Chapter 54 : Vision

441 40 0
                                    

°°°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°°°

Tubuhku yang semula terasa dingin. Entah bagaimana sekarang rasanya hangat dan nyaman.

Kemudian, ketika aku membuka mata. Awan biru yang memanjakan panorama telah bersinar terang di atas sana.

"Ini... Dimana...?"

Sherry cukup yakin bahwa ia sedang bermimpi. Tetapi pada saat yang sama ia merasa terbangun.

Setelah lama mengamati awan-awan yang terus melintas. Sherry segera tercatuk dari baringannya di atas rumput.

Saljunya hilang. Hanya ada hamparan taman bunga dan padang yang luas.

Seingatnya, ia tadi sedang terkunci di dalam gudang. Namun bagaimana ia bisa berakhir disini?

"Oh, bagus.. Apa ini surga? Jadi aku terbunuh dalam gudang itu?" Ucapnya datar, tidak terkejut sama sekali.

Step... Step... Step...

Di depan itu, terdapat rumah mansion yang ia tinggali saat ini. Namun semua pintunya terkunci.

Sherry mengedarkan pandangannya ke sekitar. Ternyata taman ini sangat indah ketika bunganya mekar. 'Jikapun ini reinkarnasi kedua, kenapa aku pantas masuk dunia ini lagi?' Pikirnya tanpa beban.

"Ayolah fokus! Bajuku masih terlihat sama. Dan wajah ini masih wajah putri malang itu. Jadi dimana sebenarnya aku??!"
Pekiknya menepuk pipi geram, seraya melihat pantulan diri di depan kaca mansion.

.
.
.

"Hmm... Hm... Hmm..."

Tiba-tiba dari arah timur taman itu, terdengar suara nada wanita melantunkan gumam. Langsung saja, Sherry segera menoleh, dan pergi ke arah suara tersebut. Mengingat ia tidak bisa memasuki mansionnya. Ia mencoba untuk memeriksa sumber datangnya suara itu.

Step... Step...

Bulu kuduknya merinding naik. Suara itu semakin mendekat bersamaan langkahnya memutar belakang taman.

Lalu disana, dari sudut mata Sherry, ia akhirnya melihat seseorang tengah duduk di dalam set meja makan mewah.

Tepat mengarah langsung di tepi kolam yang seharusnya sekarang membeku. Sosok seorang wanita dewasa dengan surai pirangnya bergelombang tersilir angin.

Orang itu membelakangi Sherry dan terus menatap kolam, dengan lantunan gumam seolah sedang bernyanyi.

Dahi Sherry lekas mengernyit. Karena ia tidak bisa melihat wajahnya. Kini tidak ada pilihan lain untuk bertanya pada orang itu.

Step... Step... Step...

"Ekh...? Halo? Nyonya... Bisa aku bertanya ini dimana?"
Seru Sherry dari belakangnya, sembari terus  melangkah mendekat.

True PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang