Chapter 07 : Request 2

1.3K 83 0
                                    

"Ayah!! Apa boleh Sherry minta untuk hadiah ulang tahunku kali ini, aku ingin seorang guru untuk mengajar sihir..."

Ucap kecil permintaan putri itu kepada ayahnya, seorang raja yang tidak merespon dan hanya fokus pada makanan di hadapannya.

Seperti biasa, keadaan menjadi hening dan canggung karena raja itu tidak pernah merespon hal tidak penting baginya.

.
.

Perjamuan makan siang kini telah usai. Putri itu mulai lagi memperlihatkan ekspresi cemberut kepada para pelayan dikamarnya.

"Kenapa ayah tidak pernah mau mengabulkan permintaanku?"

"Mungkin yang mulia memiliki rencana lain putri.. Kita harus bersabar hingga pesta ulang tahunmu."
Pelayan itu mulai memeluk putri kecil berusia 12 tahun tersebut.
.
.

Kini perjamuan pesta ulang tahun telah tiba. Seluruh bangsawan yang memiliki hubungan dalam negeri hingga luar kerajaan telah diundang untuk merayakan pesta ulang tahun putri mahkota kerajaan besar itu.

Tak terkecuali, tunangan putri juga datang bersama saudaranya yang lain. Namun siapa sangka, sebelum putri itu keluar menuruni tangga ruang ballroom. Sang raja ingin bertemu dengannya yang sudah didampingi bersama seorang pria yang terlihat berusia 25 tahun.

Pria itu mulai membungkuk di hadapan putri tersebut, dengan kramanya dia bahkan memberikan sebuah kotak hadiah dengan bungkus kecil, yang berisi sebuah tongkat kayu. "Salam sejahtera putri Sherry... Semoga sinar kejayaan akan terus menerangi kerajaan Freaud. Perkenalkan saya Magius Deio Hop..., Mulai hari ini, saya ditunjuk oleh yang mulia untuk menjadi guru sihir pribadi anda..."

Putri itu sangat terkejut. Wajahnya memberi warna berseri. Pandangannya mulai tertuju pada raja. Dia sangat terharu hingga berkaca-kaca. Dengan cepat dan kaku, dia mulai mengangkat kecil gaunnya dan memberi salam senyum di depan raja dan guru itu.

Hingga akhirnya ia menyadari sesuatu, bahwa ayahnya raja Federick, tidak pernah sekalipun tidak mengabulkan keinginan anak tunggalnya tersebut. Dia hanya kurang memiliki komunikasi yang baik pada anaknya. Namun kenyataannya, Federick sangat menyayangi Sherry lebih dari apapun. "Terima kasih ayahanda..."

-True Princess (Chp. **, h. 78, Volume. 03)
(2015, Collega Gramedition)
.
.
.

✷✷✷

.
.
.

"Bodoh!!! Protagonis dalam buku ini naif sekali!!"
Ucap seorang gadis berambut pendek yang tengah membaca buku itu sembari menepuk-nepuk lembarannya.

"Ada apa kak? Kenapa kau melemparkan bukunya ke meja."
Datanglah adiknya dengan rambut terkuncir ke atas dan membawa secangkir gelas ditangannya.

"Entah lah, setiap kali melihat part dimana Sherry bertemu Federick bikin kesal aja! Sudah sangat jelas bahwa raja itu tidak memiliki simpati apapun sejak dia kecil. Lalu untuk apa masih mengharapkan kepercayaan darinya?! Kalo aku jadi putri itu, aku sudah pergi dari istana!"

"Oh! Part yang ini ya... Dimana untuk pertama kalinya Federick memperlihatkan kasih sayang pada Sherry." Ucap gadis berkuncir kuda tersebut sambil memegang buku itu.

"Cuma karena dia memberi guru sihir, bukan berarti itu bentuk kasih sayang!"
Gadis berambut pendek itu terus berteriak emosi di depan ruang tamu dan adiknya tersebut.

"Hm.. entahlah kak. Tapi bukannya Federick sangat menyayangi Sherry? Kalau aku jadi Sherry, mungkin aku hanya akan bersikap normal. Tanpa harus berkomunikasi atau takut padanya."

.
.
.
.
.
.

____________________________________________________________________________
____________________________
____________________
_________
__

True PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang