"Hmm ..."
Di dalam perpustakaan, terdapat seseorang yang sedang sibuk membaca buku, tidak lain adalah Mikka.
Ia melenguh sesekali menggaruk kepalanya meski tak gatal, ia merangkum poin-poin penting yang ada dalam buku. Beberapa kali ia mencoret-coret tulisannya di kertas, lalu menuliskan ulang.
"Senior!" teriak Bella sembari menepuk punggung Mikka, seketika membuat badan Mikka tersentak.
"Astaga, aku mencoretnya lagi, apa yang kau lakukan Bella?" tanya Mikka sedikit gusar.
"Aku sebagai juniormu, termasuk Neil disini ..." Bella juga bersama Neil disampingnya, dengan wajahnya yang ceria ia melanjutkan perkataannya. "Aku ingin memberitahumu, bukankah sudah waktunya mendidik junior seperti kami?"
"Memangnya jam berapa sekarang?"
"Jam 4 sore," jawab Neil di samping Bella dengan wajah yang datar.
"Apa?! Kenapa kalian tak mengingatkanku?" ucap Mikka.
"Senior sendiri yang harusnya mengingatnya kan? Itu tanggung jawab Senior," balas Neil kembali.
Sebenarnya, selepas beberapa hari setelah kejadian itu, Neil dan Bella akhirnya mulai beradaptasi dengan lingkungan di dunia Tirta. Mikka diberi tanggungjawab oleh Tirta untuk mengajari mereka dengan beberapa hal.
Sekembalinya Tirta, ia juga sudah menghancurkan seluruh mesin nano yang tersisa disini, itu artinya sudah tidak ada ancaman lagi.
**
Setelahnya mereka kemudian pergi ke lapangan utama, di lapangan ini terhampar padang rumput yang terjaga dengan rapi.
Pohon-pohon rindang yang tinggi menjulang ke langit, menambahkan pesona tersendiri. Pepohonan ini memberikan naungan sejuk yang melindungi lapangan dari terik matahari siang dan sore.
Meskipun langit dan matahari hanyalah sebuah hologram yang tercipta dari sistem di istana ini. Namun nuansanya sama dengan aslinya.
"Maafkan aku, aku hampir lupa," ucap Mikka.
"Senior, bagaimana dengan Lina dan gadis itu?" tanya Neil.
"Mereka masih dalam perawatan Tirta, kita fokus saja disini."
"Baik!" ucap mereka berdua bersamaan.
Mikka kemudian sedikit memicingkan matanya, memeriksa setiap detail dalam sebuah catatan yang sekiranya belum ia lakukan.
"Kurasa, hari ini kita masih pengenalan lingkungan, kita akan menjelajah labirin bawah tanah Istana ini."
Nampak Neil dan Bella terlihat lesu ketika mendengar hal itu, sudah sekitar dua hari Mikka hanya memberikan pelajaran soal pengenalan lingkungan saja.
"Senior? Kapan pelajaran soal kemampuan super itu? Aku—aku ingin bisa terbang!" teriak Bella dengan penuh semangat.
"Tidak, kita tidak akan melakukan itu, lagipula itu terlalu beresiko. Menjelajah labirin juga pilihan yang menyenangkan," jelas Mikka.
Sejujurnya jika Mikka harus mengajari mereka bagaimana tentang kemampuan astral itu, ia belum memiliki cukup pengalaman. Jadi Mikka berpikir untuk memberikan mereka pelajaran tentang lingkungan di sini terlebih dahulu.
"Baiklah," ucap Bella terlihat malas lalu jarinya kemudian menunjuk ke arah Mikka dan kembali berkata, "Kalau tidak menyenangkan, berikan aku porsi tambahan untuk makan malam—"
Duk!
Sebuah pukulan kecil mendarat ke kepala Bella, tidak lain diarahkan oleh Neil menggunakan tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Travel in a Different Sky
FantasíaHidupku terasa hampa dan melelahkan. Meskipun sudah melakukan segala sesuatu sebaik mungkin, aku masih terjebak dalam dunia korporasi, ekonomi, dan politik yang monoton. Tidak ada lagi orang yang percaya padaku, terutama setelah aku dipecat karena f...