46. Apa Yang Dicapai dan Dikorbankan_

83 7 1
                                    

Sakit, kelelahan membungkusnya bagai selimut malam yang menekan, itulah yang dirasakan Tirta. Tetapi meski begitu, dia tetap berusaha berdiri, menghadapi Vall.

"Kau lebih hebat dari yang kuperkirakan." Tirta masih memegangi perutnya yang berdarah seperti keran yang menetes kecil.

"Kau sudah kehabisan regenerasi bukan?"

"Tentu saja—Agghh—"

Vall menendang Tirta dengan cukup kuat, membuat Tirta kembali tersungkur ke tanah. Namun Tirta kembali berdiri sembari mengejek. "Kau pria yang kasar sekali, aku heran bagaimana Lina menerima pria yang tak kompeten sepertimu."

"Itu sudah berbeda sekarang, dia tidak kubutuhkan, karena dia menolak ajakanku," jelas Vall yang kemudian menciptakan sebuah pistol di tangannya, lalu mengarahkannya ke arah Tirta.

"Apa kau akan membunuhku dengan itu?"

"Tidak, pertama aku akan membuatmu kesakitan, saat kau sekarat aku akan mempelajari seluruh tubuhmu, lalu mengambil semuanya darimu!" ucap Vall dengan nada yang cukup tajam.

Namun Tirta tiba-tiba bergerak cepat lalu memukul wajah Vall hingga ia terpental. Wajahnya sampai hancur namun ia dengan cepat beregenerasi.

"Bagaimana bisa? Ini tidak mungkin. Harusnya kau tidak mampu bergerak lagi, perhitunganku bagaimana mungkin salah?" Vall kembali berdiri namun dengan wajah yang bingung.

Luka-luka Tirta kembali sembuh, kemudian ia mengambil sesuatu melalui portal yang ia buat, itu adalah dinding yang memiliki simbol, yang sebelumnya diambil oleh Mikka.

"Jadi kau pura-pura mengalah sejak awal?" tanya Vall.

"Tidak, aku benar-benar kalah! Ini adalah tenaga terakhirku untuk memulihkan tubuh."

"Tenaga terakhir? Apa yang akan kau lakukan dengan simbol itu?" tanya Vall, ia cukup heran ketika Tirta mengeluarkan sebuah dinding yang hanya memiliki simbol saja.

"Meskipun kau sudah memiliki kekuatan sebagai makhluk dengan kecerdasan buatan tertinggi, namun itu hanya sebatas apa yang ada di duniamu saja, dan aku yakin kau takkan pernah bisa berkembang lebih dari itu."

Tirta kembali terlihat percaya diri, ia kemudian menempelkan tangannya ke simbol pada potongan dinding itu lalu simbol tersebut lenyap.

"Karena kau seperti itu sebelumnya, ini membuatku lebih mudah memutuskan akan membawamu atau melenyapkanmu beserta duniamu atau tidak? Dan kau tahu apa keputusanku?"

"Apa?"

"Aku akan melenyapkan duniamu beserta seluruh isinya."

Tirta menatap Vall dengan cukup tajam, pakaiannya kembali berubah dengan nuansa futuristik, baju berwarna putih bergaris-garis biru. Dengan warna langit malam yang mencolok di bagian dalamnya memberikan kesan dalam, luas, dan menakjubkan.

"Coba saja kalau bisa!"

Vall mulai menyerang Tirta dengan beberapa rudal yang ia ciptakan di tangannya, namun itu tiba-tiba lenyap begitu beberapa senti hampir mencapai Tirta, ia juga melemparkan beberapa peledak termasuk menyerang menggunakan senjata dengan tingkat perusak tinggi, hanya area sekitar yang terkena imbasnya, sementara Tirta tidak tergores sedikitpun.

"Apa?!" Vall kaget ketika semua usahanya tak memperoleh hasil yang sesuai dengan yang diharapkan. Ia masih mencoba sesuatu yang lain menggunakan ledakan atom, atau pukulan dengan kecepatan cahaya.

Namun lagi-lagi, serangannya hanya memporak-porandakan tempat sekitar, manipulasi gravitasi, bahkan penciptaan racun atau partikel berbahaya tak ada yang mempan, Tirta masih tak bergeming.

"Kau mungkin bertanya-tanya, tapi biar ku jelaskan, kau hanya mengambil sesuatu dari apa yang ada di semestamu, sementara aku, dapat mengambil sesuatu apa yang ada di semesta lain." Tirta dengan percaya diri memperlihatkan sebuah lambang yang ada di punggung tangannya berwarna biru menyala, lalu cahaya biru itu meredup dan melepaskan perubahannya.

"Apa itu, kau sudah selesai?" Vall terlihat lega ketika Tirta melepaskan perubahannya dan membuat ketegangan di sekitar mereda.

"Ya, aku sudah tidak ada urusan denganmu lagi." Tirta menurunkan kewaspadaannya, kemudian berbalik dan menjauhi Vall.

Namun tatapan Vall kembali tajam.

"Jangan pikir kau bisa—"

Tubuh Vall tiba-tiba tak dapat digerakkan, seolah sesuatu yang misterius melemahkan setiap jengkal tubuhnya. Ia melihat ke arah lain namun ia kaget, ketika sudah tak dapat melihat di mana kotanya berada. Dan ia pun menyadari bahwa semua orang telah menghilang.

**

Semuanya sudah terlambat.

"Apa?! Apa yang telah kau lakukan?!" teriak Vall mulai panik, wajahnya nampak marah dan putus asa.

"Sederhananya, aku mengambil semuanya darimu, termasuk ... Kehidupanmu," ucapan Tirta nampak pelan sembari memalingkan wajahnya.

"Apa ..."

Wajah Vall nampak lebih putus asa dari sebelumnya. Suaranya pun mulai pecah.

"Apa?! Apa salah kami! Kau bisa mengambilku, tapi kenapa harus mereka!" Vall berteriak lebih keras, ia menggunakan sisa tenaganya untuk mendekat ke arah Tirta.

"Kau bahkan lebih jahat dari iblis-iblis itu bukan?! Jadi beginikah dirimu!" Vall mencengkeram kerah baju Tirta, namun itu pun tak memberikan tekanan pada Tirta, karena tubuhnya sudah benar-benar lemah saat ini.

"Katakan sesuatu!?" Vall kembali berteriak keras ke arah Tirta, membuat Tirta kemudian menanggapinya kembali.

Tirta memperlihatkan wajahnya di mana matanya berkaca-kaca lalu ada tetesan air mata yang keluar, "Kau benar, aku adalah iblis yang bahkan lebih mengerikan dari iblis-iblis itu ..."

"Kenapa kau menangis ... Siapa korbannya disini?! Aku berharap kau lebih menderita dariku dan kerajaanmu hancur tak bersisa—"

Namun,

Tubuh Vall kemudian jatuh terkapar, tubuhnya yang lemah itu rupanya lambat laun memberikan kesadarannya sebagai manusia.

"Ini semua salahmu ..." Vall nadanya bergetar sembari anggota geraknya mulai lenyap sedikit demi sedikit, "Seandainya kalian tidak pergi ke dunia ini," lanjutnya.

"Kau benar Vall ini salahku," ucap Tirta dengan postur yang masih mencoba untuk tetap tegar. 

"... Tidak, aku bahkan ... Tak bisa, aku takut .. mati ... aku ..."

Sebelum sempat menyelesaikan perkataannya tubuh Vall akhirnya menghilang tak berbekas.

Peradaban, pembangunan, dan segala jenis tempat yang sebelumnya ada, lenyap. Hanya menyisakan lautan pasir.

Tirta hanya dapat meratapi itu dengan perasaan yang sendu sembari melihat simbol biru di punggung tangannya. Simbol yang dapat mengambil seluruh kekuatan suatu peradaban pada semesta lain hingga tak bersisa.

Setelah kekuatan dari semesta itu diambil, tak ada lagi yang tersisa, bahkan kehidupan sekecil apapun itu.

*****

Travel in a Different SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang