Karena hari mulai gelap akhirnya kami bermalam di tempat tersebut, paginya kami melanjutkan perjalanan menyusuri hutan, sesekali kami melawan beberapa monster yang lewat untuk meningkatkan kekuatan kami.
Aku sendiri sadar bahwa kekuatan kami belum cukup untuk bisa mengalahkan iblis dengan mudah, lalu masalah tambahannya ada orang yang mengincar kami, jadi hal yang bisa kami lakukan sekarang adalah meningkatkan kekuatan.
Pinova masih mencoba menurunkan levelnya dengan mengalirkan levelnya tersebut ke senjata Renkarna, tidak hanya senjatanya saja, rupanya ia juga dapat mengalirkan levelnya ke senjata Renkarna milik kami.
"Ini sepertinya sudah level maksimal senjatamu, Mikka," ucap Pinova kemudian menyerahkan senjatanya padaku. Sekarang kami berada di tengah hutan untuk beristirahat dan makan siang.
Aku mengambilnya dan melihat level senjata pisauku, kekuatannya sudah naik daripada sebelumnya.
[Wind Knife Level 20]
[Skill Wind Slash Lvl 3]
[Skill Power Booster Lvl 3]
[Skill Anti Fire Lvl 3]
[Skill Protection Lvl 3]"Terimakasih Pino, entah kenapa rasanya aku ingin mencobanya untuk bertarung."
Jika melihat status kekuatanku sekarang dan levelku juga, entah kenapa aku merasa sudah cukup kuat.
[Level Player 15]
[Skill Fireball Lvl 5]
[Skill Double Fireball Lvl 5]
[Skill Controlled Fireball Lvl 5]
[Skill Fast Fireball Lvl 5]Dari skill juga aku dapat mengkombinasikan beberapa skill walaupun itu akan membuat pemakaian skill menjadi semakin terbatas, sepertinya skill bola api tidak buruk-buruk juga seperti kelihatannya, sebab jika dalam pertarungan, ini bisa menjadi jurus pamungkas untuk mengalahkan musuh yang kuat.
"Sonra!"
"Tidak, aku tidak mau latih tanding denganmu, lagipula aku tak pandai bertarung jarak dekat." Sonra berkata cukup tegas, kali ini ia benar-benar menolakku dengan keras. Padahal aku belum bilang apa-apa soal latih tanding, tapi karena aku sudah menawarinya sebelumnya dan dia menolak, pastinya dia sudah hafal dengan polah tingkahku.
"Sangat sia-sia sekali, bukankah senjata Renkarnamu untuk jarak dekat, sayang sekali jika kau tak memakainya."
"Rencananya mau kubuang, jika kau menyukai senjatanya, kenapa tidak kau pakai sekalian saja?"
"Kau yakin?"
"Ya, aku tak bisa memakai senjata semacam itu, terlalu berat untukku, lagipula terakhir kali ketika aku menggunakannya melawan slime, itu membuatku kesulitan."
Bagusnya sistem senjata Renkarna selain dari pewarisan skill pahlawan terdahulu adalah senjata tersebut juga tidak terkunci ke pahlawan tertentu artinya setiap pahlawan dapat menggunakan senjata Renkarna manapun.
Aku kemudian mengambil senjatanya yang telah ditingkatkan oleh Pinova. Senjata kapak yang ukurannya kecil berwarna biru.
[Icy Axe Level 30]
[Skill Ice Slash Lvl 3]
[Skill Power Booster Lvl 3]
[Skill Anti Ice Lvl 3]
[Skill Barrier Ice Lvl 3]
[Skill Aggravating Object Lvl 3]Memang benar, dari skill yang terbuka juga cukup sulit bagi Sonra yang tubuhnya tak terlatih untuk bertarung jarak dekat, sepertinya ia lebih nyaman menggunakan teknologi jarak jauh.
"Baiklah, aku akan menggunakannya, tapi masalahnya--"
"Bagaimana kalau mencoba latih tanding denganku, Mikka?" Pinova mengangkat tangannya, kemudian ia kembali melanjutkan perkataannya, "Aku cukup pandai bertarung jarak dekat."
"Aku tidak pernah melihatmu melakukannya, bukannya kau sendiri takut membunuh."
"Kenapa kau meremehkanku? Aku memang takut membunuh tapi aku ahli dalam pertarungan jarak dekat meskipun skill dan senjata yang kumiliki adalah jarak menengah semua."
"Baiklah kalau begitu, mari kita lakukan." Aku tak bisa menolaknya meskipun aku enggan, Pinova nampak lemah lembut dan baik hati. Rasa-rasanya aku tak ingin melakukan sesuatu yang bisa menyakitinya. Namun jika aku menolaknya, itu sama saja menyakiti hatinya. Jadi sekarang, aku tetap akan melakukannya namun sebisa mungkin tak akan terlalu melukainya.
Aku kemudian berdiri berhadapan dengannya dengan jarak sekitar 3 meter lalu melakukan ancang-ancang bertarung. Ia membawa tongkat Renkarna, sementara aku menggunakan senjata pisau dan juga kapak yang sebelumnya milik Sonra.
"Kau siap?" ucapku padanya.
Tiba-tiba terdengar teriakan dari Sonra, "Tunggu sebentar, biarkan aku menyiapkan sesuatu."
Ia langsung mengambil peralatan rekaman, sepertinya ia berniat melakukan live streaming lagi.
"Kenapa kau harus melakukan itu?" Rasanya jadi agak risih ketika Sonra melakukan live streaming lagi, padahal ini hanya sebuah latihan saja.
"Mau bagaimana lagi, saldoku habis setelah menghabiskan dana untuk pertarungan sebelumnya, ini juga demi kalian kan?"
Aku hanya bisa bernapas panjang, memang benar Sonra meski bukan petarung hebat, namun ia sangat membantu, tanpanya mungkin kami akan kesulitan dalam menghadapi rutinitas sehari-hari, "Baiklah, ayo lakukan Pino."
Aku sampai melupakan sesuatu, meskipun Pinova belum pernah bertarung jarak dekat dan biasanya ia lebih sering mode bertahan, levelnya sudah jauh diatasku, meski ia sudah mencoba menurunkan level demi keseimbangan energinya, namun tetap saja itu cukup tinggi.
[Level Player 200]
[Skill Healing Lvl 10]
[Skill Regenerate Lvl 10]
[Skill Purification Lvl 10]
[Skill Healing Area Lvl 10]
[Skill Regenerate Area Lvl 10]
[Skill Reconstruction Lvl 10]
[Skill Stamina Recovery Lvl 10][Rock Staff Level 60]
[Skill Soil Control Lvl 6]
[Skill Void Barrier Lvl 6]
[Skill Windball Lvl 6]
[Skill Object lightening Lvl 6]
[Skill Water Territory Lvl 6]Dan apa-apaan dengan skill-nya itu, semuanya sudah level penuh, sedangkan senjatanya memiliki kekuatan dua kali dari senjata kami berdua.
"Jangan khawatir Mikka, tak usah menahan diri, aku akan menggunakan perlindungan penuh untuk menahan seranganmu."
"Baiklah."
Aku segera berlari memutar, lalu melakukan serangan pertama dengan bola api ganda yang dapat kukendalikan, namun kemudian bola api yang menuju kepadanya lenyap tertahan oleh skill Void Barrier miliknya.
Pinova pernah berkata itu adalah kekuatan dari senjatanya yang mampu menahan segala serangan fisik maupun elemen.
Tapi bagaimana dengan ini?
Aku menciptakan es dan juga bola api dari segala arah, lalu menyerangnya.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Travel in a Different Sky
FantasiHidupku terasa hampa dan melelahkan. Meskipun sudah melakukan segala sesuatu sebaik mungkin, aku masih terjebak dalam dunia korporasi, ekonomi, dan politik yang monoton. Tidak ada lagi orang yang percaya padaku, terutama setelah aku dipecat karena f...