111. Asal Usul Terciptanya Iblis?

30 4 0
                                    

"Berhenti." Pinova mengangkat tangannya, lalu menapakkannya di udara, ada suara dengingan yang menyertai begitu ia menggerakan lengannya layaknya sedang membuka pintu.

Nampak dua pusaran medan energi yang berputar terlihat di depan kami. Berwarna biru kehijauan. "Mikka, kau masuk sebelah kanan."

"Apa yang harus kulakukan?"

"Temukan titik lemahnya, aku akan pergi duluan."

Pinova tiba-tiba telah menembus salah satu medan pusaran, membuat tubuhnya masuk hingga tak terlihat sepenuhnya. Jelas kejadian ini cukup singkat, ia bahkan tak memberi petunjuk sedikit pun.

Tapi, ini harus kulakukan.

Aku mulai memasuki pusaran tersebut, layaknya seperti menembus air, di dalamnya mulai terlihat jelas wilayah berbeda, tempatnya sudah berganti pegunungan yang penuh dengan pepohonan pinus yang layu. Udara sangat dingin serasa menusuk ke celah pori.

Tempat ini? Apakah aku berada dalam tubuh Raja Iblis Naga atau sesuatu?

Tapi tadi Tirta bilang bahwa kelemahan Raja Iblis Naga tersebut berada di dimensi lain, mungkin Pinova mengarahkanku kemari untuk mencari titik lemah itu.

Sensasi disini benar-benar kosong, tanah berpasir warna putih serta langit gelap tanpa bintang. Ku langkahkan kakiku menelusuri sekitarnya tanpa adanya sesuatu yang mencurigakan. Beberapa kali ku berlari, melompat berpindah dari tempat satu ke tempat lainnya, sampai kemudian aku menemukan cahaya kecil berwarna biru.

Segera mungkin aku mengikuti cahaya itu, dengan perasaan yang begitu penasaran. Tak butuh waktu lama aku melihat cahaya lain yang muncul dari celah pepohonan mati menuju ke satu tempat di balik perbukitan.

Instingku mengatakan disitu mungkin terdapat kelemahan, aku kembali berlari melewati medan terjal berpasir sampai kemudian dalam kerumunan cahaya biru tersebut mulai tersibak lalu terlihat bayangan hitam yang sedang duduk di depan api unggun.

"Sepertinya, ada tamu yang tak diundang." Suaranya bergema diseluruh tempat ini, bayangan hitam itu pun berdiri lalu mulai menatap ke arahku.

"Siapa kau?"

"Memang siapa dirimu? Bukankah sangat tidak sopan tamu bertanya pada pemilik rumah? Ini mengingatkanku pada orang yang pernah datang kemari."

Bayangan tersebut tak berwajah, ia berjalan mendekat ke arahku hingga kami saling berhadapan dalam beberapa meter. Rasanya cukup samar, tapi perasaanku mengatakan bahwa makhluk ini adalah kelemahan naga itu.

"Aku—"

"Tidak perlu mengatakannya, kau adalah orang yang akan mencoba membunuhku pastinya, sepertinya makhluk seperti kalian tidak ada habisnya, tapi sejujurnya aku juga sudah terlalu bosan sendirian, sesekali aku ingin mencincang daging lalu memakannya selagi segar."

Kelihatannya ini memang titik kelemahan naga tersebut, aku bisa merasakan seluruh fisiknya itu seperti titik kumpul energi yang berada di wilayah ini. Namun begitu, aku tak tahu kalau kelemahannya bahkan memiliki kesadaran.

Tapi dari tingkat kemampuannya saat ini, aku bisa merasakan kalau ia berada di bawahku, ku ambil pedang yang kusarungkan di pinggang. Lalu dengan langkah cepat aku langsung mengayunkan senjata tersebut.

Sat!

Gerakanku dapat ia hindari dengan mudah, ia sepertinya memiliki refleks yang cukup bagus dari dugaanku sebelumnya. Bayangan itu mundur beberapa langkah dan melihat sekitarnya, "Tunggu sebentar, santai saja, aku pasti kalah melawanmu, tapi apa kau yakin akan membunuhku tanpa mengetahui informasi apapun?" Gaya bicaranya cukup santai, tapi seolah-olah ia mencoba ramah agar aku tak mengalahkannya.

"Informasi?"

"Ya, informasi soal dunia ini, memangnya kau cukup percaya pada Putri di kastil itu, soal segala informasi yang ia sampaikan? Bukankah masih ada yang ingin kamu ketahui?"

Entah ia sedang mencoba mengulur waktu atau apa, aku tak bisa menebak motif pembicaraan ini, tapi jika yang ingin ia bicarakan adalah soal informasi, itu mungkin berguna untukku.

"Aku percaya padanya. Kalau begitu apa kau bisa mengatakan bagaimana membunuh seluruh iblis di dunia ini? Aku sudah cukup muak dengan keberadaan kalian."

"Kau sepertinya suka sekali langsung menyasar ke poin utama, tapi, bahkan ketika para iblis seperti kami lenyap di dunia ini, kalian pasti tetap membuat kerusakan dan kepedihan di dunia ini."

"Dan kalian pikir dengan adanya kalian, dunia akan terselamatkan?"

"Oh, aku tak suka perdebatan, kalau begitu bolehkah aku bercerita tentang peran kami disini?"

Sepertinya pembicaraannya terlihat akan berputar-putar, sesuatu yang benar-benar kutakuti saat ini adalah ketidaktahuan. Namun disisi lain aku juga dikejar oleh waktu karena Tirta mungkin takkan bertahan lama.

"Kalau begitu berceritalah sembari menghindari seranganku!" Aku langsung berteleportasi ke belakang lalu mengayunkan pedangku ke arah lehernya, namun dengan mudah ia berhasil menghindarinya.

Aneh sekali, padahal ia terlihat seperti lawan yang mudah.

"Duh, serakah sekali, diantara semua ras, ras manusia memang paling menjengkelkan dan terkadang paling mendekati kami." Ia kembali mundur ke belakang, "Tapi, baiklah aku akan bercerita sembari menghindari seranganmu."

**

Serangan tebasan, tembakan api, lalu penggunaan teleportasi untuk langsung menargetkan makhluk hitam tersebut namun berkali-kali ia menghindar sembari bercerita tentang ras Iblis.

Si makhluk hitam itu berbicara tentang Iblis yang lahir dari hati buruk makhluk hidup, umumnya mereka juga tak mengerti kenapa mereka lahir, namun sebagian mulai berpikir bahwa diri mereka dilahirkan untuk menciptakan kesengsaraan dunia.

"Kami adalah makhluk yang diciptakan untuk menyeimbangkan dunia ini dari kehidupan yang mulai berkarat, lalu mematikan unsur-unsur labil itu untuk kemudian membuatnya lebih stabil," terangnya sembari menghindari serangan bola api milikku.

"Kalau begitu bukankah itu sudah cukup bagi kalian untuk pergi dari sini!?"

Aku melaju dengan menapakkan kaki ke udara, menciptakan kombinasi teleportasi dan hempasan angin lalu melepaskan satu serangan, tapi tiba-tiba ia menghilang?

Namun dugaanku salah, ia sudah berteleportasi ke belakangku.

"Kau ini tidak mengerti, unsur yang labil itu belum selesai sampai disini."

Aku tidak tahu kenapa ia bisa menjadi lebih kuat dari sebelumnya, rasa-rasanya pertama kali cukup mudah bahkan ia hampir terkena seranganku, tapi untuk sekarang aku merasa pertarungan ini bakal memakan waktu lama.

Seperti ada sesuatu yang tak ku mengerti, sesuatu yang membuat pertarunganku menjadi lebih lama dan sulit. Ada mekanisme tertentu yang terlewatkan.

"Kau menyalin kemampuanku?"

"Kau mulai menyadarinya? Tapi itu sudah terlambat."

Tiba-tiba bayangan itu mengeluarkan pedang yang sama dari tangannya, seperti layaknya cermin, tubuhnya mulai berbentuk sepertiku walaupun masih dalam bentuk bayangan.

"Siapa yang tahu, aku tak yakin kau bisa menyalin seluruh kemampuanku."

Tetap tenang adalah langkah yang tepat, meski ia dapat menyalinnya pasti ada suatu persyaratan atau kondisi tertentu yang membuat hal ini terjadi. Dan harusnya ia tidak mungkin dapat menyalin seluruh kemampuanku.

Tiba-tiba ia kemudian melesat ke arahku dengan melakukan gerakan cukup cepat menggunakan teknik teleportasi milikku.

Jrash!

*****

Travel in a Different SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang