Udara pagi masih cukup dingin. Neil keluar dari apartemen untuk mengambil persediaan makanan. Ia berjalan melalui lorong dengan wajah kantuk yang masih tersisa. Pria berambut merah dengan perawakan tinggi itu berjalan dengan langkah lesu.
Lengan mekaniknya mengeluarkan sebuah benda kecil berwarna hitam—sebuah disk penyimpanan. Ia mencolokkan disk itu ke mesin makanan, yang segera membaca identitas dan uangnya.
Setelah menekan tombol, mesin mengeluarkan beberapa makanan kaleng dan plastik untuk membawanya. Ia memandangi empat kaleng itu; cukup untuk bertiga, tapi tak cukup mengenyangkan.
Neil kembali memasukkan disk-nya ke mesin makanan. Namun, saat ia menekan tombol, makanan tersebut tersangkut di dalam mesin.
"SIal, itu saldo terakhirku."
Ia tidak mau merelakannya begitu saja. Setelah memastikan tak ada orang di sekitarnya, ia menendang mesin itu. Tak berapa lama, beberapa kaleng makanan berjatuhan keluar, lebih banyak dari saldo yang ia keluarkan.
Neil segera mengambil kaleng-kaleng makanan itu dan pergi sebelum ada yang mengetahuinya. Dengan perasaan gembira, ia berlari kembali ke apartemennya.
**
Neil membuka pintu apartemen yang berkarat kemudian tampil cukup percaya diri. "Hei, lihat apa yang kudapat—"
Perasaan Neil langsung runtuh begitu ada meja mewah dengan banyak makanan yang sudah disantap oleh Tirta dan Bella.
"Oh, Neil, kemana saja kau?" tanya Bella, mulutnya masih penuh dengan makanan. Matanya mengamati kantung plastik dan beberapa makanan kaleng yang Neil bawa. "Jangan bilang kau mencuri?"
"Enak saja! Dari mana semua makanan itu berasal?"
"Tentu saja Tirta yang membawanya, kemarilah, ayo kita makan bersama."
Niat Neil untuk mengejutkan mereka dan mentraktir Tirta maupun Bella pupus seketika. Perasaannya benar-benar kecewa, namun nasi sudah jadi bubur. Ia melihat makanan kaleng yang dibawanya, setidaknya itu bisa disimpan untuk hari-hari berikutnya. Dengan sedikit senyum yang dipaksakan, Neil pun mengikuti ajakan Bella.
**
Dalam beberapa saat, mereka selesai menyantap makanan. Karena Bella dan Neil makan terlalu banyak, mereka berdua tak sanggup berdiri dan merebahkan diri di sofa.
"Ini sungguh sarapan pagi yang mengerikan," ucap Neil.
"Makanan enak begini kau bilang mengerikan?" tanya Bella dengan kening berkerut.
"Ayolah, itu hanya sebuah hiperbola."
Setelah mengemasi beberapa alat makan, Tirta memasukkannya ke dalam fitur menu berhologram miliknya. Ia kemudian duduk di meja, memandang mereka berdua sambil berpose seperti seorang yang berkuasa, dengan satu paha disilangkan di atas paha yang lain dan tubuhnya bersandar dengan kedua tangan di belakang.
"Hei, setelah makan jangan tidur lagi. Itu bisa membuat kalian gemuk," ucap Tirta.
"Sebentar lagi, biarkan aku menikmati relaksasi kebebasan semacam ini," jawab Bella, lalu ia duduk dan mengarahkan pandangannya kepada Neil. "Hei Neil, seharusnya kau tidak mencuri makanan kaleng itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Travel in a Different Sky
FantastikHidupku terasa hampa dan melelahkan. Meskipun sudah melakukan segala sesuatu sebaik mungkin, aku masih terjebak dalam dunia korporasi, ekonomi, dan politik yang monoton. Tidak ada lagi orang yang percaya padaku, terutama setelah aku dipecat karena f...