Mulai kurasakan angin yang berputar lembut, panas api yang mulai menyala. Membuat lingkaran bola api dari bawah lalu lingkaran bola angin berpadu air dingin di atasnya.
Ini adalah teknik terbaikku untuk saat ini, dari perpaduan es dan juga api yang kugunakan bersamaan, untuk mengendalikan keduanya butuh konsentrasi tinggi.
"Baiklah, aku siap."
"Tunggu aba-aba dariku Mikka." Sementara aku memfokuskan seranganku, Pinova fokus mencari sela menyerang ketika Laruma masih sibuk bertarung dengan Raja Iblis Thorn.
Nampaknya raja Iblis Thorn mulai menggunakan berbagai kemampuannya, mengubah ukuran tubuh, manipulasi tanaman, bayangan, teknik pengerasan dan juga kekuatan lainnya, aku takjub Laruma dapat bertahan dari segala serangannya.
Kurangnya sendiri dari Laruma adalah ia tak memiliki serangan kuat untuk bisa mengalahkan raja Iblis Thorn.
"Baiklah sekarang," ucap Pinova
Laruma menengok ke arahku, lalu dengan insting bertarungnya yang kuat ia langsung memindahkan tempatku berpijak.
Aku tepat berada di depan Raja Ibis Thorn setelahnya aku kemudian melancarkan serangan langsung ke perutnya.
""Hat!!"
Crak!
Dua bola api dan es beresonansi menimbulkan kerusakan kuat, menghancurkan struktur tubuhnya dan serasa hempasan angin kuat.
"Begitu ya, kau nampak memiliki kekuatan berbeda dari yang lain," ucap Raja Iblis Thorn dengan terbata karena luka berat yang kuciptakan. "Tapi."
Tiba-tiba sebuah bola kecil keluar dari tubuhnya, kemudian melayang mendekat ke arah kastil.
Aku kemudian berpindah tiba-tiba di dekat Pinova yang mulai melancarkan serangan lanjutan, namun--
Tiba-tiba dari depan seseorang menebas bola itu lalu muncul sebuah bayangan menelan bola tersebut, itu adalah Doreran.
"Sayang sekali, aku lebih dulu--"
Darr!
Secara bersamaan Pinova melancarkan serangan besar ke arahya, membuat area kastil tergerus hingga temboknya berlubang.
"Eh-- Pinova?" Aku heran dengan reaksinya yang begitu cepat, Doreran itu tiba-tiba menjadi terakhir yang mengalahkan raja Iblis lalu tiba-tiba serangan Pinova langsung disasarkan kepada Doreran.
"Sayang sekali, sepertinya seranganku tak dapat membunuhnya," ucap Pinova;.
Tubuh Doreran berlubang namun ia beregenerasi lebih cepat dari yang kuduga. Ia kemudian terlihat sinis memandang kami.
"Padahal kita baru saja reoni sebagai sesama pahlawan, kenapa malah--"
Secara cepat Laruma kemudian melancarkan serangan es namun itu dihindari dengan mudah oleh Doreran.
"Apa-apaan ini kalian tak memberiku kesempatan untuk berbicara?"
"Kehadiran penjahat sepertimu tak diperlukan di dunia ini, matilah."
Namun kemudian aku menyadari dari arah kanan seseorang mencoba menyerang tak lain adalah gadis yang menyerang kami sebelumnya di hutan waktu, dia masih hidup.
Ding!
Aku menahan serangannya dengan senjata Renkarna milikku.
"Hatt!"
Ryuna dari atas menyerang dengan kedua senjatanya namun kemudian ia menghindar dari kami. Sepertinya ia berniat menyerang Pinova, ia kemudian mundur menyerang Laruma setelahnya Laruma pun melangkah ke belakang berada disisi kami dan gadis itu berada di sisi Doreran.
"Tuan Doreran biarkan saya menebus dengan mengalahkan mereka."
"Tidak perlu Zero, aku punya pekerjaan lebih baik untukmu, lagipula aku sudah mendapatkan jiwa raja Iblis."
Aku bisa merasakan tekanan yang mulai agak kuat dari diri Doreran, jadi pelayannya tersebut bernama Zero. Aku tidak yakin tapi, mereka sepertinya memiliki perkembangan cukup cepat.
"Dia menyeramkan sekali," ucap Sonra nampak lebih takut dari sebelumnya. Aku sendiri juga merasakan hal yang sama, aku tak mengerti bagaimana seorang pahlawan yang dipanggil malah melakukan hal semacam ini.
Sejenak kemudian lantai-lantai menjadi retak, itu adalah tekanan kuat yang dikeluarkan Doreran.
"Ayo kita lakukan rencana C."
Laruma segera memindahkan kami keluar istana, kemudian ia mulai berbicara, "Sonra, Ryuna, aku akan memindahkan kalian langsung ke kerajaan Luvlia, tolong lakukan persiapan disana."
"Ah-- baiklah."
"Oke."Setelahnya Laruma memindahkan mereka berdua, sekarang terisa aku, Pinova, dan juga Laruma. Alasan kenapa Laruma hanya dapat memindahkan dua orang adalah karena keterbatasan skillnya, ia butuh sekitar 2 menit untuk menggunakannya ulang jika jaraknya cukup jauh.
"Jadi kita akhirnya yang akan bertahan disini." Pinova nampak tenang namun juga penuh kewaspadan.
"Aku rasa begitu." Aku memang paling lemah disini, tapi seharusnya Laruma dan Pinova mampu menahan kekuatan Doreran dalam waktu dua menit, sementara aku menahan kekuatan dari gadis bernama Zero itu.
"Laruma, kau yakin baik-baik saja setelah memindahkan kami?" Karena setelah itu Laruma sendiri yang akan menghadapi keduanya, ini bukanlah strategi kabur.
"Sebelumnya aku bertarung dengan melindungi Putri Naimi, harusnya bertarung sendirian tidak masalah, terlebih aku juga sudah bertambah kuat, semoga saja Doreran tidak melebihi dugaanku."
Maksud dari strategi C yang dikatakan Laruma adalah hasil dari rapat diskusi untuk membahas jika terjadi gangguan dari Doreran. Kami berniat mengepung Doreran di kerajaan yang sudah penuh dengan ksatria dan penyihir, kami berniat menggunakan kekuatan penuh untuk melawannya mengingat ia semakin kuat.
Sesaat kemudian kastil itu tiba-tiba hancur seketika menghempaskan banyak puing-puing.
Pinova menciptakan penghalang untuk menangkis puing-puing yang berjatuhan tersebut. Arah puing-puing tersebut tidaklah berterbangan tanpa arah.
Namun sepertinya itu sengaja di lemparkan ke arah kami, tanpa diduga ia kemudian sudah berada di depan kami.
"Ini luar biasa sekali, kekuatan dari empat penjaga dan raja Iblis, sungguh sepertinya kalian akan menjadi percobaan yang bagus." Doreran tersenyum menyeringai lalu kembali berbicara, "Dan kau Laruma, kau pikir kau sebanding denganku? Apa kau lupa bahwa aku pernah bilang bahwa aku hanya menghadapimu dengan beberapa persen kemampuanku waktu itu?"
Aku tidak tahu soal itu, Laruma tidak memberitahukan itu pada kami. Jika itu benar-benar kenyataannya maka kami seperti menari di atas telapak tangannya.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Travel in a Different Sky
FantasiaHidupku terasa hampa dan melelahkan. Meskipun sudah melakukan segala sesuatu sebaik mungkin, aku masih terjebak dalam dunia korporasi, ekonomi, dan politik yang monoton. Tidak ada lagi orang yang percaya padaku, terutama setelah aku dipecat karena f...