100. Apakah Pinova Mengamuk?

50 6 0
                                    

Bahkan setelah semua ini, keadaan masih tetap tak berubah. Aku mencoba berdiri namun aku benar-benar tak memiliki semacam cara memperbaiki kerusakan tubuh meski memiliki regenerasi dengan kekuatan astral.

Tulang-tulang patah, otot terkilir, serta luka syaraf di beberapa bagian membuat tubuhku mati rasa dan tak bisa bergerak sebagaimana mestinya.

Sementara, Pinova nampaknya memiliki semacam regenerasi alami, jadi luka-luka kecil semacam goresan kelihatannya sembuh secara cepat kecuali luka fatal yang kubuat, ia hanya sanggup menghentikkan pendarahannya.

Namun, kami berdua masih diam terduduk karena terluka parah sembari memandang Doreran yang semakin mendekat. Doreran kemudian secara cepat menghantamkan suatu juluran tanah runcing secara cepat ke arahku.

Jrassh!

Tanpa diduga Pinova memasang badan untuk melindungiku kembali, menahan serangan Doreran dengan menggenggam kedua tangan itu, namun tetap saja itu tertembus tubuhnya dan mengenai dadaku.

“Aggh ... Pino—va?” Serangannya masih menusuk dadaku, meski sakit namun sepertinya tak mengenai organ vital. Juluran tanah itu tiba-tiba langsung hancur ketika Pinova menggenggamnya dengan tangannya sekuat tenaga.

Meski di belakang, aku bisa melihat aura kemarahan seperti terlihat dari dalam dirinya.

Aku kemudian mencoba menteleportasikan juluran tanah yang menusukku. Tubuhku berdarah, dan aku hanya bisa melakukan pernapasan agar lukaku tak semakin parah. Aku mencoba mengalirkan energi astral untuk menyembuhkan luka-lukaku, meski tidak yakin apakah ini akan berhasil.

Meskipun dulu aku pernah memakan pil kemampuan instan yang memiliki regenerasi, tapi kemampuan itu melemah seiring waktu, dan rasa-rasanya berada di jalur yang agak berbeda.

Kalau tidak salah, Tirta pernah bilang bahwa bila efek pil itu ada yang melemah, aku harus membuat jalurnya ulang. Jadi aku menggunakan metode baru dalam penyembuhan.

“Lucu sekali kalian, sampai aku ingin mencabik-cabiknya hingga tak bersisa!” teriak Doreran yang tiba-tiba dengan langkah yang cukup singkat terdengar dentuman di belakang. Ketika aku menengok, ia sudah berada di belakang Pinova.

Dengan cengkeraman kuat di leher Pinova, Doreran mengangkatnya tinggi-tinggi sebelum menghantamkannya ke permukaan tanah kembali. Ia mengulanginya beberapa kali, membuat tubuh Pinova menabrak keras di tanah.

“Mana wajah menakutkanmu sebelumnya itu! Ayo, apa dengan kemarahanmu kau bisa mengeluarkan kekuatan tersembunyimu! Kau pikir ini fiksi! Konyol sekali!”

“Henti—“ Suaraku tercekat, pemandangan ini mengerikan aku tak bisa melakukan apapun saat ini. Selain mencoba menunggu luka-lukaku sedikit membaik walaupun rasanya tidak mungkin, aku hanya bisa melihat Doreran menghantamkan tubuh Pinova beberapa kali.

“Sepertinya kau sudah tamat, sudah saatnya aku akan memangsa tubuhmu, selamat makan.” Doreran mengeluarkan cairan berwarna hitam dengan duri-duri panjang layaknya sedotan. Ia menusuk beberapa bagian tubuh Pinova, lalu darah berwarna biru mulai mengalir dari tubuhnya.

“Jangan khawatir setelah ini, aku bisa menghidupkanmu kembali dan bermain dengan tubuhmu setelah aku menghisap—“

Krak!

Secara cepat lengan kanan Doreran yang memegang leher Pinova langsung putus dan Pinova sudah berada di belakang Doreran memegang tangannya lalu membuangnya ke tanah.

Aku bisa merasakan sesuatu yang aneh, hawa yang cukup mengerikan dari Pinova, hampir terlihat sama pekatnya dengan Doreran. Seolah seperti ada sesuatu yang merasukinya.

“Siapa kau?” Doreran tak kalah terkejutnya denganku, itu mungkin sesuatu yang tersembunyi, sejak awal aku juga tak tahu soal Pinova, jadi kemungkinan seperti ini, adalah sesuatu yang bisa terjadi.

“...” Pinova diam, namun tiba-tiba ia langsung meninju wajah Doreran membuatnya terpental jauh dari tempat ini, Pinova pun kemudian menghentakkan kakinya ke tanah, membuat pijakan hancur dan menyusul Doreran.

Entah kekuatan macam apa itu, apakah Pinova benar-benar masih dalam kesadarannya atau tidak. Tak menunggu sampai satu menit, dari arah selatan dimana Doreran terhempas, terjadi lagi ledakan dan hempasan kuat yang terasa sampai ke arah tempat ini.

“Aku harus ... Agh—“

Percuma, aku kesulitan menggerakkan tubuhku dan ketika mencoba memaksa bergerak rasa-rasanya seperti bangunan yang akan segera rubuh, tapi siapa yang akan menolongku, tempat ini sudah porak-poranda.

“Mikka! Apa kau baik-baik saja!” Tiba-tiba dari samping terdengar suara Sonra yang kelihatannya masih sanggup berjalan sembari membopong Laruma yang sedang terluka parah.

Mereka berdua kemudian mendekat ke arahku, nampaknya Laruma membawa tongkat milik Pinova, aku benar-benar tak tahu apa yang sudah terjadi disini.

“Hei, kenapa kau diam saja?” Sonra mendudukkan Laruma lalu kemudian mendekatiku, aku ingin saja menjawab tapi tubuhku sudah benar-benar parah. Mencoba bergerak sedikit saja akan membuat cideraku parah dan juga kehilangan kesadaran, Tirta takkan datang padaku untuk kedua kalinya.

Jadi entah, nyawaku sudah diujung tanduk.

“Astaga, bagaimana mungkin dengan luka seperti ini kau masih hidup, apa kau punya kekebalan tubuh semacam serangga?” Sonra kembali berbicara dengan nada entengnya. Jika aku tidak sekarat, aku ingin sekali memukulnya.

Tak!

Tiba-tiba pukulan tongkat melayang ke arah kepala Sonra, itu terjadi karena Laruma yang memukul kepalanya, “Cepat obati dia, jangan banyak becanda, kita bisa mati kapan saja kalau terus-terusan seperti ini.”

“Baiklah, aku juga mengerti.”

Sonra kemudian mengambil tongkat Pinova lalu mengarahkannya kepadaku.

“Hei, yang serius!” bentak Laruma.

“Aku juga mengerti, jangan membuatku gugup.”

Perlahan terlihat warna cahaya remang mulai terlihat, aku tidak tahu jelasnya, tapi ketika aku pingsan sepertinya Laruma atau mungkin Pinova memberikan arahan untuk saling menukar skill. Entah taktik apa yang mereka pikirkan.

Sonra, aku tahu ia sebenarnya cukup khawatir, aku sampai lupa kalau dalam keadaan genting ia benar-benar melakukan candaan, itu adalah refleks tubuhnya ketika menghadapi sesuatu yang diluar kendali.

“Aku—Aghh—“

“Jangan bicara dulu Mikka, kau banyak mengalami kerusakan organ dalam,” ucap Sonra, kini benar-benar terlihat nada bicaranya yang terlihat khawatir.”

“Hei—apa kau mengobatinya dengan benar!?”

“Diam aku sedang serius, Laruma!”

Perlahan bagian vitalku sudah mulai membaik, setelah kulihat lebih detail memang benar Sonra sudah menukar beberapa skill dengan Laruma dan juga Pinova.

“Aku... Sudah baik-baik saja,” ucapku pada Sonra.

“Kau yakin?”

“Ya, jadi apa yang sudah terjadi?”

*****

Travel in a Different SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang