Laruma, dia memiliki skill khusus pertukaran, itu adalah kemampuan yang cukup hebat, dalam beberapa skill yang kulihat ia memiliki kemampuan seperti pertukaran luka, pertukaran tempat, bahkan pertukaran kekuatan.
Dalam melihat status skill seperti ini, sebenarnya bagi kami para pahlawan tak dapat melihat satu sama lain kecuali ia memperlihatkannya langsung, itu yang dilakukan oleh Laruma, nampaknya ia cukup keras dalam usaha untuk membuat kami percaya padanya.
"Memang benar kami bisa mempercayaimu, tapi tetap saja rencanamu itu akan mengalami banyak kekurangan, terlebih mencoba bergantung padamu, resikonya terlalu tinggi."
Ia berniat menukar beberapa statusnya dengan status kami yang lebih tinggi, itu adalah keuntungan dari beberapa skillnya, tapi tetap saja, itu bukan hal yang kami inginkan.
Dia bilang ingin meminjam kekuatan dan ternyata itu bukan soal kami harus membantunya, tapi meminjam kekuatan yang benar-benar secara harfiah. Harus kubilang apa, kurasa itu yang disebut 'maruk' oleh orang-orang.
"Memangnya apa yang bisa kalian lakukan? Dia bahkan sudah menghancurkan para penjaga dunia ini."
"Bagaimana kau begitu percaya diri kalau kami tak bisa melakukan apapun, mau lakukan pertandingan untuk menentukan siapa yang berhak memimpin?"
"Ide bagus, itu akan mempermudah keputusannya."
Dia disamping memiliki keinginan yang kuat dia juga cukup percaya diri, aku sendiri jika jadi dirinya aku takkan melakukan hal senekat itu jika menemui tiga orang pahlawan sekaligus dalam satu party seperti sekarang.
"Sonra, kau yang maju."
"Kenapa harus aku, Mikka."
"Kau yang paling ingin memukulnya bukan?"
"Itu lain cerita lagi."
Aku sedikit menggodanya, jelas ia takkan bisa mengalahkan Laruma. Satu-satunya yang bisa mengalahkannya dengan mudah kupikir adalah Pinova, tapi mengenai skill penukaran status itu, sedikit membuatku penasaran, takutnya saat bertarung, status Pinova menjadi tertukar dengan Laruma. Tapi aku punya ide bagus untuk mengatasi ini.
"Laruma, tidakkah sebaiknya kita hentikan pertikaian ini?" Putri Naimi tiba-tiba menginterupsi percakapan kami, ia nampak khawatir dengan keadaan Laruma.
"Tuan Putri, ini adalah cara terbaik untuk memenangkan pikiran kita saat ini."
"Tapi?"
"Percayalah padaku."
Entah kenapa kau merasa mereka seperti putri dan pangeran saja, kami yang melihat disini nampak menjadi obat nyamuk saja, seolah yang lainnya hanya batu.
""Begini saja, jika kau mampu mengalahkanku dalam 15 detik, aku akan menuruti perkataanmu," ucapku padanya.
"Hoo, jadi level terkecil mau bertanding melawanku? Baiklah."
"Mikka, jang--"
"Pinova, tenang saja. Dia takkan mengalahkanku dalam waktu 15 detik."
"Baiklah."
Salah satu cara memanfaatkan kelemahan lawan tidak hanya dari kekuatan fisik melainkan juga dari cara berpikirnya, dia yang berlevel 100 saat ini dia pikir dapat mengalahkanku.
Aku memanfaatkan kesombongannya dan mencari celah dia meremahkanku. Karena aku berlevel 15 tentunya ia pasti paham orang-orang dalam level ini. Dia pasti takkan menyangka aku memiliki kekuatan tersembunyi lainnya.
***
Tapi, kenapa aku harus melakukan ini?
Di timur desa, ada ladang gersang yang tak digunakan, itu adalah pertandinganku dengan Laruma, pahlawan tombak yang masih menyombongkan dirinya bahwa ia dapat mengalahkanku dengan mudah, anehnya aku juga menyetujui permintaannya itu.
Bukan permintaan sebenarnya, tapi lebih ke caraku mengatasi masalah ini, aku serasa melakukan kebodohan dengan mengambil keputusan atas dasar intuisi saja.
"Hei, Sonra, memang lebih baik Pinova yang melawannya saja."
"Kenapa kau malah bilang seperti itu sekarang?"
"Rasa-rasanya aku mulai melakukan kesombongan yang sama dengannya."
"Apa-apaan itu, kau bilang sendiri akan mengatasinya."
Sonra terlihat kesal dengan ulahku, namun setelahnya Laruma mulai menanggapi perkataan kami. "Apa kau sudah menyerah sekarang? Kenapa tidak kalian berdua saja yang melawanku?"
"Kau yakin?"
"Tentu saja lagipula level kalian berdua cukup rendah, itu masih cukup tidak adil bila aku bertanding hanya dengan dirimu."
Bagus, dia mulai terpancing, akhirnya saat yang kutunggu-tunggu datang juga, ini adalah teknik psikologis yang baru saja kupelajari dimana seseorang akan mulai merasa kasihan ketika melihat kebodohan dan kelemahan orang lain ketika seseorang itu memperlihatkan kebodohan dan kelemahan secara polos dan gamblang.
"Baiklah, ayo Sonra."
Aku menarik tangannya untuk masuk ke dalam arena, Sonra kemudian mulai bergumam pelan di telingaku, "Jadi ini yang kau incar?"
Aku kemudian hanya memberikan isyarat dengan satu jentikan jari bahwa memang itu yang kuincar, bertarung adalah cara kuno atau cara primitif manusia yang sampai saat ini adalah cara paling efektif untuk mengalahkan lawan yang keras kepala.
"Kalian bisa memulainya darimana saja," ucap Laruma dengan senyum pongahnya. Nampaknya Laruma memang agak menyebalkan, terlepas dari niat baiknya, aku cukup kesal dengan cara bicaranya itu.
"Sonra, seperti biasa."
"Seperti biasa ya? Oke."
Dalam hal pertarungan, kami sudah membagi strategi, Sonra biasanya ahli dalam jarak jauh dengan menggunakan senapan. Sementara aku memiliki keahlian di jarak dekat, jadi kombinasi seperti ini biasa sering kami lakukan ketika berburu monster.
Sekarang mari kita lihat status dan level dari senjatanya.
[Level Player 100]
[Skill Wound Exchange Lvl 4]
[Skill Power Exchange Lvl 4]
[Skill Exchange of Places Lvl 8]
[Skill Stamina Exchange Lvl 4]
[Locked Skill][Ice Spear Level 25]
[Skill Hailstrom Lvl 3]
[Skill Area Slowdown Lvl 3]
[Skill Water Boms Lvl 3]
[Skill Evolution Lvl 3]Bisa dibilang ia memiliki kekuatan yang lumayan, kami berdua pasti tak dapat mengalahkannya, namun dengan aturan dapat mengalahkan kami berdua selama 15 detik, itu bukanlah sesuatu yang dapat dicapai dengan mudah.
"Ryuna, lakukan aba-aba."
"Baiklah."
Ia kemudian berada di tengah lapangan, dia akan jadi wasitnya sementara Pinova, Putri Naimi, dan beberapa warga menonton pertandingannya, ini sudah seperti turnamen saja.
"Mulai!"
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Travel in a Different Sky
FantasyHidupku terasa hampa dan melelahkan. Meskipun sudah melakukan segala sesuatu sebaik mungkin, aku masih terjebak dalam dunia korporasi, ekonomi, dan politik yang monoton. Tidak ada lagi orang yang percaya padaku, terutama setelah aku dipecat karena f...