Segalanya kembali remang-remang. Aku mulai tak mendengar percakapan mereka, lalu semuanya menggelap.
Secara samar, aku mendengar suara dentuman dan beberapa kali gema hantaman yang nyaring.
Begitu mulai dapat kurasakan tubuhku lalu kubuka mata, pemandangan berubah drastis. Aku mencoba bangkit, terkejut melihat istana sudah porak-poranda.
"Ayah, kau tak apa-- Ughh--" Ryuna terbatuk. Tubuhnya penuh luka menganga, lalu ia terjatuh.
Aku dengan sigap menangkapnya, "Bertahanlah Ryuna." Napasnya terengah-engah. Ia dalam keadaan kritis.
Sementara itu pemandangan sekitar yang membentang hanya tersisa kehancuran, banyak mayat prajurit dan ksatria yang berguguran.
Lantas aku sendiri segera meletakkan Ryuna ke kasur yang kutempati sebelumnya. Meski ia terluka cukup parah, aku yakin ia bisa bertahan, aku bisa merasa tubuhnya perlahan mencoba memulihkan diri. Masalahnya sekarang adalah aku merasakan energi kuat dari jauh.
Aku segera berlari ke depan, entah kenapa tubuhku menjadi lebih ringan, aku bisa merasakan satu energi yang membuat kedua aliran yang ada dalam tubuhku menjadi lancar.
Setelah beberapa langkah, suara benturan senjata menggema dari balik dinding istana yang roboh. Di tengah tanah yang retak dan terbalik, sosok Doreran muncul, berdiri dengan angkuhnya di antara puing-puing.
Aku terkejut melihat tubuh Pinova, dadanya tertusuk oleh pedang Doreran. Rasa ngeri mencengkeramku saat darah biru mengalir dari luka menganga.
"Kau sangat terlambat sekali," ucap Doreran dengan nada mengejek lalu kemudian mencabut pedangnya, membuat cipratan cairan berwarna biru keluar lebih deras dari tubuh Pinova.
Dengan sigap aku segera menyerang Doreran, namun ia dengan santainya menghindar, senyuman dingin masih terpampang di wajahnya.
"Pinova, bertahanlah." Aku segera mengangkat tubuhnya, merasakan setiap tarikan napasnya yang menyakitkan, lalu melakukan teleportasi agak jauh dari Doreran.
"Aghh ... Mikka--" Suaranya serak dan penuh rasa sakit. "Syukurlah kau baik-baik saja." Wajahnya menegang menahan rasa sakit, namun matanya memancarkan kekhawatiran.
Lalu tiba-tiba dari depan sudah ada Doreran lagi. Ia menggunakan senjatanya mencoba menyerangku dengan mengayunkannya, aku kemudian berteleportasi kembali dengan mundur kebelakang.
"Siapa yang mengizinkanmu pergi." Doreran nampaknya takkan membiarkanku pergi begitu saja.
Aku segera meletakkan Pinova di bawah rerumputan. "Mikka, pergilah..." rintihnya, suaranya bergetar menahan rasa sakit. Setiap kata yang keluar dari mulutnya terasa seperti beban yang berat.
Aku tak tahu situasi macam apa ini, seperti terlalu banyak hal yang perlu kulakukan dalam satu waktu, aku seperti dikejar oleh waktu. "Jangan khawatir, Pinova. Aku akan menyelesaikannya," kataku, mencoba menyembunyikan kecemasan dalam suaraku.
Kombinasi perasaan serta ragaku yang bangkit cukup sehat namun dengan situasi yang kacau ini cukup memberikan perasaan campur aduk. Aku cukup marah tapi aku juga merasakan ketenangan dan kekhawatiran secara bersamaan.
Aku tidak tahu ini semacam apa, tapi saat aku sekarat sepertinya Pinova memberikan darahnya padaku, aku merasa ada aliran lain dalam tubuhku yang belum pernah kurasakan, tapi itu seperti memberi tumpuan antara energi yang tumpang tindih lalu memperbaikinya.
Aku segera menghadap ke arah Doreran, lalu menteleportasikan senjata Renkarnaku berbentuk pisau ke tanganku.
"Sepertinya aku melewatkan banyak hal, tapi dari kekacauan yang ada, kau adalah orang yang takkan mendapatkan pengampunan."
"Aku tidak meminta pengampunan dari siapapun."
Dari saat pertama kali bertarung dengan Doreran, kemampuannya saat ini meningkat cukup drastis.
Sesaat kemudian aku mendengar beberapa ledakan dari arah utara, terasa samar-samar tapi itu mungkin adalah pertarungan lain yang terjadi, sepertinya itu Sonra, Laruma, dan lainnya sedang bertarung melawan bawahan Doreran.
"Apa yang kau lihat, lebih baik kau mengkhawatirkan dirimu sendiri," ucap Doreran.
Ia nampak menikmatinya, sudah tentu pikirannya itu benar-benar liar. Yang kutahu orang seperti ini hanya peduli pada sensasi yang ia rasakan. Seperti anak kecil yang manja, mereka hanya peduli pada kesenangan mereka tak pernah berpikir akan apa konsekuensi atau bayaran atas kesenangan mereka.
"Ya, tentu saja."
Dengan langkah sigap, aku segera mengaliri pisauku dengan api, tak seperti sebelumya dimana aku tak dapat mengalirinya dengan kekuatan astral, kini semuanya terlihat terbuka, aku langsung melesat meneyerang Doreran dengan mengayunkan pisau Renkarna.
Tang!
Ia menangkis dengan pedangnya namun aku berhasil membuat retak senjatanya tersebut.
"Ini?" Wajahnya nampak mengekspresikan perasaan kaget, tentunya aku tak menyia-nyiakan kelemahannya itu.
Aku kemudian melakukan teleportasi dengannya. Aku memindahkan pertarungan kami di dalam hutan yang lumayan jauh dari istana.
"Menarik sekali, kau bahkan mampu memindahkanku," ucap Doreran sembari menghempaskan seranganku dengan pedang Renkarnanya, senjatanya itu tiba-tiba kembali utuh setelah menerima seranganku. Sudah kuduga takkan semudah itu untuk mengalahkannya.
"Kurasa kau akan menjadi lahapan yang bagus untukku." Ia memutar pedangnya lalu memunculkan tongkat di tangan kirinya, tiba-tiba muncul banyak diagram sihir di sekitarnya, menyala berwarna ungu kehitaman.
Setelah itu muncul makhluk semacam undead. Empat undead kesatria, tiga monster humanoid bertanduk, dan dua ekor naga.
"Kau cukup curang juga dengan kemampuanmu."
"Jangan bilang curang, masing-masing dari diri kita memiliki berkah ketika dipanggil kesini bukan?"
Aku tak dapat melihat statusnya, dia sepertinya menutupinya, namun dengan menggunakan kekuatan astralku, aku bisa tahu bahwa Doreran berkali-kali lipat lebih kuat daripada Pinova, namun bukan berarti ia tak memiliki kelemahan.
"Kau sepertinya sedang mencoba melihat statusku bukan? Jangan khawatir akan aku perlihatkan seberapa besar perbedaan kekuatan kita."
Tiba-tiba penglihatanku dipenuhi oleh berbagai macam informasi tentang Doreran, beberapa layar layaknya sebuah menu game muncul memperlihatkan statusnya.
= = =
[Level Player 700]
Skill Pelahap_ (Pahlawan)
- Pelahap Status [Lvl 10]
- Pelahap Skill [Lvl 10]
- Pelahap Ingatan [Lvl 10]Skill Perubahan_ (Pahlawan)
- Berubah jadi debu [Lvl 10]
- Berubah jadi hewan [Lvl 10]
- Berubah Skill [Lvl 10]Skill Racun_ (Pahlawan)
- Racun dalam tubuh [Lvl 8]
- Racun udara [Lvl 8]Skill Deteksi_ (Pahlawan)
- Deteksi Target [Lvl 8]
- Deteksi Gerakan Masa Depan [Lvl 8]
- Deteksi Jenis Materi [Lvl 8]Skill Regenerasi Luka [Lvl 6]
Skill Penguatan tubuh [Lvl 6]
Skill Peningkatan kecepatan [Lvl 6]
Skill Pelapisan elemen api [Lvl 6]
Skill Anti sihir [Lvl 6]
Skill Grafitasi [Lvl 6]
Skill Pengacau Persepsi [Lvl 6]Status Proteksi Penjaga Malam_
_Pengendali Darah
_Sihir Konversi
_Pemanggil Undead.Status Proteksi Penjaga Langit_
_Sihir Matahari
_Anti Korosi
_Sihir CairanStatus Proteksi Penjaga Puncak_
_Sihir Bumi
_Sihir PemikatStatus Proteksi Raja Iblis_
_Pembagi Kepribadian
_Mode Amukan
_Anti Sihir
_Pelebur Skill[Wind Sword Level 60]
[Skill Kontrol Angin Lvl 6]
[Skill Perapatan Udara Lvl 6]
[Skill Hampa Udara Lvl 6]
[Skill Kamuflase Lvl 6]
[Skill Sayatan Angin Lvl 6]= = =
Itu adalah status yang mengerikan, sepertinya itu terjadi karena ia memiliki skill pelahap, jadinya ia memiliki banyak kemampuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Travel in a Different Sky
FantasiaHidupku terasa hampa dan melelahkan. Meskipun sudah melakukan segala sesuatu sebaik mungkin, aku masih terjebak dalam dunia korporasi, ekonomi, dan politik yang monoton. Tidak ada lagi orang yang percaya padaku, terutama setelah aku dipecat karena f...