Dua mata berlawan jenis yang saling menatap. Sherry dan Rayl kini masih berhadapan satu sama lain. Di gazebo itu, pemandangan langit mulai sedikit menggelap. Sedangkan waktu sudah melewati hampir tengah hari.Puk!
."Apa yang kau lihat?! Kenapa memandangku dengan wajah itu."
Ucap Sherry terbata seraya berdiri dari kursi dan menepuk dahi Rayl."Ahk! Tanganmu mudah sekali melempar pukulan. Aku merasa kasihan pada seseorang yang akan menikahimu."
"Apa?"
Pekik tanya dari Sherry yang berpura-pura tidak mendengar.Rayl membuang wajahnya dari Sherry. Dengan lengan yang masih menopang kepala, ia memejam mata juga mengernyit tipis. "Sebenarnya, aku sudah dengar tentang rencana penobatanmu sebagai putri mahkota."
Kata-kata itu mampu membuat bibir Sherry membeku. Segera Sherry mendapati dirinya terduduk kembali. "Darimana kau tau hal itu?" Tanya Sherry mengeraskan pandangan.
Ditengah pembicaraan serius mereka, Rayl kembali melirik Sherry dengan mata malas.
"Kemarin.., aku tidak sengaja mendengar para kepala divisi, tengah membicarakan dirimu. Nampaknya mereka tidak setuju jika kau menjadi pemimpin.""Hah? Kenapa begitu?"
"Haffh.., bukankah sudah jelas? Kau perempuan. Dan kau tidak memiliki mata emas. Sementara generasi kerajaan ini sejak dahulu adalah laki-laki. Hanya pada keturunan ke-80, kerajaan Freaud pernah dipimpin seorang ratu. Namun ia masih memiliki mata emas, jadi rakyatpun tidak masalah akan hal itu."
Sherry mengernyit tajam. Rasanya, ia sudah muak dengan semua peraturan itu. 'Lagi-lagi karena mata sialan itu! Apa kerajaan ini sangat lemah sehingga hanya mengandalkan keturunan mata emasnya?!' Batin Sherry menggigit tepi bibir.
.
.
."Jadi? Apa kau tetap akan menikah dengan si merah?" Ucap Rayl tiba-tiba memutar topik lainnya. Ketika Sherry bahkan tidak bisa menjawab penjelasannya.
"Si merah? Maksudmu Alston?"
Rayl memutar matanya jengah.
"Siapa lagi memangnya yang punya aura seperti itu?"Namun Sherry kian terdiam. Lagi ia tidak bisa memberikan jawaban jelas. Kebingungan akan situasi, itulah yang mengatakan pada wajahnya.
Sejenak saat Sherry mulai menundukkan kepala melihat kakinya. Tiba-tiba, sebelah mata kanan itu berulah kembali. Ia merasakan sakit menusuk pada bola matanya.
'Awhss?! Apa ini.., penglihatanku?' Batinnya mulai menutup sebelah mata dengan tangan.
Di bawah pandangan kakinya. Penglihatan sebelah mata itu mendadak kabur. Buram dan terasa pasir terus memenuhi kelopaknya. Akan tetapi, Sherry hanya tergeming dan tidak mengatakan apapun dihadapan Rayl.
Tampak tidak ada respon dari Sherry. Rayl melirikkan tatap yang menjadikan ia melihat Sherry tercatuk aneh. 'Putri?!' Batin Rayl terkejut.
"Apa..?" Tidak disadari, Sherry segera membuka suara ketika ia mendengar nada samar yang melewati telinganya.
Masih memegangi sebelah mata. Rayl sendiri juga tidak terpaut akan Sherry yang menjawab batin dalam dirinya. Rayl lekas bangkit dari kursi dan menghampiri Sherry yang terlihat kesakitan.
"Putri ada apa?! Kau sakit? Tidak enak badan?" Tanya Rayl bertubi-tubi karena khawatir.
"Tidak apa-apa.., Hanya saja.. Mataku sepertinya terlilip debu." Ringis Sherry sembari mengusap matanya.
'Kenapa tiba-tiba? Apa perlu aku panggilkan tabib..' Pikir Rayl cemas dan ragu-ragu dalam bertindak. Ia terus mengelus pundak Sherry.
"Jangan! Jangan panggil siapapun kemari!" Seru Sherry meninggikan nada dihadapan Rayl. Namun keduanya masih tidak sadar, akan Sherry, sebenarnya telah mendengar isi hati Rayl. Ia hanya berpikir, bahwa Rayl baru saja mengatakan sesuatu padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
True Princess
Fantasy"True Princess" merupakan buku kanak-kanak tentang 2 putri raja yang seharusnya memiliki nasib yang bertentangan. Karena 2 putri ini lahir dari masing-masing ibu yang berbeda. Dimana salah satunya terlahir dari seorang ratu dan satu lagi terlahir da...