika energi semacam petir yang besar di arahkan padanya, menciptakan ledakan yang menghujam tanah dan seluruh tubuhnya selama beberapa menit.
Kilatannya membuat tempat sekitar menjadi terang yang mampu menghempaskan tekanan angin cukup kuat.
Hingga kemudian ledakan energi layaknya petir itu mereda. Menyisakan tubuh naga yang kulitnya menghitam karena terkena aliran yang cukup kuat, naga itu pun seketika jatuh terkapar membuatnya mati seketika.
Sonra melihatnya dengan tatapan heran ketika Pinova mampu menyelesaikannya dengan satu serangan, dengan langkah ragu sembari melihat bangkai naga tersebut ia segera mendekat ke arah Pinova.
"Bagaimana kau bisa melakukannya hanya dengan sekali serang?" tanya Sonra masih dengan menyiratkan wajah tak percaya.
"Tubuh naga itu mampu menghantarkan listrik dengan baik, itu artinya jika kita memberikan energi listrik besar serangannya akan rata dan dapat mengincar seluruh tubuhnya."
"Syukurlah, aku pikir aku akan mati."
Pinova kemudian juga merasa lega, ia memejamkan mata sejenak dan bernapas panjang.
"Sonra, kau terlalu panik dalam bertarung, bisakah kau tidak seperti tadi?"
"Apa maksudmu, aku juga sedang berusaha."
"Tolong jangan becanda dengan hal-hal yang mesum seperti tadi."
"Aku tidak--"
Tiba-tiba terdengar suara kilatan besar dari arah Mikka dan Ryuna bertarung membuat pandangan Sonra terpaku.
"Kita harus kesana." Pinova dengan sigap langsung berlari ke arah kilatan besar.
"Hei, tunggu, Pinova."
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Travel in a Different Sky
FantasyHidupku terasa hampa dan melelahkan. Meskipun sudah melakukan segala sesuatu sebaik mungkin, aku masih terjebak dalam dunia korporasi, ekonomi, dan politik yang monoton. Tidak ada lagi orang yang percaya padaku, terutama setelah aku dipecat karena f...