64 🔞

233 1 0
                                    

Pagi harinya

Vieria terbangun karena merasakan seseorang memeluknya dari belakang.

"Kamu sudah bangun?," tanya Aryan menyadari dari nafas Vieria.

Vieria tidak menjawab apapun, namun ia menyingkirkan tangan Aryan dan berusaha berdiri, namun belum sempat beranjak, Aryan sudah menahannya lagi.

"Mau kemana?," tanya Aryan menangkap tangan Vieria.

"Lepasin," balas Vieria jutek.

"Hmm... Vieria is unhappy. Ada yang sakit?," tanya Aryan malah menarik Vieria mendekat.

Vieria tak tahan lagi memendam perasaannya, "iya, sakit hati! Kamu kenapa nggak ke Ravina aja sana! Ikut dia ke Jerman!"

Aryan menggerutu dalam hati, ternyata masih persoalan Ravina.

"Vieria... apapun yang kukatakan dan kulakukan, aku tidak bermaksud melukaimu. Kalau memang kamu terluka, aku minta maaf. Kumohon jangan marah lagi ya, I love you."

"Love me more than her?"

"Iyalah, dia tidak sebanding denganmu. Kamu jauh lebih kusayang," ucap Aryan mendekat dan berbisik di telinga Vieria, membuat Vieria bergidik.

"Terus... dia pergi ke Jerman. Kamu nggak nahan dia pergi lagi?"

"Udah, kok," jawab Aryan. Mata Vieria melotot, Aryan buru-buru menjelaskan.

"Hanya sebagai kolega, I swear. Biar bagaimanapun, Ravina itu aset berharga perusahaan. Tapi ia tetap memutuskan untuk keluar. Ya sudahlah."

"Aryan, kamu benar-benar tidak punya perasaan lagi dengannya?"

Aryan menarik nafas, harus berapa kali bicara agar Vieria mengerti. Aryan pun memutuskan untuk menggunakan bahasa tubuhnya. Ia menindih Vieria, menurunkan celana tidur dan celana dalam Vieria.

"Ah, Aryan kamu mau apa?," tanya Vieria panik.

"Show you how much I love you," bisik Aryan sebelum melahap vagina Vieria.

"Ng, aaah," desah Vieria. Ia bisa merasakan lidah Aryan bermain-main di klitorisnya, menjilati dan menghisap cairan basahnya.

"Oh, oh," Vieria sampai menjepit kepala Aryan. Kuluman Aryan sampai menimbulkan suara mengecap.

"Oh, oooouuhh," desah Vieria mencapai orgasme tak lama kemudian.

"Hah, hah, hah," Vieria terbaring lemas. Aryan membuka seluruh pakaiannya dan menaikkan kaos yang dikenakan Vieria. Vieria tidur tanpa bra hingga payudaranya langsung terlihat.

Vieria tersadar, lagi-lagi Aryan berhasil menelanjanginya. Vieria berusaha memberontak, tapi telat. Aryan sudah menguncinya dan menaikkan satu kaki Vieria ke bahunya, hingga vaginanya kini terbuka lebar.

"Aaaaah," jerit Vieria ketika penis besar Aryan memasukinya.

Vieria sengaja menjepit lubang vaginanya agar sempit dan susah dilewati. Tapi bukan Aryan namanya kalau langsung menyerah.

Baru masuk setengah, Aryan mengeluarkannya, kemudian memasukkannya lagi. Membuat Vieria berteriak.

"Aw"
"Aw"
"Aw"

Aryan lakukan berulang kali hingga penisnya masuk seluruhnya ke dalam vagina terdalam Vieria.

Aryan menyeringai menang, sedangkan Vieria melotot. Tapi tatapan tajamnya tidak bertahan lama karena Aryan langsung menggenjotnya, membuat kepala Vieria berkunang-kunang dan reflek menutup mata.

Payudara Vieria juga tak luput dari remasan Aryan.

"Apa kamu cemburu pada Ravina?," tanya Aryan sambil tetap menyetubuhi Vieria.

Aryan sengaja membuat Vieria kesal dengan mengungkit-ungkit nama Ravina.

Vieria pura-pura tidak mendengar, namun Aryan malah memainkan klitoris Vieria juga dengan jarinya.

Oh, ini gila! Tiga titik rangsang Vieria diserang sekaligus, payudara, vagina, klitoris, membuatnya kehilangan akal sehat.

"Oh, oh, oh, oh," desah Vieria.

"Katakan, Vie. Apa kamu cemburu pada Ravina?"

"Oh, oh, i..iya."

Hujaman Aryan semakin dalam namun dipelankan, "katakan lebih jelas."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aryan dan VieriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang