Suara teriakan Rimba membangunkan pasangan suami istri yang tengah terlelap tidur. Dengan siaga mereka langsung berlari kearah sang putra kedua. Ternyata disana Rimba menatap mereka dengan marah.
Mereka mendekat kearah sang anak. Lusi mengelus rambut Rimba yang mulai memanjang tindakan dia ditolak sang anak. "Kakak menginginkan apa, nak?" tanya Lusi mengerti tindakan sang anak.
"Kakak mau liburan! Sekarang libur semester tahu!" pekik Rimba.
"Seperti tahun kemarin atau lokasinya berbeda?" tanya Lusi kepada sang anak.
"Mau naik balon udara," jawab Rimba.
"Baiklah besok kesana," ujar Stevan.
"Mau sekarang!" rengek Rimba.
Lusi menatap wajah sang suami. "Ok sekarang kamu siap-siap. Papa akan bangunkan abang dan adek dulu," ujar Stevan.
"Mau sama mama mandinya," ujar Rimba.
"Kamu mandikan kakak. Aku akan memandikan adek dulu," ujar Stevan.
"Kok abang gak mandi bareng saja?" tanya Rimba.
"Abangmu sudah tidak mau katanya," ujar Stevan.
"Oh gitu," ujar Rimba.
Pasangan suami istri membagi tugas agar semuanya segera selesai. Sejak awal menikah mereka memang begitu. Jadi jangan heran apabila Fano mulai penasaran mengenai bagaimana cara memasak. Argo dan Rimba yang telah mampu membersihkan kamar masing-masing.
Di kamar Argo dia tengah menata rambut dia agar rapih ketukan di pintu membuatnya menatap kearah sana. "Tumben papa pagi sekali kesini?" heran Argo.
Stevan tersenyum melihat sang sulung yang sudah rapih. "Kakak mengamuk meminta agar kita liburan," jawab Stevan.
"Ke luar negeri lagi?" tanya Argo.
"Di Indonesia saja. Banyak musuh berkeliaran apabila kita pergi ke luar dengan mudah mereka akan menargetkan kalian bertiga," ujar Stevan.
"ABANG!" teriak seorang balita.
Di depan pintu kamar ada sosok balita berusia tiga tahun hanya menggunakan dampers wajahnya nampak memerah. Sang abang yang peka turun dari kursi lantas menggendong sang adik.
Stevan terkekeh geli melihat sang bungsu. "Ayo mandi bersama papa. Kita mau jalan-jalan lho," ujar Stevan.
Mendengar kata jalan-jalan membuat sang balita berhenti menangis dia mengulurkan tangan kearah sang ayah untuk digendong. Mereka berdua masuk ke kamar mandi milik Argo sang pemilik memilih pergi ke meja makan untuk sarapan.
Belum ada orang sama sekali jadi Argo memilih mengambil roti untuk mengganjal perut dia. Tak lama menu sarapan datang diantarkan oleh beberapa pelayan rumah.
"Maaf kami terlambat tuan muda Argo," ujar salah satu dari mereka.
"Tidak masalah," ujar Argo.
Mereka pergi kembali melanjutkan tugas yang tertunda. Suara langkah kaki mendekat membuat Argo tersenyum.
Stevan dan Lusi tak lupa mencium puncak kepala Argo secara bergantian. "Makan saja duluan bang kalau laper," ujar Lusi.
"Aku mau menunggu semuanya saja. Agar kita makan bersama," jawab Argo.
Jawaban Argo membuat kedua orangtuanya tersenyum. Keluarga itu makan dalam keheningan setelah selesai makan mereka bekerjasama untuk membereskan meja makan. Beres dengan semuanya mereka menuju ke garasi untuk memilih kendaraan.
Rimba tengah memangku dagu melihat semua kendaraan di garasi. Ada berbagai model mobil tersedia disana. Stevan diam saja tidak mengomentari tingkah sang anak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Save My Brothers (END)
Ficción GeneralNot BL/Only Brothership. Ini hanya kisah keluarga saja tidak lebih. Argo sosok pria dewasa yang kehilangan kedua adiknya. Sosok pria dewasa yang memang terkenal dingin itu semakin tidak tersentuh sejak kematian kedua adiknya. Bahkan di usia 35 tahun...