109. Jalan Semesta

28 2 0
                                    

Suara roda kereta kuda terdengar menggelinding, sorak-sorai rakyat yang mengiringi setiap perjalanan kami nampak membawa suasana meriah. Aku bisa mendengar ucapan pujian beserta histeria dari kumpulan orang-orang yang berbahagia. Beberapa pasukan yang mengitari kami nampak berjaga dengan penuh kebanggaan.

Cuaca yang tak begitu terik karena berawan menambah suasana layaknya hari kemenangan. Kami duduk diarak di dalam kereta kuda untuk kembali ke istana, terlihat lemparan kertas warna-warni mengiringi langkah kami, suara musik juga menambah meriahnya sambutan untuk upacara pagelaran ini.

Sejujurnya aku tak terlalu suka dengan acara resmi semacam ini, tapi tak kusangka atmosfer sekitarnya nampak begitu menyenangkan, sesekali mengalami sensasi semacam ini kurasa tak masalah.

"Mikka, apa bajuku sudah nampak bagus?" tanya Pinova yang berada disampingku, ia mengenakan gaun layaknya bangsawan dengan pernak-pernik bunga dan renda-renda berwarna-warni. Rambutnya juga ditata melipat dengan jepit bunga yang cukup indah.

"Aku rasa cukup keren seperti karakter cosplay anime." Sonra yang duduk berseberangan dengan kami langsung memberikan penilaiannya dengan ekspresi yang ceria, nampaknya ia suka dengan penampilan Pinova yang seperti ini.

"Aku tidak minta pendapatmu."

"Eh, kenapa?"

Sudah tentu perdebatan tadi malam masih menyisakan ingatan yang cukup lekat bagi Pinova, ia bukan tipe orang yang langsung lupa akan masalah yang terjadi semalam, berbanding terbalik dengan Sonra.

"Menurutku bagus, kau nampak cantik dengan pakaian itu."

"Ca-cantik?" Pinova tiba-tiba langsung menunduk ketika aku mengatakan itu, nampaknya ia jadi malu saat aku mengatakannya, terlihat jelas wajahnya agak memerah.

"Iya, Ibu sangat cantik," ucap Ryuna yang berada di samping Sonra kemudian memeluk Pinova, aku rasa sifat kekanak-kanakannya masih begitu lekat, walaupun tampangnya sudah seperti gadis remaja, namun wataknya seperti terjebak. Akibat gerakannya, kereta kudanya sedikit berguncang. Bisa kubilang karena kendaraannya cukup ringan jadi gerakan sedikit saja akan mampu menggoyahkan keseimbangannya.

"Eh, Ryuna," ucap Pinova kaget ketika Ryuna memeluknya.

"Hei, Ryuna jangan tiba-tiba melompat begitu!" teriak Sonra.

Memang masih butuh waktu untuk mengajarinya, awalnya kami tak ingin membuatnya ikut dalam upacara pagelaran ini, tapi karena ia memaksa apa boleh buat.

**

Kembali dengan acara sambutan, pidato raja, pemberian gelar, lalu makan bersama, kami melakukan pesta meriah, mereka juga mengungkapkan pertunangan antara Laruma dan juga Putri Naimi. Sampai kemudian adalah acara puncak, yaitu acara pelepasan kami dengan altar yang sudah disiapkan Pinova, kami sudah berganti pakaian tempur.

"Semoga Dewa memberkahi kalian," ucap dari Raja Luvlia di hadapan kami.

Sesaat kemudian Laruma kemudian mendekat memberiku sebuah senjata, "Ambilah ini, ini mungkin bisa membantumu."

"Laruma, terimakasih," ucapku padanya. Ia langsung mundur bersama disisi yang lain. Menunggu Pinova menyelesaikan rapalannya.

"Apa kita akan bertemu lagi?" ucap Putri Naimi.

"Mungkin saja, jaga dunia kalian baik-baik," ucapku pada mereka.

Sesaat kemudian Pinova berada di tengah-tengah kami menciptakan pedang dari tangannya yang cukup panjang, "Kalau begitu kami pergi dulu."

Pinova kemudian memejamkan mata, lalu dengan gerakan pedangnya keatas, ia menekan ujung jarinya dan berucap, "Rekahan bunga, pengunci langit."

Seketika aliran halus dari altar diagram sihir yang ia buat menyala, ada semacam bulu-bulu yang melayang di sekitar yang nyalanya bak kunang-kunang. Seketika cahaya yang semakin terang pun menutupi pandangan kami.

Travel in a Different SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang