4. Sebuah Tes

373 11 0
                                    

Tirta bercerita, sebagian kekuatan yang ia dapatkan dari dunia tersebut juga memberikan ingatan tentang apa yang terjadi di dunia itu. Jadinya ia tahu beberapa hal yang ada di dunia sebelumnya. Kekuatannya seperti pinjaman, jadi itu tidak akan permanen.

Sudah beberapa hari sejak kami keluar dari dunia itu dan aku cukup banyak memiliki pekerjaan disini, kutawarkan diri untuk ikut merawat istana, sehingga aku tak menjadi beban baginya.

Namun seperti dugaanku, hal ini nyatanya lebih berat dari yang kuterka. Pekerjaan yang seharusnya minimal dilakukan oleh tiga orang pelayan harus kukerjakan sendiri.

Tapi, aku tak boleh mengeluh.

Pekerjaanku hanya membersihkan istana, karena aku sudah bilang padanya, aku tak mungkin berbalik meminta keringanan.

Ku sandarkan sejenak punggungku di dinding istana dan menaruh sapu di lantai untuk sejenak beristirahat. Ada positifnya, bekerja seperti ini membuat ototku menjadi terlatih karena di duniaku sebelumnya aku lebih sering melakukan aktifitas dengan PC maupun HP saja.

Target pertamaku memang melatih stamina dulu, agar setidaknya di dunia seperti ini aku bisa memiliki sedikit kelincahan karena hanya memakai otak saja tidak akan cukup.

"Kau kelelahan?" ucap Tirta yang tiba-tiba sudah berada di hadapanku memakai gaun sederhana dan rambut yang ia gerai sampai sebahu.

"Tentu saja."

"Keras kepala sekali, sudah kubilang kau tidak bisa sepertiku."

"Siapa juga yang mau jadi sepertimu, aku hanya ingin-"

Drrr!!

Terdengar suara dari arah barat disertai dengan getaran gempa kecil, suara itu menimbulkan gema dari arah yang berlawanan kemudian berhenti.

"Suara apa itu?"

"Abaikan saja, mungkin hanya nyamuk yang menabrak dinding."

"Memangnya, suara nyamuk yang menabrak dinding bisa sekeras itu?"

Ia tak mau menjawabnya secara terus terang, mungkin itu aktifitas tektonik tanah atau yang lainnya. Tirta kemudian mengangkat tangannya, seketika angin lembut menyapu bersih lantai dan dinding yang masih kotor. Jadinya malah ia yang membersihkannya.

"Kenapa jadi dirimu yang membersihkannya?"

"Karena kau terlihat kelelahan dan aku ingin menunjukkan sesuatu, Ikutlah denganku."

Ia cukup tak sabaran dengan pekerjaanku, memang sudah perjanjiannya, jika pekerjaan yang kulakukan terlalu lama, ia akan mengambil alihnya, setelah itu aku otomatis mengikutinya.

**

"Disini."

Ia mengambil sebuah barang dalam lemari. Di ruangan ini banyak sekali barang-barang yang cukup aneh. Jadi aku penasaran dengan kegunaan tiap masing-masing benda.

"Pakailah sarung tangan ini."

Aku tidak mengerti kegunaannya, jadi aku menurut saja. Nampak dilihat darimanapun ini seperti sarung tangan biasa. Tapi, ini hanya sebelah saja.

"Baiklah genggam dan rentangkan jarimu sebanyak 3 kali."

"Begini?"

Aku terkejut ketika muncul sebuah layar yang memampangkan status.

"Apa ini?"

"Sebuah status, alat ini bisa mendeteksi kekuatan, kondisi, beserta peralatan tempur yang kamu bawa."

Ada namaku, terdapat keterangan ras manusia. Dan bawahnya lagi aku melihat levelku sangat mengecewakan.

"Kenapa levelku 0.5? Bukan level 1 atau memang ini salah tulis kalau sebenarnya levelku 5?" tanyaku padanya. Agak sedikit aneh melihat seluruh status dari diriku.

Travel in a Different SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang