Sungguh! Diluar Nalar

77 7 0
                                    

Tidak salah lagi, aku merasakan tekanan yang kuat. Badan di balik bebatuan besar itu memiliki sisik berwarna emas keperakan, lalu bergerak perlahan.

"Mikka, berhenti disini, persiapkan dirimu."

Baju Tirta berubah lagi menjadi nuansa futuristik, terdapat pola jalur sistem elektronik dan menjuntai corak langit malam di tiap helai  pakaiannya.

Ia sudah memakai mode bertarung kembali, tiap sisi bentuk dan hiasannya memberi semacam kekuatan peradaban dari dunia lain.  Aku yakin sekali itu mengambil dari peradaban Neil.

Aku langsung mengambil tongkat dari punggungku lalu melakukan ancang-ancang. "Baiklah, aku siap."

"Aku katakan sekali lagi Mikka, jadilah mataku disini, itu artinya kau hanya perlu mengawasi dengan menjaga jarak."

Tirta menciptakan sebuah alat berbentuk bola yang melayang kemudian mengikutiku, "Apa ini?"

"Ini semacam detektor sekaligus pelindung bagimu."

"Bukankah ini membagi kekuatanmu?"

"Tidak juga, ini berfungsi mengirimkan data inderamu, lebih mirip kau sekarang menjadi bagian dari diriku." Tirta terkekeh.

"Maksudmu kau membuatku seperti sensor juga?"

"Tepat, tidak ada yang lebih baik dari sensor hidup."

Kurang lebih aku mengerti apa yang dimaksudnya, tapi penjelasannya agak sedikit menggoda, seperti biasanya. Ia menerapkan strategi yang cukup bagus dimana aku digunakan sebagai pemantau karena memang kemampuanku masih belum kuat untuk menghadapi raja iblis secara langsung, atau mungkin memang aku takkan bisa menghadapi raja iblis seumur hidupku karena tingkatannya benar-benar berbeda.

Anggap saja kekuatan Tirta sekarang melebihi seorang pahlawan, sementara aku hanyalah prajurit kroco. Perbedaannya masih seperti bumi dan langit.

Tapi, kalau bumi dan langit, mereka selalu bersama? Kesampingkan itu dulu.

Naga itu mulai memperlihatkan wujudnya dari balik gunung bebatuan yang cukup jauh, sebuah udara hangat menghempas sekitar. Suara auman yang begitu dahsyat hampir serasa memecah gendang telinga.

Bola-bola yang diberikan Tirta secara otomatis menciptakan penghalang medan elektromagnetik dari berbagai sisi untuk melindungiku.

Saat ku perhatikan lebih jelas, Raja Iblis Naga memperlihatkan keseluruhan tubuhnya yang sangat besar. Tubuhnya puluhan kali lebih besar dari kapal pesiar yang ada di duniaku, sisiknya sendiri mungkin luasnya berukuran lapangan sepak bola.

Tidak! Lebih dari itu.

Tapi, ini bukan saatnya untuk terkesima, Tirta segera memberi isyarat, aku langsung berlari ke arah lain ketika naga itu mulai menciptakan pasukan di sekitarnya. Berbentuk kelelawar dan ular api.

Segera Tirta menciptakan serangan pembuka, sebuah lubang dimensi terbuka dari berbagai tempat mewujudkan sebuah tombak besar raksasa mengelilingi wilayah ini, mungkin lebih luas dari sebuah wilayah satu kota.

Benar-benar tanpa berbicara sedikit pun. Tombak-tombak itu melesat membunuh para makhluk ciptaan naga.

Aku mundur beberapa kali, berlindung dari pepohonan untuk melindungi diriku dari puing  bangkai monster yang berceceran ketika makhluk-makhluk itu bertabrakan dengan serangan Tirta, aku kemudian kembali berlari sesekali melakukan teleportasi.

"Kesini!"

Tugasku adalah memancing beberapa makhuk yang tidak terkena serangan Tirta, entah kenapa aku mampu memahami apa yang akan direncanakannya.

Ia mulai melaju melesat ke arah naga tersebut menciptakan hologram senjata lain dari permukaan tubuh naga lalu meledakkannya, hempasannya seperti sebuah nuklir membuat udara di sekitar kembali menekan ke segala arah, puing-puing batu kecil dan debu berterbangan.

Langkahku pun terhenti, berlindung sela-sela batu yang lebih besar.

Tapi setelah beberapa menit tekanan itu hilang, naga itu seperti tak tergores sedikit pun, sebuah ular ciptaannya yang masih tersisa mendekat ke arahku.

Jrash!

Aku melesatkan tongkat yang sudah kualiri api dan es untuk menembusnya, lalu berteleportasi mengambil tongkat itu. Beberapa kali aku terkena kepungan makhluk ciptaan naga, lalu membasmi mereka.

Sebuah ruangan tiba-tiba tercipta seperti halnya bidang datar yang membatasi ruang gerak kami.

"Mikka, gunakan teleportasimu ke barat." Salah satu bola yang melayang mengirimkan suara Tirta dari jauh.

Aku langsung melakukan teleportasi, hingga aku melihat di arahku sebelumnya sudah rata dengan pepohonan jarum yang tercipta secara tiba-tiba.

Kembali aku melihat ke arah Raja Iblis Naga tersebut, ia membuka mulutnya lalu tercipta bola energi cukup kuat, rasanya seluruh gerakku jadi tercekat.

"Mikka! Merunduk!" Tirta langsung berada di depanku yang sudah melakukan perpindahan secara instan, ia segera menciptakan perlindungan dengan enam batasan.

Darr!

Umumnya dalam film fiksi akan melontarkan bola energi tersebut ke satu arah, namun Raja Iblis naga ini berbeda, ia langsung meledakkan bola tersebut di mulutnya dengan menggigitnya, menciptakan ledakan besar.

Tirta segera menciptakan lapisan tambahan. Energi itu dalam waktu singkat langsung menyapu seluruh dataran di sekitar kami, bahkan hutan yang sebelumnya cukup besar dan kokoh langsung luluh lantak. Sekitar tiga lapis penghalang yang diciptakan oleh Tirta pecah.

Setelah hempasan energi itu mulai reda, Tirta melepaskan penghalangnya. Ini benar-benar mengerikan, jika saja tidak ada disini, aku pasti langsung lenyap.

Aku bisa merasakan tubuhku yang sebelumnya agak gemetar benar-benar gemetaran untuk sekarang, tapi aku tidak apa-apa, aku masih bisa bertahan. Sekarang cukup ambil napas dalam-dalam dan kembali fokus.

"Tenanglah Mikka, ini baru permulaan."

"Apa katamu? Ini baru serangan awal?"

Bahkan ini mungkin setingkat bentuk terakhir Raja Iblis Serigala, tapi kata Tirta ini baru permulaan, aku tak sanggup membayangkan bagaimana jika raja Iblis Naga ini melakukan serangan penuhnya.

"Ya, aku sudah mengeluarkan sepertiga kemampuanku, tapi sepertinya ia bahkan belum sepersepuluhnya."

"Apa?! Jadi kau bilang kau salah mengukurnya?"

"Bisa kubilang ia ratusan kali lebih kuat dari yang pernah kulawan waktu lalu, bahkan aku yang seorang ratu ternyata bisa salah melakukan perhitungan ya, haha." Wajah Tirta nampak sedikit berkeringat, namun ia tetap tersenyum meski keadaannya sekarang begitu mendesak.

Namun kemudian terdengar suara gemuruh sebuah gelak tawa yang mengguncang ruang, itu adalah dari Raja Iblis Naga tersebut, "Hahaha, kau nampak lebih kuat sekarang putri, tapi kau lupa bahwa meski kau berkembang kami juga berkembang." Suaranya benar-benar memekakkan telinga.

"Tentu saja aku sudah memperhitungkan itu, tapi kuat bukanlah satu-satunya cara untuk menang." Tirta menjawab dengan penuh percaya diri.

"Hoo, memang begitu, jadi mari kita lanjutkan."

Nampaknya Tirta, masih punya rencana lain untuk mengalahkannya, ia kemudian mendekat ke arahku lalu memegang salah satu tanganku. Dengan penuh percaya diri berkata, "Mikka, mari kita lakukan langkah seribu kaki."

"Haa?"

*****

Travel in a Different SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang