Chapter 16 : Intimidation

825 64 0
                                    

"Putri..., Mohon maaf menggangu waktu anda. Tetapi saya ingin menyampaikan bahwa pangeran Alston telah datang berkunjung."
.
.

Di saat kami masih saling menatap, salah seorang pelayan telah datang menghampiri. Tak menunggu lama, sorot mata yang sebelumnya memandangku, dengan segera ia menundukkan kepala. Lei yang tergopoh melepaskan tangannya padaku. Juga kakinya sedikit menjauh melangkah mundur.
Sedangkan aku yang mendengar hal itu segera menoleh pada pelayan tersebut.

"Ahk..! Iya..., Katakan padanya untuk menungguku hingga kelas—"

"Tidak perlu putri. Anda bisa menemui pangeran sekarang."
Tegas Lei yang memotong pembicaraan sebelum aku hendak menyelesaikan ucapan.

Pandanganku segera berpaling pada Lei saat mendengar perkataannya.
"Apa?! Tapi aku masih ingin mencobanya!"
(Itu juga alasan karena aku tidak ingin bertemu Alston. Ayolah..! Dasar Lei tidak peka!)
.
.

"Kelas berakhir untuk hari ini putri. Kita akan mempelajarinya lagi esok hari. Juga.., Bibi tolong perintahkan pelayan lain untuk membersihkan tempat ini. Saya permisi dulu putri."
Lei berbicara sangat aneh, ia juga mencondongkan kepalanya terus ke bawah saat mengatakan hal itu. Kemudian, dirinya bergegas pergi. Meninggalkanku hanya berdua saja dengan pelayan tersebut.
.
.

(Ada apa dengannya?)
Batinku yang terheran dengan perubahan tingkah Lei.

Karena terus dihadang oleh pelayan yang menunggu. Aku terpaksa ikut untuk menemui Alston.
.
.
.

Step..., Step..., Step...

"Bibi, Alston ada dimana?"
Tanyaku pada pelayan itu, saat kami berjalan mengelilingi taman istana bagian barat.

"Pangeran tengah menunggu di istana anda putri."
Jelas pelayan tersebut yang masih menundukkan kepala.

Namun, aku tidak meresponnya lagi. Kami hanya berjalan kembali ke arah barat. Tepatnya dimana istana ketiga berada.

Tatkala di tengah jalan, aku baru teringat mengenai tongkat sihir yang direbut oleh Lei. Aku lupa menanyakannya kembali. Selain itu, sebenarnya masih banyak yang ingin aku bahas bersama Lei. Tetapi ketika berada di dekatnya.., entah kenapa Lei terkadang menghindariku. Ia hanya fokus pada tujuannya sebagai guru mengajar sihir untuk Sherry. Bagiku ini sedikit mengganjal. Terkadang Lei bertingkah sangat lembut. Kami bahkan sangat mudah berbicara. Tetapi ada suatu kondisi dimana Lei tiba-tiba saja menghindar. Seperti halnya kejadian barusan. Menjadikanku berpikir dalam benak, Apa anak itu sedang puber? Yah..., menurutku anak seusia Lei maupun Rayl memang sudah waktunya.
.
.

(Hm..., Setelah menemui Alston, mungkin aku akan melihat keadaan Rayl.)
Batinku lagi saat berjalan di taman, yang tiba-tiba terlintas ingin melihat wajah Rayl.
.
.
.
.

_______________________________________

Di sisi lain...,

Step....!! Step...!!!
Kecepatan kaki Lei yang melangkah terlihat sangat terburu-buru. Dari kejauhan pula, Erkarst yang sedang berjalan dari arah bersebrangan, tengah melihat Lei yang juga berjalan menuju arah tenggara.

"Lei!!!"
Teriak Pria apel itu.

Akan tetapi, Lei tidak mendengarkan dari jarak mereka. Karena sudah lama tidak berbincang dengan Lei, Erkarst lantas bergegas lari mengejarnya yang hanya memperlihatkan pundak dari belakang.

Drap...!!! Drap...!!! Drap....!!!
.
.
.

"Lei!!?"
Ucap Erkarst yang meraih bahu Lei dari sisi belakangnya, kian tengah berjalan sangat cepat.

True PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang