18 (with papa)

2.1K 187 20
                                    

Sesuai apa yang dikatakan oleh Lusiana saat ini ayah dan anak tengah berada dalam ruangan sama. Mereka diam saja tidak memulai percakapan satu sama lain bahkan Argo fokus belajar saja.

"Kenapa kau diam saja?" tanya Stevan.

"Malas," sahut Argo.

"Bahumu bagaimana?" tanya Stevan.

"Lumayan membaik," ujar Argo.

Stevan yang iseng menggendong sang anak secara tiba-tiba. Argo dengan refleks mengalungkan tangannya ke leher sang ayah. Dia tersadar dan memberontak dalam gendongan ayahnya.

"Ar papa kangen sama kamu lho," ujar Stevan memeluk tubuh sang anak.

"Lepaskan!" pekik Argo.

"Diam deh. Nanti papa kasih uang jajan tambahan," ujar Stevan.

"Aku masih bisa mencari uang sendiri!" pekik Argo.

"Sombong kamu mentang-mentang bisa membobol rekening papa," gerutu Stevan tidak suka ucapan sang anak.

"Itu hakku juga," ujar Argo santai.

"Rileks nak. Masa depan memang telah kau lihat tapi untuk sekarang setidaknya nikmati masa kecilmu dulu."

"Papa mengerti bahwa kamu sangat khawatir tentang keselamatan kedua adikku."

"Papa janji akan menjaga keluarga kecil kita dengan nyawa papa sebagai taruhannya."

"Abang tenang ok," ujar Stevan mengelus rambut Argo.

"Papa," gumam Argo mencengkram bahu sang ayah.

"Menangis sebentar bukan berarti kamu lemah," ujar Stevan.

Stevan mengerti banyak hal yang dipikirin oleh sang sulung. Kehidupan pertama yang berakhir penyesalan membuat sang anak merasa tidak pantas akan kehidupan keduanya yang tenang ini.

Jiwa pria dewasa itu memeluk leher sang ayah sangat erat. Dia menangis dalam diam ayahnya mengelus punggung anaknya agar merasa lebih baik. Cukup lama Argo menangis akhirnya tenang walaupun dia malah tertidur di gendongan ayahnya.

"Papa tidak akan membiarkan kamu melindungi kedua adikmu. Setidaknya untuk sekarang akan papa biarkan dirimu menjadi sosok anak yang ceria tanpa terbebani apapun," ujar Stevan menatap wajah Argo yang matanya terlihat bengkak.

Pria berusia hampir empat puluh itu tidur bersama sang anak. Argo malah menangis dalam tidurnya seperti memikirkan tentang kematian kedua adiknya di masa depan.

"Sst Ar tidurlah. Setidaknya untuk kali ini biarkan papa menggantikan posisi kedua adikmu."

"Papa mengerti bahwa kematian kedua adikmu membuat sosok dirimu sebagai tidak tersentuh."

"Buah hati papa tidurlah yang nyenyak jangan memikirkan apapun," ujar Stevan.

"Ar tidak mau kehilangan papa atau kedua adikku," gimana Argo.

Stevan menatap wajah sang anak. Ternyata Argo terbangun bahkan air matanya menetes di kedua matanya. Dia mendengar tentang ucapan sang ayah.

"Aku tidak mau kehilangan anggota keluargaku!"

"Biar aja Ar yang pergi asal semuanya masih hidup!"

"Ar tidak mau melihat kalian pergi," tangis Argo.

"Kamu kan tahu bahwa papa memiliki banyak musuh," ujar Stevan mengelus rambut Argo.

"Makanya Ar saja yang mengurus mafia!" pekik Argo.

"Kedua adikmu perusahaan?" tanya Stevan.

"Dan tidak mau mengurus perusahaan pastinya. Paling adek yang mau," ujar Argo.

Save My Brothers (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang