Suara berisik di taman belakang kediaman Stevan Jovetic disebabkan oleh para anak kecil yang tengah bermain bersama. Ada dua remaja yang juga ikutan bermain disana raut mereka terlihat sangat bebas.
Dua balita bahkan berlarian mengikuti para kakak yang asyik bermain. Beberapa jam kemudian mereka berhenti berlarian karena kelelahan.
Sosok tertua diantara mereka bersandar di pohon. Sementara para adik tiduran di paha mereka masing-masing.
"Abang! Kakak! Aa!" panggil Kevin kepada ketiga kakaknya.
"Ya," sahut ketiganya.
"Kenapa dek?" tanya Indra.
"Kakak aku tidak mau dipanggil adek tahu!" protes Kevin.
Bobby mencium kedua pipi Kevin brutal membuat Kevin tertawa keras akibat tindakan kakak ketiganya. Sementara Fano menatap itu semua dalam diam. Balita berusia tiga tahun itu menatap wajah Argo dan Rimba secara bergantian.
"Adek dan mas Kevin umurnya beda setahun, kan?" tanya Fano terhadap Argo.
"Benar. Kevin umurnya empat tahun sementara kamu tiga tahun," jawab Argo.
"Berarti boleh panggil nama aja ya," ujar Fano.
"Tidak boleh dek. Itu tidak sopan," nasihat Rimba.
"Terus umur mas Bryan, mas Indra dan mas Bobby berapa tahun?" tanya Fano kepada Rimba.
"Mas Bryan sebelas tahun beda setahun dengan abang. Indra delapan tahun, dan Bobby enam tahun," jawab Rimba.
"Kok curang sih?!" protes Fano.
"Curang kenapa?" tanya Argo tidak mengerti jalan pikiran adik keduanya.
"Masa adek paling kecil sih!" protes Fano tidak terima.
"Emang mau punya adik?" tanya Rimba terhadap Fano.
"Tidak mau," ujar Fano.
"Abang rasa cukup dua adik saja. Lagipula mama pasti malas mengurus seekor bayi," sarkas Argo.
"Bang jangan pakai kalimat seekor itu seperti binatang saja," komentar Rimba mendengar ucapan Argo.
"Iya maaf," ujar Argo.
"Adek minta izin untuk sekolah dilarang tahu," gerutu Fano bahkan wajah balita itu terlihat kesal walaupun malah menjadi imut.
"Kamu masih kecil nanti saja umur lima tahun," ujar Argo memberitahu sang adik.
"Lho aku seumuran adek udah sekolah," celetuk Rimba.
"Dan!" tegur Argo.
"Hehehe maaf bang," cengegesan Rimba.
"Tuh papa curang masa adek tidak boleh sekolah sih!" kesal Fano.
Fano akan berlari kearah menuju ke dalam rumah ditahan kedua kakaknya. Argo memberi isyarat mata kepada Rimba untuk menahan tubuh kecil Fano. Balita itu memberontak tidak mau dipelukan kedua kakaknya. Namun disebabkan kalah tenaga akhirnya dia menyerah pasrah dipeluk keduanya.
Keempat anak kecil yang memperhatikan mereka mendekat kearah mereka bertiga. Kevin balita berusia empat tahun menepuk kepala Fano. Perhatian balita itu teralihkan akibat tepukan kakak sepupunya.
"Adek kenapa marah?" tanya Kevin.
"Masa aku tidak boleh sekolah sih, mas Kevin!" kesal Fano.
"Tumben banget om melarang anaknya sekolah," heran Bobby.
"Mungkin ada penyebab itu semua," ujar Indra.
"Daripada marah lebih baik kita bermain saja," ajak Rimba yang tidak tega melihat adiknya terus menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Save My Brothers (END)
Ficção GeralNot BL/Only Brothership. Ini hanya kisah keluarga saja tidak lebih. Argo sosok pria dewasa yang kehilangan kedua adiknya. Sosok pria dewasa yang memang terkenal dingin itu semakin tidak tersentuh sejak kematian kedua adiknya. Bahkan di usia 35 tahun...