Apa Yang Kau Lakukan?

58 6 0
                                    

"Apa yang kulakukan? Tentunya aku sedang membenarkan aliran energimu," ucap Pinova dengan cukup santai.

Terus terang ini bahkan lebih sakit rasanya dari saat aku bertarung dengan komandan goblin dan mendapatkan luka parah. Seperti menusuk langsung ke inti jiwaku.

"Sudah selesai." Pinova kemudian melepaskan tangan lembutnya itu, yang sedari tadi menekan tubuhku dengan rasa sakit yang amat sangat.

Meski kubilang tangannya lembut, namun berbanding terbalik dengan sentuhannya. Itu juga terkadang terjadi pada perkataannya, mungkin sekarang aku bisa menyebut Pinova dengan sebutan mawar berduri.

"Ada apa dengan senyum anehmu?" Dia yang sedang duduk di kursi menyadari ekspresiku yang sedang membenarkan baju, padahal kupikir aku tak mengekspresikan apapun dari wajahku, bahkan dalam hal pertemanan kerja di duniaku dulu, aku cukup pandai dalam menyembunyikan emosi.

"Tidak apa-apa, aku hanya berpikir bahwa kau seperti mawar berduri."

"Akan kuingat itu sebagai hinaan." Mata Pinova tertutup sembari merapatkan kedua tangan kesikunya, nampaknya ia tidak suka dengan ucapanku.

"Eh, aku tak bermaksud menghinamu."

"Tapi tetap saja, di duniaku seseorang yang berani menyebut kami dengan ras berduri, mereka akan dihukum mati."

"Kau becanda?"

"Ya, aku becanda."

Aku bernapas lega, aku pikir itu benar-benar terjadi, tapi jika itu terjadi nampaknya itu adalah aturan yang mengerikan, aku pernah mendengar di duniaku sendiri banyak aturan mengerikan yang terdengar gila, misal seseorang yang berjalan melewati jam malam akan dihukum gantung, jelas itu adalah sesuatu yang diluar nalar.

***

Keesokan harinya, aku mendapatkan informasi dari Putri Naimi dan juga Laruma soal letak raja iblis dan tujuan dari Doreran.

Kudengar Putri Naimi sendiri terkadang memiliki penglihatan di masa depan, jadinya ia dapat mengerti soal lokasi raja iblis dan juga Doreran. Masalahnya sekarang adalah kami memiliki dua ancaman sekaligus, raja iblis juga telah menginvasi lebih dari separuh dunia, kecepatannya itu sudah sangat diluar nalar.

Itulah kenapa saat pemanggilan kami banyak orang-orang yang menyambut bahagia sebab pemanggilan pahlawan mencapai rekor yang belum pernah mereka alami di masa lalu, masalahnya Doreran sebagai penghianat pahlawan telah menghabisi 4 pahlawan lainnya, jadinya situasi dunia ini hampir seperti kiamat.

"Jalan satu-satunya sekarang adalah menerobos ke sarang iblis untuk menemui raja iblis," ucap Sonra.

"Tapi Doreran juga merupakan ancaman, kita tak bisa mengabaikannya begitu saja," tanggap Laruma.

"Tapi raja Iblis lebih berbahaya kita harus menghabisi rajanya lebih dulu."

"Tidak kurasa Doreranlah, kalian mungkin tidak tahu, dia bisa mengambil kekuatan orang lain."

Mulai lagi perdebatan mereka berdua, sekarang Sonra mendapatkan lawan baru selain Pinova, nampaknya Sonra memang kurang akrab dengan beberapa orang.

"Kau gunakan saja skillmu untuk memindahkan kami."

"Mana bisa begitu, aku takkan bisa berpindah tanpa tahu tempatnya dan tanpa adanya katalis."

Kami hanya diam menunggu perdebatan Sonra dan juga Laruma selesai, namun kemudian Pinova mulai berkata, "Kenapa tidak gunakan skill internet Sonra saja, Sonra bisa membeli peralatan yang bisa menghubungkan satu sama lain dalam jarak jauh dan menampilkan gambar, lalu Laruma, kau bisa menggunakan skill penukaran tempatmu untuk dapat berpindah ke tempat lain dalam waktu singkat, bukankah kita bisa melakukan itu?"

"Itu dia Pinova, kau jenius!" ucapku padanya, entah kenapa kami baru menyadarinya padahal jawaban sudah di depan mata, mungkin karena konflik beberapa kali yang terjadi membuat kami tak dapat melihat hal yang semestinya sudah ada.

"A-aku mengerti kau senang Mikka, tapi bisakah kau lepaskan kedua tanganmu ini di pundakku?"

"Ah-- maaf."

Tanpa sadar aku memegang kedua pundaknya, aku rasa aku terlalu senang, atau bisa kubilang dalam waktu sesingkat ini aku juga akrab dengannya, mungkin karena kami berdua mengalami masalah bersama, juga mungkin soal Ryuna yang tiba-tiba memanggil kami ayah dan Ibu.

Maaf Tirta, aku agak berpaling dari perasaanku padamu, tapi tenanglah ini hanya perasaan pertemanan, jadi takkan lebih jauh dari itu. Aku harap ia masih bertahan menghadapi raja Iblis Naga.

"Itu ide yang bagus, jika begitu bisakah aku ke kerajaan Luvlia, aku ingin menemui raja Luvlia dan menyampaikan beberapa hal, dan juga raja-raja lainnya," ucap Putri Naimi yang sebelumnya menyimak pembicaraan kami. "Aku akan meluruskan dan bernegosiasi dengan para bangsawan juga, sehingga kalian akan aman dalam bertempur."

"Ya, kurasa itu bisa dilakukan, bagaimana dengan kalian?" ucap Laruma.

"Tidak seperti biasanya, kau bisa diajak bicara Laruma." Sonra tiba-tiba mengejek di tengah diskusi kami dengan wajahnya yang nampak tersenyum sinis.

"Apa maksudmu! Kalau itu benar, tentu saja aku akan mengikutinya."

"Ya, ya aku mengerti, yang jelas setelah ini aku akan berkontribusi besar, maka akulah tokoh utamanya disini," ucap Sonra dengan bangga.

"Apa maksudmu tentu saja aku tokoh utamanya, aku yang memindahkan lokasi kalian."

"Tapi aku yang bertanggungjawab dalam hal komunikasi."

Perdebatan ini lebih besar dari daripada antar Pinova dan Sonra, jelas aku mengerti sekarang kalau Sonra adalah pendebat handal, ia sedikit kurang tolerir dalam menghadapi pemikiran orang lain, ada bagusnya karena pendiriannya jadi teguh, namun sifat keras kepalanya juga dapat menghalangi dirinya mendapat kesempatan bagus.

Mungkin itu juga yang membuatnya sulit mendapat pekerjaan di dunia nyatanya. Ia nampak sebagai orang yang cukup idealis.

"Tolong hentikan perdebatan konyol kalian, bisakah kita mulai pada rencananya. Jika tidak cepat Raja Iblis dan Doreran itu akan semakin melakukan hal seenaknya," ucapku pada mereka berdua, yang akhirnya mereka berhenti menyadari situasi yang tak hanya membahayakan dunia ini, tapi juga kami sendiri yang dipanggil di tempat ini.

"Putri Naimi, Anda dan Laruma bisa pergi ke kerajaan Luvlia, akan saya temani di pertemuan nanti," ucapku padanya sembari membeberkan beberapa rencana yang sudah kutulis.

"Kau tak perlu berbicara terlalu formal."

"Aku mengerti."

Aku takjub padanya, meski umurnya masih cukup belia, ia bisa menunjukkan statusnya sebagai seorang bangsawan yang berkualitas, aku yakin kehadirannya akan sangat membantu.

*****

Travel in a Different SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang