118. Kenapa Harus?_

4 1 0
                                    

Pada hari ke empat latihan sihir terbang, hanya tersisa Bella yang berada di lapangan sementara yang lain sudah menyelesaikan latihan terbangnya. Selama beberapa hari ini, hanya Bella yang nampak kesulitan bukan karena tidak bisa terbang. Melainkan ia kesulitan dalam mengendalikannya.

"Hwaa!... Lihat aku bisa mela—Agh!" Bella yang berputar-putar sedari tadi di udara tiba-tiba kembali kehilangan kendalinya, yang akhirnya membuatnya terperosok kembali ke semak-semak.

Mikka yang sedari tadi memandanginya, kembali berlari untuk menolongnya lalu mengulurkan tangannya untuk membuat Bella kembali berdiri. "Sudah kubilang kau jangan terlalu senang ketika sudah berada di udara."

"Terbang tidak akan ada artinya kalau aku tidak senang." protes Bella. Namun itu langsung dibalas dengan pukulan pinggiran tangan oleh Mikka.

Bak!

"Sudah kubilang itu akan menganggu keseimbanganmu, kau benar-benar tidak bisa diajari ya."

"Aaa, kenapa kau memukulku lagi?"

"Kita tidak punya waktu banyak, jadi bisakah kau menurut sesekali saja."

"Memangnya kau mau kemana?" tanya Bella penasaran.

"Makanya kalau ada rapat itu hadir."

Bak!

Mikka kembali memukul Bella, mengungkapkan kekesalannya karena selain Bella sulit untuk diajari, semalam Bella juga tidak hadir sebab tidur lebih awal. Diantara semua yang ada di istana ini, Bella adalah satu-satunya yang kadang sulit diatur, jadinya ia seringkali terkena marah oleh yang lain.

Termasuk Mikka yang memarahinya sekarang, namun Mikka sendiri bereaksi lebih kalem dibanding yang lain itu menyebabkan Bella kadang juga usil pada Mikka.

**

Dalam beberapa jam kemudian, di kamar Sonra.

Nampak Pinova dan Mikka duduk di sampingnya melihat Sonra yang sedang bermain gadget yang baru saja ia beli melalui skill internetnya. Mereka semua diam sampai kemudian Sonra kembali berbicara.

"Sampai kapan kalian berada disini? Jangan pasang muka menyedihkan seperti itu," ucapnya memecah keheningan.

Alasan Pinova dan Mikka berada di kamar Sonra adalah sewaktu akan kembali ke dunia Tirta. Setelah batas semesta lalu Sonra menyentuh sebuah garis layaknya benang sebelumnya. Rupanya itu adalah semacam roh virus yang memakan jiwa Sonra. Meski Pinova telah membuat segel sebelumnya, lalu ketika sampai Tirta telah menghapus roh virus, namun sebagiannya telah merusak jiwanya, sehingga ia tidak bisa menggerakkan kaki kanannya, untungnya Pinova dan Tirta memasang sambungan sihir sehingga ia masih dapat menggerakannya walaupun cukup membuatnya kesulitan.

"Maaf Sonra, rasanya pasti seperti hampa bukan? Dan itu mempengaruhi emosimu," ucap Pinova nampak prihatin dengan keadaan Sonra saat ini.

"Hah... Kenapa kalian harus khawatir, ini bisa disembuhkan kan seperti yang dikatakan Tirta, jika kita pergi ke dunia dimana benang itu berasal, lagipula itu juga salahku karena ceroboh." Sonra nampak cukup berbicara santai. Dia sendiri sebenarnya masa bodoh, selama ia masih dapat menggerakkan badannya seperti biasa.

"Itu benar, tapi aku tak bisa menemanimu disana karena masalah disini, kita juga perlu membagi beberapa tim."

"Tidak perlu dipikirkan terlalu dalam, lagipula ada Mikka, benar kan Mikka?"

"Ya... Itu benar." Mikka berbicara dengan nada cukup rendah.

"Kenapa kau malah tidak bersemangat sama sekali?"

"Ah, bukan apa-apa, aku akan mengusahakannya."

Mikka sendiri tidak akan mengaku jikalau sewaktu awal hari ia harus melatih Bella berulangkali, itu benar-benar cukup menguras mentalnya, dan saat ia perlu istirahat. Pinova malah mengajaknya untuk melihat keadaan dari Sonra sendiri, disamping itu dia juga memikirkan banyak rencana ketika tiba ke dunia lain esoknya. Tentunya itu menimbulkan kekhawatiran, terlebih lagi Mikka harus melepas segel Sonra perlahan untuk memulihkan keadaannya disana.

Travel in a Different SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang