Peluh mulai mengalir pada dahi Rayl, dengan tergesa-gesa memutar beberapa pengait, yang ia buat menggunakan rambutnya.Tidak memiliki banyak waktu, juga sambil menahan rasa sakit pada perut. Ia masih berusaha membuka pintu itu, dengan segenap keterampilannya.
Keadaan di dalam ruang yang gelap, juga mempersulit penglihatan, untuk memastikan kaitan itu masuk dengan pas pada gerigi di lubang pintu.
Crrttkk—bunyi kasar kait pintu yang bergeming. Hal ini memberikan kesempatan bagi Rayl untuk dapat mendengarkan, tanpa harus melihat mekanisme di lubang pintu. Ia memanfaatkan sumber suara dalam mengaitkan gerigi tersebut.
Beberapa kali tangannya yang lihai menggerakkan lingkar pengait yang ia buat. Brakkk!! Brakkk—bersamaan dengan kakinya yang terus menendang. Amarahnya menjadi tidak terkendali.
(Pintu keparat ini!!! Apa mereka menggantinya dengan yang lebih kuat? Ini lebih sulit dibuka daripada saat aku masih kecil dulu!)
Batinnya yang kehabisan akal karena tidak juga berhasil terbuka.Brak!!! Brakk!!!
Pundaknya kini ikut merasa sakit karena terus mendobrak pintu.Namun, karena masih belum berhasil. Ia menjadi gelagapan dan terduduk kembali di kursi yang berada di ruangan itu. Matanya juga menilik pada sekeliling ruangan.
Seketika, ia melihat ke arah bawah kakinya, yang membuat dirinya mendapatkan ide lain dari kursi kayu yang ia duduki.
Rayl mendadak berdiri dari kursi itu dan memegang bagian atasnya. Tak.., Tak— Crakk!! Crakkk!!! Brukk..., Menggunakan kaki kanannya, ia merusak salah satu kursi kayu dan menjadikannya terbelah menjadi beberapa bagian. Pada penyanggah kursi, ia berhasil memotongnya menjadi patah terbelah dua. Di ujung penyanggah kayu berbekas kursi itu, karena patahan tersebut, membuatnya sangat lancip.
Hal ini memberikan Rayl sebuah ide, untuk dijadikan alat bantu pada selipan garis pintu bagian bawah maupun tepi. Sembari memegangi kayu yang sudah dipasangnya pada garis pintu.
Step..., Step...
Lagi-lagi ia bersiap melangkah mundur, dan berlari dengan cepat.
Drap...!!! Drap...!! Drapp...!!!Brakkk!!!! Blammm!!!!
.
."Ow..., Awhhs...! Sakit juga!"
Pintu berhasil terbuka dengan salah satu tendangan kuatnya. Yang juga dibantu oleh penyanggah kayu tersebut. Membuat ia terjatuh menyusruk pada rumput yang luas di depan ruangan. Tangan dan kakinya kian juga sedikit terluka dengan lecet pada sikut maupun lututnya."Rayl?!!"
Teriak penjaga itu tercengang melihat Rayl yang sudah merusak pintu."Groogmhh!!! Mooo!!!"
Akan tetapi tidak ada waktu untuk berdiskusi. Salah satu hewan hampir menerjang Rayl yang masih menyunsruk. Seketika ia berguling dan menjauh dari hewan itu.Matanya mulai melirik curi pandang pada pedang miliknya yang disimpan di sebuah kotak. Tak jauh dari tempat itu, Rayl bersiap untuk berlari lagi, menjauh dari hewan yang tiba-tiba saja terus mengejarnya.
Step...!! Stepp...!! Stepp...!!!
Secara cepat, ia berhasil mendapatkan kotak itu. Dan mengambil pedang aqua miliknya. Tak menunggu lama, Rayl segera mengeluarkan pedang yang masih tersarung. Warna pedang itu mempunyai kilap hitam yang juga terdapat balut warna aqua pada gagang pegangannya.
Drap!!! Drap...!! Drapp!!!
Kakinya lekas berlari dengan cekat. Mendatangi gerombolan hewan yang masih mengumpul di belakang penjaga tadi.
.
.Shrriinkk! Slasshh!! Jleb!!!
Kekuatan tangan yang pandai mengayunkan pedang. Ia membunuh semua hewan itu tanpa ampun. Walaupun hanya sekumpulan sapi dan kerbau liar, namun sorot mata Rayl memperlihatkan seperti seekor singa yang menerkam mangsa.
KAMU SEDANG MEMBACA
True Princess
Fantasy"True Princess" merupakan buku kanak-kanak tentang 2 putri raja yang seharusnya memiliki nasib yang bertentangan. Karena 2 putri ini lahir dari masing-masing ibu yang berbeda. Dimana salah satunya terlahir dari seorang ratu dan satu lagi terlahir da...