Chapter 44 : They Are All Connected

425 29 2
                                    

Warning : Terdapat beberapa adegan 15+ dalam part ini. Harap kebijakannya dalam membaca. Happy Reading!

 Happy Reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°°°

Shaaashhhh...

Hujan di luar istana masih terdengar deras diiringi guntur yang menggelegar. Malam dingin itu, jantungku berdetak dengan kencang setelah kecupan mendadak yang menyentuh bibirku.

Cup!

.
.

Deg... Deg... Deg... Deg...

'Yang mulia...? Kenapa dia ada disini?'
Batinku masih dalam mulut kami yang saling menempel.

Aku segera mendorong pria itu setelah mengetahui bahwa Federick yang berada dihadapanku. Tep!!

"Yang mulia! Apa yang anda lakukan!"

Sekilas aku bisa melihat sorot mata itu. Ekspresi bosan yang tergambarkan di wajahnya. Federick masih tidak bersuara, ia terlihat aneh dan hanya mulai mendorongku.

Srukk

Tubuh yang sebelumnya hanya tercatuk duduk di atas kasur, dengan kasar ia menjatuhkanku terbaring di tempat tidur Jeana.

Walau aku sedikit takut, tapi entah kenapa disisi lain aku merasa senang. Apa selama ini dia mencintaiku?

Federick segera menindih tubuh Vivian yang setengah sudah terbaring di kasur. Detak jantungku semakin tidak karuan. Mata emasnya menyala dan menatapku seperti seekor serigala yang bersiap menyantap.

Federick membuka seluruh seragam formalnya satu persatu. Ia juga menyisihkan kemeja bagian dalam, dengan menyetik lembut kancingnya dan diakhiri bertelanjang dada.

"Yang mulia...?"
Lirihku ketika ia secara perlahan mulai mengendap ke bagian telingaku. Nafasnya terdengar berat. Terdapat bau alkohol samar-samar di sekeliling tubuhnya.

Bagaimana ini..., jari-jariku membeku. Dan tidak ada sama sekali pikiran untuk mendorongnya kembali.

Aku kemudian mengalihkan pandang agar ia tidak menciumku lagi. Namun Federick menangkup daguku untuk mengarahkannya pada tatap mata menyeramkan itu.

Ia segera mengendus tipis bagian pundakku. Ini geli. Pikiranku meleleh kemana-mana. Sejenak saja aku berpikir, apakah ini takdir? Karena... Sejak dulu aku selalu memimpikan momen seperti ini. Tidak kusangka, aku mencintainya lebih dari apapun.

Tiba-tiba saja, bibir Federick berhenti mengendus dan terdengar deburan nafasnya di telingaku. Haffh...
.
.

"Jeana... Sebenarnya... Aku selalu mencintaimu..."

Wajahnya tersembunyikan dalam dekap tubuh yang masih menindihku. Bisikan yang kudengar secara mendadak tentang pengakuannya untuk Jeana. Membuat diriku menjadi hampa dan kosong. Begitu rupanya... Apa dia sedari tadi mengira bahwa aku adalah Jeana? Jadi dia sebenarnya tidak mencintaiku? Ataupun mengetahui siapa aku?

True PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang