Chapter 25 : Heavy Hearted

604 40 0
                                    


Lima jam kemudian. Ketika matahari sudah hampir terbenam. Sinarnya kembali meredup, bergantikan warna jingga keemasan yang mewarnai langit senja.

Sherry yang sudah selesai dengan kelasnya, kini berjalan kembali menuju kamar di lantai kedua istana itu.

Step..., Step..., Step...
.
.

Kakinya yang sedikit sakit dan pegal karena beberapa kali ia salah melangkah, membuatnya menginjak kaki sang guru saat berlatih dansa sebelumnya.

Di pertengahan menyusur lorong istana. Bertubi-tubi ia menghentakan kaki yang semakin nyeri. Terlihat pemandangan yang tidak lagi meramai oleh beberapa pelayan. Lampu-lampu yang juga segera dinyalakan binarnya. Menghiasi suasana petang yang semakin tertutup awan secara tipis.
.
.
.

Step..., Step..., Step...

Ketika ia melewati sebagian tiang istana yang menjulur tinggi di lorong itu. Tiba-tiba saja langkahnya terhenti oleh seseorang yang menarik tangan dari belakang.

Grep
.
.

Namun saat Sherry ingin memutar tubuhnya. Kini tangan yang menghentikan dirinya, lekas menutup kedua matanya dari arah belakang.

"Rayl? Sedang apa disini. Aku sedang tidak ingin bercanda! Aku lelah.."
Ucap Sherry yang menggertak seseorang di belakangnya. Tanpa ia tau siapa seseorang tersebut. Tak lama tangan Sherry segera menekan kuat telapak tangan yang menutup matanya.

Saat menyentuh tangan itu. Sensasi sarung tangan tipis yang ia pegang. Membuatnya mengernyitkan dahi, karena yang ia tau adalah Rayl tidak pernah mengenakan sepasang sarung tangan.

Sontak secara cepat, Sherry memutar punggung dan melihat seseorang yang berusaha mempermainkannya.

Betapa terkejutnya ia. Nampak seorang pria dihadapannya, dengan sosok postur tubuh yang menjulang tinggi. Hampir menyerupai Rayl, namun pria itu lebih pendek dari sahabatnya.

Sherry yang hanya bisa mendongak ke atas, lantas pupil dalam matanya segera membengkak. Ketika melihat seorang familiar yang sudah lama tidak pernah bersua.

.
.
.

"Siapa itu Rayl? Apa kau melupakanku?"
Lirih pemuda dihadapannya yang mengtelengkan kepala, sembari mendongak tatap lurus kepada mata Sherry.
.
.

Sebelah tangan kanan Sherry yang juga seraya digenggam oleh pria itu. Menjadikan kaki Sherry sedikit menapak mundur.
"Ehk...? Al..ston..? Sejak kapan kau—"
.
.

"Sstttt....!!!!"
Jari telunjuknya menampal tepat pada bibir Sherry. Juga, rahang yang menurun bersama tubuh yang sedikit membungkuk. Batang hidung Alston hampir menyentuh di depan wajahku.

(Sa...sangat dekat..)
Batin Sherry yang sedikit berdebar di hati. Sesaat saja, aku hampir lupa, betapa Alston memiliki wajah yang sangat sempurna.

Mata merah itu lagi. Sudah sangat lama aku tidak melihatnya. Wangi harum bunga Sweet-Pea dari aroma tubuh Alston. Membuat jari-jariku yang tengah didekap oleh tangannya seketika membeku.

Alston tersenyum manis dihadapan Sherry, yang memandangnya dengan tatapan bingung. Selain itu, tangan kirinya yang masih tersembunyi di belakang punggung. Seraya ia mengeluarkannya dihadapanku. Bersama buket bunga yang sangat besar.
Terus terang saja, ia menyerahkannya pada Sherry.
"Sejak tadi aku telah menunggumu. Tapi saat aku kemari, yang kulihat hanyalah seorang putri yang sedang berdansa di ruang itu."

Tatap mataku yang masih gagap. Tidak menghiraukan aksinya. Kian tapak tanganku yang ia dekap, dengan segera Alston alihkan untuk memegang buket itu. Seakan memintaku untuk menerimanya. Senyum tipis diwajahnya juga masih merekah. Nyaris saja aku hampir mengeluarkan semburat rona di pipi. Namun, aku lekas mendongakkan pandangan pada bunga tersebut.

True PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang