Konsep Kekuatan Ini, Bukankah Terlalu Rumit?

70 6 0
                                    

"Maafkan aku, lebih baik aku tak usah menceritakannya saja, ingatanku tentang ini juga masih samar-samar." Pinova melempar kayu api unggun, nampak ia enggan untuk melanjutkan ceritanya. 

"Tidak masalah, jika kau merasa nyaman untuk bercerita."

Suasana malam nampak hening, hanya ada suara serangga kecil di sekitar yang terkadang memecah keheningan, langit nampak sedikit mendung.

"Sebenarmya gadis itu juga kehilangan sebagian ingatannya."

"Ryuna?"

"Ya."

Aku baru mengetahuinya, jika Pinova tak memberitahuku mungkin aku takkan mengerti, sudah jelas karena Pinova lebih akrab dengannya, pasti dia telah membuka diri padanya.

"Dia berada di dunia lain yang sama denganku," jelasnya.

"Eh, bagaimana mungkin, kupikir hanya orang-orang yang dipanggil saja yang akan berada di dunia ini, jadi apakah dia ras yang sama denganmu?" Ada kesamaan dirinya dengan Pinova yaitu sama-sama memiliki tanduk.

"Tidak, dia adalah ras manusia setengah iblis, berbeda denganku."

Setengah Iblis, ini baru kudengar, Pinova melanjutkan ceritanya bahwa dunianya juga terdapat raja iblis dan pahlawan, namun dalam beberapa hal cukup berbeda dengan yang ada di dunia ini.

"Rasku termasuk ras suci, tapi aku tak mengerti kenapa telingaku hanya satu dan tumbuh tanduk di sebelahnya hingga menutupi kepala, jika tak ada bantal, ini membuatku kesulitan untuk tidur," papar Pinova sembari memegang tanduknya yang melingkari kepalanya. Itu memang jelas agak mengganggu.

"Bagaimana kalau kita potong saja?" tawarku padanya, kurasa organ tanduk tidak terlalu penting, terkadang memang kupikir dalam dunia fantasi, itu tak terlalu digunakan kecuali untuk menyerang langsung ke lawan.

"Andai saja bisa, tapi di tanduk ini mengalir energi vital."

"Aku tak menyadarinya, kau bisa melihat aliran energi makhluk hidup?"

"Mungkin agak samar, tapi aku juga melihat aliran unik pada tubuhmu, Mikka. Bagaimana keadaan duniamu?"

Ia menyadari perbedaannya, aku hanya merasakannya tapi ia mampu melihatnya, kurasa dia pasti bukan orang sembarangan di dunianya, tapi untuk sekarang aku cukup tahu hal itu saja,

"Sebenarnya ..."

Entah kenapa aku langsung menceritakannya saja, soal kedatanganku kesini, duniaku sebelumnya dan bagaimana Tirta menyuruhku untuk mencari seseorang yang kuat.

"Menggelikan bukan, aku sendiri tak mengerti kenapa aku harus melakukan seperti itu."

"Tidak, kurasa itu hal yang indah Mikka, tak semua orang bisa mengulurkan tangannya dengan mudah, aku bisa membantumu dengan kesana bersamamu."

"Kenapa kau tak curiga sama sekali?"

"Aku tak melihat keburukan dari dalam hatimu, lagipula di dunia manapun selalu ada seseorang yang membutuhkan bantuan, dan sebagai orang yang kuat, mengabaikannya adalah sebuah masalah besar."

"Bagaimana jika kau mati."

"Sudah kukatakan sebelumnya bukan, aku sudah pernah mati lalu hal yang paling menakutkan di dunia ini bukanlah kematian ... tapi--"

"Tapi?"

"Sepertinya waktuku berjaga sudah selesai, aku akan istirahat dan membangunkan Sonra."

Dia tak mau mengatakannya lebih jauh, terkadang memang malam hari membuat pikiran orang-orang menjadi liar.

***

Sinar merah jingga nampak menyelimuti langit timur, hutan masih terlelap dalam embun dan kesejukan, gemericik suara sungai mengalir lembut seperti melodi hutan yang beriringan dengan suara burung.

Bukan berarti aku sedang dalam masa meromantisasi keadaan pagi hari, namun memang keadaan seperti ini jarang sekali kutemukan bahkan dalam dunia asalku.

Cahaya menelisik ke pepohonan tinggi, aku berjalan agak menjauh dari tenda, alasannya karena aku ingin mencoba sesuatu. Saat malam hari aku tertidur, aku memikirkan sesuatu apakah aku bisa mengkombinasikan energi astral dengan energi yang ada pada sistem skill.

Kalau bisa mungkin bisa menjadi kombinasi yang bagus lalu aku dapat mengatasi masalah sesak yang ada tiap kali aku menggunakan kekuatanku.

Pertama, aku menciptakan bola api di tangan kananku, ini adalah bola api dari skill, nampak lebih praktis, namun teksturnya agak kasar, seperti bersifat bagaimana ya? Kalau diumpamakan materi di alam nyata, skill lebih mirip seperti tekstur tanah.

Lalu aku menciptakan bola api lagi di tangan kiriku, ini adalah kekuatan astral, bisa diumpamakan mirip seperti halnya air.

Baik, aku sudah menciptakan keduanya. Sekarang aku hanya perlu menyatukan keduanya, secara perlahan dan konsentrasi penuh aku mulai mendekatkannya, namun keduanya malah tak menyentuh satu sama lain. Seperti minyak dan air, tidak-- ini seperti cahaya yang menembus kaca.

"Ah, mengecewakan!"

Sayang sekali, ini bahkan lebih sulit dari rumus matematika, aku membatalkan keduanya. Sepertinya masih sangat jauh bagiku untuk dapat memahaminya.

Andai saja konsep energi seperti sihir di cerita anime atau film-film yang ada di duniaku, pasti mudah untuk melakukannya.  Tapi tidak juga, ada konsep kultivasi dalam sebuah cerita. Sepertinya aku masuk dalam salah satunya disini atau keduanya.

Apa aku harus leveling lagi? Meditasi, mencari guru, atau apa yang sebenarnya perlu kulakukan--

"Mikka, kau sedang apa?" suara Pinova yang memanggil membuyarkan lamunanku soal konsep energi.

"Kau tahu, aku sedang melakukan penyesuaian kekuatan."

"Aku mungkin bisa membantumu, tapi-- kenapa kau meninggalkan penjagaanmu?"

"Ah, maaf, ini sudah pagi, intensitas monster liar pastinya turun."

"Bukan begitu, berkeliaran tanpa izin itu bisa mengkhawatirkan kami, bagaimana kalau kami pergi mencarimu dan kita jadinya malah disibukkan saling mencari satu sama lain, kau sudah dewasa kan? Harusnya kau lebih paham soal hal mendasar semacam itu."

Dia jadi terlihat cukup cerewet, apakah ini akibat dari perbincangan semalam, tapi memang benar ini adalah kesalahanku.

"Aku janji, takkan mengulangi."

"Baguslah mari kembali."

Tak kusangka ia akan sedikit marah, padahal jaraknya hanya beberapa meter dari tenda, aku mengikutinya sampai kemudian telah sampai di tenda. Nampak Ryuna sedang membersihkan tempat dan merapikannya.

Sementara Sonra--

"Apa yang sedang kau lakukan Sonra?"

"Membaca komik."

"Ya, aku tahu soal itu."

Dia sudah membuka beberapa situs web lainnya lalu membeli komik fisik untuk ia baca, tapi disaat sekarang, itu sedikit--

"Kau ingin menceramahiku, kenapa aku tidak membantu Ryuna yang bersih-bersih bukan? Dan kau sendiri bahkan menghilang disaat kami semua masih tidur."

"Baiklah, aku mengerti."

Aku tak mau berdebat panjang, aku segera mengemasi barang-barang.

"Sonra, hentikkan main-mainnya, segera berkemas." Pinova nampak mencoba memperingatinya.

"Baiklah."

Sepertinya, sekarang Pinova menjadi pimpinan party pahlawan. Ya, itu tidak masalah. Tanpa kami sadari, kami seperti bergantian tiap harinya dalam hal memimpin.

*****

Travel in a Different SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang