"Mereka ingin ikut."
Sebelumnya aku sendiri telah memperingatkan mereka berdua, namun ketika mendengar ceritaku mereka malah enggan untuk meninggalkanku, Pinova sendiri malah penasaran dengan Tirta, jadinya sekarang ia sendiri dan Ryuna berada di perpustakaan kerajaan bersama dengan penyihir kerajaan, Pinova ingin tahu soal bagaimana cara pemanggilan pahlawan tersebut dan kenapa pemanggilan tersebut hanya berfungsi ketika ada raja iblis saja.
"Kalian bertiga benar-benar sudah gila."
"Bukankah kau sendiri juga gila dengan membuat konten ketika kami sedang bertarung."
"Ya-- itu aku, jangan mengalihkan pembicaraan, tapi jika itu keinginan mereka, aku tak bisa menolaknya," ucapnya agak terlihat sedih, nampaknya Sonra sendiri merasa ditinggalkan jika itu terjadi.
"Ada apa dengan raut wajahmu? Apa kau sudah memutuskan ikut dengan kami? Jangan-jangan? Kau menyukai Pinova."
"Apa?! Tidak-- tentu saja dia hanya seorang yang cerewet terlalu sering mengatur dan-- terkadang dia hanya perhatian padamu! Aku tidak peduli padanya."
Mudah sekali ditebak, tapi nampaknya Sonra akan memiliki jalan yang tidak hanya terjal namun juga penuh liku jika perasaannya itu benar-benar nyata, masalahnya Pinova sendiri berbicara bahwa rasnya tidak ada laki-laki dan akan terjadi hal buruk jika rasnya berhubungan dengan ras lain.
"Aku mengerti."
"Apanya yang mengerti?"
Mau bagaimana pun Sonra masih cukup muda, kurasa ia harus banyak belajar soal kehidupan.
***
Selang beberapa hari, kami melewati hutan dengan ranting dan batang yang menghitam, awan mendung gelap, tanah berwarna layaknya abu.
Serasa bau belerang dimana-dimana, tidak lain kami telah sampai di dataran yang telah dihuni oleh raja iblis.
Aku, Sonra, Pinova, Ryuna, dan juga Laruma menginjakkan kaki di tempat yang nampak terasingkan ini.
Dari kejauhan terlihat terdapat kastil berwarna merah dengan kabut tebal yang menutupinya, kami secara hati-hati berjalan melewati tebing yang dibawahnya terdapat lembah yang menyiratkan kedalaman tak terbatas.
"Aku benar-benar gugup teman-teman." Sonra nampak gemetar, wajahnya berkeringat namun tetap saja ia melakukan siaran langsung di sebuah web layanan video. Dia bilang dia hanya bisa tenang jika dia melakukan itu.
"Apa-- Hei tidak?!" Sonra tiba-tiba menekan tombol di layar, ia yang nampak agak kesal seperti sedang mengetik sesuatu melalui fitur skillnya, aku pun yang penasaran melihat apa isinya dari belakang.
Dan beberapa komen dari situs yang ia buka pun terlihat olehku.
[Ayo mana Raja Iblisnya, aku ingin akhir yang buruk -Tenma23]
[Pinova wangywangy, aku ingin Pinova, dia lemah lembut aku ingin huhaiuwiii di kasur dengannya -Mad69]
[Kalau pahlawannya ada 4, raja Iblisnya harusnya ada 4, itu tidak adil! -Panamana]
[Hei! Mana hadiahku! -Puitim22]
[Apakah ini akan jadi genre huhaiuwiii -Setres33]
Nampaknya komentarnya banyak hal tak senonoh yang diungkapkan, aku tak tahu kenapa Sonra memiliki penggemar semacam itu.
"Sonra."
"Eh-- apa?"
"Lebih baik kau tutup saja situsmu itu, kita sudah mendekati wilayah raja iblis."
Aku tak mau berkomentar lebih, tapi memang sebaiknya sekarang begitu.
