Chapter 12 : That's Not Him

939 81 0
                                    

Fwosshhh....,

Angin yang menderu dari arah barat, telah menerbangkan beberapa daun kering, yang berjatuhan dari pohon di tengah siang teriknya matahari. Menjadikan sebagian poni rambut sekitar telinga Sherry, ikut bergelombang tertiup angin.

Dihadapan mata itu, tampak seorang remaja laki-laki yang lebih tinggi darinya. Mulai berdiri dari bangku taman istana yang berada di depan gerbang perpustakaan.

Seragam akademi yang belum sempat di ganti. Lalu mantel kerajaan yang disandarkan pada bahu lebarnya. Serta poni rambut ke bawah yang teracak-acak. Dan senyum di wajah yang menyeringai.

Penampilan yang sangat berbeda dari ingatan lima tahun sebelumnya. Wajah itu, tidak mencerminkan kebahagiaan di dalam. Melainkan wajah yang menggambarkan rasa lelah, frustasi dan ketidakpedulian.
.
.

"Al.... –ston...?"
Ucapku yang sedikit terbata, hanya bisa bengong dengan mulut terbuka.

Masih tersisa ingatan wajah bayi miliknya. Kini mimik itu tidak pernah tergambarkan lagi. Hanya ada ekspresi membosankan, seperti yang selalu dilakukan oleh Federick.

Aku terlalu mengabaikan anak ini. Dan hanya fokus pada sihirku yang selalu gagal. Hingga sekarang, rasanya sudah terlambat untuk bergerak mundur.

Step..., Step..., Step...

Alston berjalan perlahan, melangkahkan kaki semakin dekat pada Sherry.

Sementara itu, tubuhku masih membatu berdiri ditempat semula. Wajahnya tidak tersenyum lebar padaku, seperti saat ia masih kecil. Itu hanya kiasan palsu yang menempel pada penampilan wajahnya.

Ini masih tahap remaja. Dan aku sudah sedikit takut padanya.

"Sudah lama sekali bukan...?, Putri Sherry."
Ucap Alston yang membelai kepala saat ia berdiri tepat dihadapanku.

Mata merah itu kembali menatapku dengan tajam, seperti seseorang di dalam mimpiku. Tidak ada lagi tawa kecil darinya. Bahkan, suara lucu seperti baru kemarin kudengar, sekarang telah kandas. Digantikan dengan suara beratnya yang juga mengebas.

"Kenapa..., kau ada disini..?"
Tanyaku dengan sedikit menghindar, dari tangannya yang terus ingin menyentuh rambutku.

Namun Alston menyadari kecanggungan diantara kita. Senyum palsu yang ia gunakan kini seketika luntur saat aku menghindari tangannya.

"Apa rasanya salah berkunjung ke rumah tunangan sendiri?"
Ujarnya yang segera menurunkan tangan ketika aku menghindarinya.

Aku sangat membenci wajah itu. Yang berekspresi dingin dan menyebalkan, seperti hanya bermain-main dengan wanita. Benar, ini adalah Alston seperti pada kisah aslinya. Bagaimana anak bayi ini bisa sangat berubah hanya dalam waktu 5 tahun? Kemana perginya Alston yang kukenal..., bahkan dalam surat-surat itu, ia terdengar sangat ceria, tidak seperti seseorang yang berada di hadapanku ini.

"Kenapa kau tidak mengabariku terlebih dahulu? Kau bisa mengirimkan surat seperti biasanya 'kan?!"

Aku mulai berteriak padanya. Itu karena aku takut. Akan perubahan sikap yang sangat signifikan. Aku juga takut..., bagaimana jika ia bertemu Yeslyn nanti. Ia pasti akan membela Yeslyn dan meninggalkanku.

"Huh? Apa pelayanku tidak memberi tahu di dalam surat? Bahwa saat aku berada di akademi, para pangeran tidak diperbolehkan berkomunikasi dengan keluarga di luar."
Jelasnya yang segera mendekap telapak tangan kiriku.

"Apa maksudmu?"
Bingung yang membebani pikiran. Membuatku segera bertanya padanya. Apa maksud dari penjelasannya itu? Jadi, selama ini..., Apa bukan Alston yang mengirim surat.

True PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang