Aku menghindari lagi serangannya lalu menapak tanah kemudian mengambil pisau lain yang ada dalam saku. Senjata Renkarna cukup sulit dialiri kekuatan astral jadinya aku menggunakan senjata biasa.
Kulesatkan tubuhku ke arahnya untuk mendekat menghindari serangannya beberapa kali. Nampaknya Iblis humanoid ini hanya mampu menyerang tanpa berpikir. Ia terus menyerang dengan juluran akar.
Dar!
Suara dari tembakan beberapa kali memotong akar tersebut, tak lain adalah Sonra yang menggunakan senapan, sepertinya ia membeli dari skill internetnya.
"Lakukan!" teriaknya.
Ia tidak lari, itu cukup membantu, sepertinya ketakutan kehilangan tim baginya lebih tinggi dibanding berhadapan langsung dengan iblis.
Aku langsung bermanuver berputar untuk membingungkan pandangannya lalu dengan sigap kualiri pisau dengan es yang berselimut api. Menembakinya juga dengan bola api menggunakan tangan kiri, lalu berlari cepat ke belakang.
Slash!
Dengan ketepatan waktu aku langsung berhasil memotong kepalanya. Iblis itu pun langsung lenyap menyisakan debu yang berterbangan.
Syukurlah, iblis itu tidak terlalu kuat, tapi bagaimana mungkin iblis bisa datang kesini.
"Hei Mikka, apa-apaan itu tadi? Bagaimana bisa kau memiliki kekuatan bertarung seperti tadi?" Sonra menghampiriku nampak dengan wajah heran melihat pertarunganku.
"Akan kuceritakan nanti."
***
Kusir dan kuda tersebut setelah mendapatkan perawatan dari Pinova akhirnya kesadarannya kembali, kami langsung menyuruh kusir itu untuk kembali ke kota semula, karena disamping kami sudah merencanakan untuk berjalan kaki. Nampaknya situasi di sekitar sini juga sudah berubah drastis, ada yang tidak beres.
Akhirnya aku jujur pada Sonra dan yang lain bahwa sebenarnya aku sebelumnya pernah berada di dunia lain, lalu saat aku masih di dunia lain, aku terlempar ke dunia ini.
Meski begitu aku belum menceritakan detail keseluruhannya.
Kami kemudian masuk ke dalam hutan dengan jalan yang berbeda dengan menebas semak-semak belukar dan rerantingan dengan arah yang lebih acak.
Tapi dengan peralatan yang dimiliki oleh Sonra, kami bisa menentukan arah menggunakan Drone yang ia beli.
"Kenapa kau tak menceritakannya pada kami sejak awal?" tanya Sonra masih mengendalikan drone kamera untuk melihat ke arah hutan dari ketinggian.
"Karena aku tak sempat untuk menceritakannya. Kau tahu sendiri kan banyak insiden yang terjadi waktu pertama kali kita dipanggil."
"Ya, aku memang sempat berpikir kau kuat karena menyelamatkanku dan juga Pinova waktu itu."
Sembari melangkahkan kaki, aku berada di depan untuk menebas ranting, rerimbunan, dan pepohonan.
Bau khas tumbuhan menyelimuti perjalanan kami, terkadang terdapat dedaunan yang masih basah, duri-duri tanaman, dan juga serangga yang mengganggu kami.
Ini sedikit sulit, karena aku sendiri kurang terbiasa memasuki area hutan.
"Mikka, di depan ada monster Slime," ucap Sonra menghentikkan langkah kami, "Mungkin sekitar beberapa meter, ada wilayah rerumputan dan dekat dengan sungai yang dihuni oleh Slime itu."
"Baguslah, kita akan menginap disana setelah membasminya. Pinova, Ryuna bagaimana keadaan kalian?"
"Kami baik-baik saja," jawab Pinova.
***
Dalam beberapa langkah kemudian kami sampai di sebuah tempat dengan padang rumput yang agak luas, dihuni oleh para makhluk layaknya jeli berwarna biru yang melompat-lompat dan bergerombol. Kami bersembunyi di semak-semak untuk memantau.
"Sekitar 60 ekor." Sonra menghitung jumlah mereka sebelum kami menyerang, nampaknya beberapa memiliki ukuran yang lebih besar dari yang lain, serta warnanya lebih gelap.
"Mereka menjijikkan sekali." Pinova nampak kurang suka dengan hewan yang menggeliat, sementara Ryuna sendiri hanya memeluk Pinova.
"Bagaimana, mau kita serang berdua?" tawarku pada Sonra.
"Baiklah."
Sonra kemudian memberikan senjata pada Ryuna untuk melindungi Pinova, meski sebenarnya kami belum tahu bagaimana cara Ryuna bertarung, namun kelihatannya ia memiliki potensi.
Sesaat dalam hitungan detik, kami kemudian berlari dari semak-semak tersebut, Sonra ke arah berseberangan denganku.
Aku segera menggunakan skill bola api beberapa kali, lalu menebas menggunakan senjata Renkarna dan sesuatu muncul seperti layar hologram yang terpampang oleh sudut penglihatanku.
[Player naik level 2]
[Senjata naik level 2]
[5 poin ditambahkan dalam sistem]Jadi ini rasanya naik level, terus terang saat membunuh iblis tadi aku tidak naik level, namun begitu menggunakan skill yang ada dalam sistem dan senjata Renkarna ini aku langsung naik level setelah beberapa kali membunuh beberapa slime, tubuhku juga mendapatkan peningkatan walaupun sangat sedikit, namun karena aku cukup peka jadi aku mampu merasakannya.
Dalam waktu kurang dari lima menit, kami berhasil menghabisi seluruh slime yang ada di area ini. Sepertinya levelku tidak naik cukup banyak. Hanya sampai level 3, itu jelas karena Slime adalah makhluk paling lemah dalam permainan game.
"Sepertinya aku berhasil naik level." Aku mendekat ke arah Sonra dan melihat bagaimana keadaannya.
"Ya, aku juga."
"Bukannya kau naik level ketika bertransaksi?"
"Sepertinya aku bisa melakukan keduanya."
Saat aku mencoba mengeceknya dengan penglihatanku, levelnya sudah naik hingga 18 dan senjatanya naik ke level 4, "Apa kau mendapatkan exp dua kali lipat?"
"Hehe, sepertinya kami berkembang lebih cepat darimu, Mikka." Sonra nadanya terdengar mengejek.
"Dasar cheater."
"Mungkin karena kau sebelumnya sudah berada di dunia lain, jadi kau hanya memiliki setengah keuntungan dari sistem disini, Tuhan memang adil ya."
Mengesalkan sekali, meski aku sendiri naik level dengan membunuh monster tapi dengan ketidakadilan sistem seperti ini membuatku kesal.
"Aku juga telah menangkap beberapa slime," ucap Sonra, setelah itu ia menengok ke arah rerimbunan di mana Pinova dan Ryuna berada, "Hei, kalian kemarilah!"
Setelahnya Sonra menyuruh Pinova membunuh tiga ekor slime yang sudah dikurung dengan sebuah kurungan tikus yang terbuat dari rantai besi.
"Kenapa aku harus membunuhnya?"
"Ayolah, aku ingin sebuah penelitian sebentar."
"Baiklah." Pinova nampak enggan, namun ia langsung menuruti saja perkataan Sonra, sebuah hal terjadi setelahnya setelah Pinova membunuh slime itu. Bukannya poin pengalaman yang ditambahkan padanya, tapi sesuatu yang lebih gila lagi.
"Apa yang terjadi sebenarnya." Aku heran dengan status Pinova yang naik drastis.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Travel in a Different Sky
FantasiaHidupku terasa hampa dan melelahkan. Meskipun sudah melakukan segala sesuatu sebaik mungkin, aku masih terjebak dalam dunia korporasi, ekonomi, dan politik yang monoton. Tidak ada lagi orang yang percaya padaku, terutama setelah aku dipecat karena f...