Sebenarnya Raja sendiri akan memberikan pengawal kepercayaan untuk mengikuti perjalanan kami, karena setiap tim akan pergi secara terpisah mengingat luasnya area yang telah dikuasai para Iblis.
Lalu kerajaan ini bernama Luvlia, berafiliasi dengan kekaisaran di benua Magnar, kerajaan ini ditugaskan untuk melakukan pemanggilan pahlawan sebab tempat ini adalah tempat yang paling sulit dijangkau oleh para Iblis. Istilahnya tempat ini adalah tempat permulaan.
Setelah melalui proses pemanggilan seperti yang dijelaskan oleh Raja Luvlia. Kami memiliki kemampuan unik setelah proses pemanggilan itu, tak terkecuali diriku.
"Jadi apakah kita memiliki menu player dan kemampuan berbeda?" tanya Sonra merujuk pada sistem game, ketika mendengar penjelasan dari Pinova.
"Menu Player?" Pinova nampak tak mengerti dengan yang dikatakan Sonra, dari pakaiannya mungkin itu jelas sebab Pinova meski terlihat cukup pandai beradaptasi namun dari pakaiannya sudah terlihat bahwa ia bukan berasal dari peradaban modern, berbeda dengan Sonra yang jelas memiliki dunia modern yang sama dengan duniaku.
"Abaikan Pinova, itu hanya istilah asing yang ada di dunianya, yang jelas ini adalah sistem yang mempermudah untuk meningkatkan kekuatan kita." Aku mencoba menjawab pertanyaannya, itu akan mempersingkat diskusi ini dengan mengabaikan percakapan yang tidak terlalu penting, sehingga akan membawa ke hal yang lebih terarah.
Namun begitu, meski kubilang mudah, ada hal yang benar-benar menyulitkan, aku memang dapat melihat seperti sistem game dan kemampuan yang tertera, namun rasanya tubuhku seperti lebih sesak. Untuk kesimpulan awalku sekarang, kemampuan ini mengambil tempat dari tubuh fisik dan psikisku. Ini menyebabkan aku tak dapat menggunakan energi astral secara fleksibel seperti sebelumnya. Aku bahkan tak berani mencoba kemampuan teleportasi, entah kenapa aku punya firasat tubuhku tercerai berai jika melakukannya.
Singkatnya ini rasanya seperti menggunakan dua senjata secara bersamaan. Belum lagi soal senjata Renkarna itu.
"Oh, ngomong-ngomong aku memiliki pohon skill penyembuhan, bagaimana dengan kalian?" ucap Pinova.
Pohon skill merujuk pada penggunaan kekuatan dalam player sistem ini, sangat mirip seperti saat bermain game RPG ada beberapa pohon skill dan hanya bisa dibuka kurasa dengan menaikkan level membunuh monster, ini sangat mainstream. Aku memang sudah lama tak menyentuh game di duniaku sebelumnya, namun sewaktu masih sekolah menengah pertama, bermain RPG adalah hobiku, sehingga hampir hafal semua jenis sistem yang ada. Sayangnya dalam sistem ini tidak ada mode gacha.
"Kalau punyaku, aku memiliki skill serangan bola api, entah ini bagus atau tidak." Dari pohon skill yang kulihat hanya serangan bola api dengan beragam tingkat, rasa-rasanya tidak ada yang spesial dari ini. "Bagaimana denganmu, Sonra?"
Sonra terlihat sedikit gusar dengan melihat arah kanan dan kiri, memang ada penjaga di ruangan ini dan mereka mendengarkan percakapan kami, tapi aku pikir mereka hanya bertugas menjaga kami, tidak lebih.
Sonra menyangga dagu dengan siku yang bertumpu di meja lalu mulai berkata, "Kekuatanku, biar ku katakan, itu adalah kekuatan menciptakan benda bermacam-macam jenis."
Saat kuperhatikan ia terlihat mengarahkan pandangannya ke arah lain, bisa jadi ia berbohong tapi aku tak bisa membuktikan hal itu, mungkin dia memiliki alasan lain kenapa ia menyembunyikannya.
"Semacam menciptakan perabotan dan alat-alat ya? Itu pasti sangat membantu dalam petualangan." Pinova menanggapi dengan ekspresi sumringah, "Kalau kita bertiga berpetualang bersama pasti dapat melengkapi satu sama lain."
Namun penjaga pembawa tombak dengan armor lengkap yang ada di pojok ruangan menanggapi, "Itu tidak mungkin, Raja sepertinya akan menugaskan kalian di tempat yang berbeda."
"Hei, tidak ada mengajakmu bicara, kenapa kau tidak istirahat dan tidur saja?" Sonra langsung menanggapi ucapan dari penjaga pembawa tombak itu.
"Melalaikan tugas yang diberikan Raja bukanlah sesuatu yang baik, meski aku hanya seorang penjaga, namun peran ini cukup krusial dari yang kau kira anak muda."
"Oh, jadi kau bukan penjaga biasa, apa kau ksatria yang dikirimkan ke kami di penginapan ini untuk melaporkan tingkah laku kami?"
"Aku adalah penjaga biasa, kalian bebas berbicara apapun."
"Munafik sekali." Sonra kembali beralih ke kami setelah terjadi beberapa percakapan dengan penjaga di ruangan tamu ini.
Memang bukan dia juga penjaga satu-satunya disini, diluar juga sudah disediakan beberapa penjaga lain dan sebuah diagram yang disembunyikan pada hiasan gorden, mungkin semacam alat penyadap. Tapi untukku itu terlalu kentara.
Karena kejadian siang tadi, jadi penjagaan benar-benar diperketat sekarang. Aku yakin kaum bangsawan yang berkepentingan sedang kalang kabut disebabkan seorang pahlawan yang melakukan pembantaian serentak begitu dipanggil dari dunia lain.
"Kurasa sebaiknya kita akhiri dulu pembicaraan kita, besok mungkin aku akan mencoba agar kita bertiga bisa bersama, kalian pun merasa tidak nyaman jika ditemani pihak dari kerajaan bukan?" Pinova terlihat lebih lancar dari yang kuduga.
"Aku sebenarnya tidak keberatan jika kita memang harus bergerak sendiri-sendiri," jawab Sonra.
"Tapi Sonra, bukankah kau melihat adanya kecocokan dari diskusi ini, Mikka mungkin bisa bertarung lebih leluasa dan kita menjadi tim pendukung."
Yang dikatakan Pinova memang masuk akal, tapi ada kelemahannya sendiri, meski kami lebih leluasa dengan itu, namun pengetahuan di dunia ini masih sangat minim. Kami perlu adanya orang-orang dari dunia ini untuk menemani perjalanan kami, meskipun mereka mungkin terlihat seperti pengawas, namun ada juga kelebihannya.
Terlebih jika aku bertarung sendirian itu sangat tidak efektif, aku yakin mereka butuh untuk naik level pada setiap perjalanannya.
"Kau lupa soal senjata Renkarna itu Pinova? Itu juga memiliki kemampuan khusus kan? Aku yakin itu akan melengkapi status kita bertarung, jika kita bersama dan tidak menyebar, itu bisa membuat musuh kita akan mudah menarget."
Mereka berdua memiliki argumen yang berbeda, tapi jika tak mencocokannya dengan keadaan di lapangan maka diskusi ini tidak akan ada artinya. "Sebaiknya kita istirahat dulu dan melanjutkannya besok."
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Travel in a Different Sky
FantasiHidupku terasa hampa dan melelahkan. Meskipun sudah melakukan segala sesuatu sebaik mungkin, aku masih terjebak dalam dunia korporasi, ekonomi, dan politik yang monoton. Tidak ada lagi orang yang percaya padaku, terutama setelah aku dipecat karena f...