Jenis pasukan iblis muncul beberapa kali, kami dengan cepat membantainya, pasukan raja iblis yang muncul di berbagai portal keluar dan bertumbangan.
Meski begitu serangan besar yang kami lancarkan tak berdampak besar pada Istana raja iblis ini, bangunannya yang seluruhnya terlihat teksturnya seperti logam hitam nampaknya lebih keras dari unsur besi.
Dalam kurun waktu sepuluh menit kami terus melancarkan serangan beruntun hingga intensitasnya mulai berkurang. Kami kemudian melaju ke lantai atas.
Di lantai kedua kami juga melawan beberapa makhluk yang agak kuat daripada sebelumnya. Ini seperti bermain game saja, kami terus-terusan melaju hingga ke lantai atas.
Menurut pemaparan dari Putri Naimi raja Iblis tersebut terletak di lantai paling atas. Jadi kami harus melewati satu-persatu lantai.
"Tidak bisakah kita langsung menerobos ke lantai atas," ucap Sonra yang mulai malas, walaupun ia hanya berlari dan menembaki dari dalam perlindungan Pinova, nampaknya ia tak terbiasa dengan pertempuran yang tidak kunjung selesai.
"Tidak bisa, kastil ini hanya memiliki satu jalan, itu artinya jika kita melewati jalan lain itu akan mengarah ke tempat lain," jelas Laruma.
Memang benar kata Laruma, meksipun aku sendiri cukup skeptis, namun beberapa buku di perpustakaan kerajaan, mereka mendokumentasikan perjalanan para pahlawan terdahulu, isinya termasuk bagaimana ciri-ciri raja Iblis dan juga wilayah yang dikuasainya, dengan catatan itu kami diuntungkan untuk memiliki informasi medan pertempuran yang akan datang kepada kami.
"Tapi melihat istana ini, entah kenapa mereka itu nampak memiliki kehidupan sendiri, maksudku apakah mereka juga menganggap kita jahat?" Sonra yang masih berlari mencoba melemparkan beberapa pertanyaan.
"Pikiranmu itu lumayan mengerikan Sonra." Pinova menanggapi dengan agak dingin.
"Kenapa?"
"Di dunia ini, ada makhluk yang diciptakan untuk saling bertentangan, mencoba mendamaikan makhluk yang seharusnya saling menentang bukankah itu adalah sebuah kejahatan."
"Apa maksudmu, kalau bisa dilakukan, kenapa tidak kita lakukan?"
"Kita harus melakukan sesuatu sesuai peran yang kita miliki, jika tidak sesuatu yang lebih buruk akan terjadi, apakah kau mengerti itu?" Pinova nada bicaranya terlihat lembut namun pelan.
Dari bagaimana cara berpikirnya, mungkin itu mengingatkan dirinya ketika mencoba bertarung dengan raja Iblis di masa lalunya meski itu bahkan bukan garis takdirnya, tapi itu malah berakhir buruk bagi dirinya.
Tapi ada banyak instrumen yang dapat menentukan baik buruknya tindakan, aku pikir tidak bisa juga menilainya dari satu pandangan.
"Bagaimana kita tahu kalau kita tak mencobanya?" balas Sonra.
Tak berapa lama kami kemudian sampai di sebuah aula istana, nampak seseorang pria bertanduk dengan kulit hitam legam dan pandangan matanya yang merah tajam menatap ke arah kami.
Ada kesan aura hitam yang menakutkan, tekanannya mungkin tak sekuat dari raja Iblis di tempat Tirta, namun kesan kuatnya masih begitu terasa.
"Selamat datang para Pahlawan, namaku adalah Thorn, raja iblis ke 19." Bibirnya menyeringai memperlihatkan taring yang tajam, "Mari kita nikmati pertarungan kita."
Ia kemudian mulai mengeluarkan kedua pedang berwarna hitam, dengan langkah yang cukup cepat ia mengayunkan senjatanya, di depan langsung di hadang oleh Laruma, serangannya menciptakan hempasan.
Pinova segera menggunakan penghalang kembali untuk melindungi kami bertiga, terkecuali Laruma yang mulai saling serang dengan raja Iblis tersebut. Nampaknya raja Iblis itu nampak kuwalahan berhadapan dengan Laruma, beberapa kali serangan Laruma berhasil menebas tubuhnya namun Iblis yang bernama Thorn tersebut memiliki kecepatan regenerasi.
"Laruma! Gantian!" teriakku padanya.
Aku dan Ryuna kemudian segera mengambil posisi maju ke depan sementara Laruma ke perlindungan Pinova. Karena raja Iblis Thorn nampaknya masih sanggup kami hadapi berdua. Kami menggunakan formasi bertarung bergantian untuk saling membantu menjaga stamina dan menganalisa Raja Iblis mencari sesuatu yang lebih efektif yang dapat dilakukan untuk menyerangnya.
Ding!
Serangan awal, aku melesatkan kapak ke kepalanya tapi ia dapat menangkisnya, sementara Ryuna kemudian mulai bergerak dari bawah dengan dua pisau, ia terkena goresan karena hampir tak dapat menghindarinya, aku terus melayangkan tebasan lain sesekali menggunakan es dan api untuk menyerangnya.
Sesuai dugaanku raja Iblis itu mampu menggunakan kemampuan komandannya yang telah kami musnahkan, ia menjulurkan akar, membuat bentuknya mengecil ataupun membesar, beberapa kali menciptakan senjata dari benda layaknya slime.
Tiap detik kami melawannya, kekuatan dan kegesitannya menjadi berubah, ia nampak naik sedikit demi sedikit, membuat kami mulai kuwalahan.
"Gantian lagi!" Laruma menerobos ke arah kami bertarung, ia menciptakan serangan es yang menghantam tubuh Raja Iblis Thorn. Kami segera kembali ke perlindungan Pinova.
"Bagaimana Pinova?" tanyaku padanya.
"Nampaknya Raja Iblis tersebut memiliki kelemahan di inti perutnya, luka yang berada di tempat itu memiliki regenerasi paling cepat aku yakin itu berada di titik pusat energinya, sementara itu, aku merasa aliran di sekitar yang terus mengisi kekuatannya."
"Aliran di sekitar? Apa ia sedang mempermainkan kita?"
"Tidak, aku kurang tahu pasti, nampaknya musuh-musuh yang kita kalahkan sebelumnya memberikan energi dan kekuatan baginya, itu meningkatkan banyak status bagi dirinya."
"Jadi kita gunakan serangan penuh ke inti tubuhnya itu?"
"Ya, serangan dari kekuatan astralmu mungkin cukup kuat untuk menembusnya Mikka, aku akan merapalkan mantra pengekang yang baru saja dipelajari, kau bisa fokus mengumpulkan energi untuk menciptakan serangan pamungkas."
"Baiklah."
Sejenak kemudian Sonra kemudian mulai berbicara, "Bagaimana dengan tugasku?" ucap Sonra.
"Kalian berdua cukup amati sekitar saja, bergeraklah ketika ada situasi lain yang tiba-tiba muncul," jawab Pinova.
"Oh, baiklah."
Ketika Laruma masih menghadapi raja iblis tersebut, aku mulai menaruh kedua senjataku ke lantai lalu mengumpulkan energi di tangan.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Travel in a Different Sky
FantasyHidupku terasa hampa dan melelahkan. Meskipun sudah melakukan segala sesuatu sebaik mungkin, aku masih terjebak dalam dunia korporasi, ekonomi, dan politik yang monoton. Tidak ada lagi orang yang percaya padaku, terutama setelah aku dipecat karena f...