"Tapi sudah kubilang--"
"Apa kau akan menghadapi Raja Iblis dengan membagi fokusmu dan membuat dirimu rentan terhadap serangan tiba-tiba?"
"Aku mengerti."
Ia pun kemudian menutup gadgetnya, dalam beberapa menit kami berjalan, sepertinya tak ada serangan yang dilancarkan tiba-tiba.
"Jadi ini kastil Raja Iblis, aku pikir raja Iblis tak memiliki kastil," Pinova berbicara dengan penuh keheranan.
"Nampaknya Raja Iblis terlalu sombong membiarkan kita memasuki wilayahnya begitu saja," Laruma nampak melihat ke arah kanan dan kiri, tidak ada siapapun atau sesuatu yang mengancam.
"Apa kalian yakin ini bukan jebakan?" Sonra nampak khawatir, keadaannya semakin gelisah.
"Kakak! Kau harus lebih kuat." Ryuna nampaknya lebih semangat dari yang kuduga, dia memang maniak pertarungan.
Aku sendiri banyak pikiran sekarang ini, apakah menerobos langsung dari depan adalah pilihan terbaik saat ini?
"Kalian mundurlah, aku akan membukanya, jika di depan pasukan telah menyergap kita, ingat formasi kita kan?" Laruma nampak mengambil tombaknya lalu membuat tombaknya berevolusi menjadi tombak es.
"Baiklah."
Kami kemudian mundur ke belakang, setelahnya kemudian Laruma menciptakan banyak es besar namun sebelum itu terjadi kastil tiba-tiba terbuka sendirinya.
Di dalamnya sudah banyak pasukan iblis yang berjaga lalu menembakkan busur api.
"Pinova!" teriakku padanya.
"Baik."
Segera Pinova menciptakan perlindungan, kemudian Laruma segera melompat ke arah kami ikut berlindung dalam skill pertahanan hampa yang dimiliki oleh Pinova.
Anak panah itu semakin banyak dilancarkan oleh makhluk tengkorak melalui mulutnya.
"Sonra!"
"Baiklah, aku mengerti." Sonra kemudian melemparkan bom asap diluar barir perlindungan menciptakan asap yang lumayan tebal.
"Baiklah, aku akan mulai lebih dulu." Laruma kemudian langsung melesat ke arah asap yang masih tebal, mulai terdengar suara hantaman sebuah benda tajam yang saling beradu, beberapa ledakan terjadi.
"Bukankah ini jadi pertarungan yang bar-bar?!" Sonra nampak panik ketika menyiapkan beberapa alat semacam peralatan tembak dan beberapa bom.
"Memangnya apa ada pertempuran raja Iblis yang tidak barbar, Kak Sonra!"
"Kenapa kau malah bahagia Ryuna."
"Karena ini menyenangkan!"
Ryuna mengambil beberapa bom lalu ia pun berlari masuk ke dalam pintu kastil ikut membantu Laruma mengalahkan monster-monster yang keluar dari dalam kastil.
Beberapa kali timbul suara ledakan yang menghancurkan beberapa dinding bangunan, sesekali mulai terlempar beberapa pasukan monster keluar istana,
"Bukankah membunuh pasukan kroco ini tugas pasukan bangsawan."
"Mau bagaimana lagi, kita benar-benar kekuarangan pasukan Sonra, jangan mengeluh dan mulai tembaki mereka."
Aku mengambil senapan laras panjang yang dibeli Sonra, ia pun juga memakainya, kami mulai menembaki satu-persatu pasukan yang keluar dan pasukan pemanah di dalam perlindungan Pinova.
Perlahan kami pun mulai masuk ke area istana membantainya satu-persatu.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Travel in a Different Sky
FantasíaHidupku terasa hampa dan melelahkan. Meskipun sudah melakukan segala sesuatu sebaik mungkin, aku masih terjebak dalam dunia korporasi, ekonomi, dan politik yang monoton. Tidak ada lagi orang yang percaya padaku, terutama setelah aku dipecat karena f...