Chapter 09 : Engagement

1.4K 91 0
                                    

Pada akhirnya, aku tidak bisa melihat keadaan Jeana dari dekat. Pelayan itu mengantarku kembali hingga ke kamar Sherry.

Kami merahasiakannya dari semua orang. Hanya ada beberapa pelayan yang khawatir saat aku pergi. Tetapi kami berdua tetap berbohong pada yang lainnya.

Entahlah..., dari dalam diriku, hal itu sangat menakutkan. Melihat dirinya seperti mayat hidup..., aku tidak bisa membayangkan wajahnya dari dekat.

Masih ada waktu. Apa ada cara agar Jeana tidak mati? Bagaimanapun, jika aku bisa mencegah event Jeana. Hal itu akan merubah seluruh alurnya. Karena Vivian tidak akan bisa memprovokasi Yeslyn.

Tetapi setelah melihat kondisinya yang seperti itu...

'Semua orang juga akan berpikir mustahil kan?!!'

.
.
.
.

_______________________________________

Jalan masih panjang. Hari-hari biasa hanya kulakukan mengikuti aktivitas persiapan pertunangan.

Kini tinggal menghitung hari untuk kedatangan Alston. Bagiku, sepertinya aku sudah siap. Hal ini kulakukan demi Lei bisa menjadi guruku! Lagipula, Alston hanya beda satu tahun lebih tua dari Sherry. Yang itu artinya, ia sekarang berusia 6 tahun.

Apa yang bisa dilakukan anak usia 6 tahun dengan menghadapi aku yang memiliki mental 20 tahun?
.

Beberapa kali setelah kelas usai, kuhabiskan waktuku hanya dengan tertidur, makan camilan dan membaca beberapa buku anak-anak yang dibawakan oleh Theodore.

Walaupun aku tidak diperbolehkan pergi terlalu jauh dari istana. Tetapi semua kebutuhan yang kuinginkan dengan cepat dikabulkan. Selagi hal itu hanya berupa benda-benda atau makanan. Semuanya bisa ku dapatkan dengan sekejap di kamar ini.

Benar-benar seperti surga. Kalau saja dunia yang aku masuki bukan buku sialan itu, pasti aku sudah bahagia dan tidak ingin kembali, hanya menikmati semua berkat ini.

.
.

Step... Step...

Sherry berjalan pelan dari sofa yang berada di kamarnya, mendekati jendela besar di kamar itu. Dengan melihat keadaan diluar.

Jendela itu mengarah langsung pada kebun hingga halaman istana. Karena kamar Sherry berada di lantai kedua. Sehingga ia bisa melihat sekilas pemandangan hingga taman istana.

Banyaknya orang yang semakin disibukkan dengan persiapan pesta itu. Lampu-lampu yang terpajang, dan beberapa orang membawakan peralatan, hiasan, pakaian maupun makanan.

(Hufttt...., Aku merindukan paman dan Lei.)
Pikirnya, dengan hela napas yang panjang.

.
.
.

***

Waktu terus bergulir..., dan dengan cepat hari pertunangan itu telah tiba....

"Putri!!! Cepat bangun!!!!"

"Hei! Ambilkan bedak dan pewangi!"

"Cepatlah!! Kenapa hiasan di baju belum siap?!"

"Tolong ambilkan yang itu!"

"Putri anda harus makan juga. Ini biar saya suapi."

"Hey!! Dimana hiasan rambutnya?!!"

"Kami butuh beberapa pita disini."

"Apa sepatu sudah di polis?"

"Ini kotak perhiasan kalung."

.
.

'Dalam sekejap kamarku menjadi sangat berisik.'

Di tengah pagi buta yang menyingsing. Banyaknya pelayan yang memasuki kamarku hanya untuk mempersiapkan penampilan terbaik. Huffttt..., kepalaku rasanya sangat pusing..

True PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang