Chapter 28 : Two Sides

562 40 0
                                    


Klutukk.., Tuk.., Tuk...
.
.
Kereta yang melintas cepat. Rodanya terus memutar ditarik oleh dua kuda besar di depan kereta itu. Bersama diiringi kawal 2 kereta penjaga lainnya di belakang.

Ketika hari sudah semakin menggelap. Para binatang juga mencuit kembali ke sarangnya. Orang-orang yang masuk ke rumah dan menutup jendela. Begitu juga sang pangeran yang masih dalam perjalanan, untuk kembali ke istana.

Dalam kepergian setelah meninggalkan Freaud. Kereta kuda mewah itu, melintasi perbatasan hutan rimba Rosweells hingga sungai besar Margireth.

Pangeran muda itu hanya bersandar pada kursi empuk dalam kereta. Dengan tangan yang menopang di dagu. Ia menikmati indahnya matahari terbenam melalui jendela.

("Benarkah itu? Tapi kau lebih cantik daripada bunga matahari yang bermekaran ditengah padang rumput.")

Berulang kali, ingatan mengenai senyum hangat sang putri, terus menggelegar dalam benak.

Namun ekspresi yang pangeran gunakan hanya mengatung datar. Seraya ia menghela napas setelah mengingat hal tersebut.
.
.
.

Klutukk..., Tuk..., Tuk...

Sekitar 3 jam kemudian. Tatkala hari sudah tidak lagi terang. Hanya berteman desir angin yang mengalun pada sekitar istana. Dipayungi cahaya bulan di atas langit.

Sang pangeran kini telah tiba pada kediamannya. Langsung saja ia keluar dari kereta, disambut beberapa pelayan yang sudah menundukkan kepala.

"Selamat datang kembali pangeran Alston."
Hormat dari salah seorang pelayan yang mengenakan setelan jas hitam. Tengah menunggu sejak tadi di halaman istana.
.
.
.

"Apa Elthia pulang dengan selamat?"
Pangeran itu melempar tanya dengan tatap kaku di mata.

"Tentu pangeran. Putri bahkan dengan cerianya, kembali membuat kue bersama para koki di dapur."

"Dasar anak itu.., lalu? Apa papa ada dirumah?"

"Kebetulan Yang mulia sedang ada pertemuan politik di Lachior. Esok pagi ia akan kembali."

.
.

Step..., Step..., Step...

Sembari terus berjalan menuju pintu istana. Alston yang terlihat lelah hanya bisa menghela nafas, diikuti pelayan itu dari belakang.

Langkah kaki Alston kian mencepat lajunya. Ia juga segera melonggarkan kerah pada baju yang dikenakan.

Saat memasuki istana. Keadaan dalam setiap ruang terlihat lenggang dan tenang. Kian terdapat beberapa pelayan yang berjalan kesana kemari. Tetapi seperti biasa, Alston hanya menghiraukan mereka, dan segera bergegas pergi ke arah tangga.

"Baiklah kau boleh istirahat."
Ucapnya melambaikan tangan pada pelayan yang masih mengikutinya.

Drap..., Drap..., Drap—
.
.

"Pangeran, saya hampir lupa. Anda mendapat kiriman surat lagi hari ini."
Imbuh perkataan dari pelayan, membuat langkah kaki Alston yang tengah menaiki tangga kian terhenti.

Punggungnya seketika membalikkan pandang pada pelayan itu. Dari beberapa anak tangga, ia kembali menatap pelayan di bawahnya.

"Dimana suratnya?"

"Sepertinya, sebagian pelayan telah meletakkannya di atas laci ruang keluarga."

"Apa?! Sudah aku katakan untuk meletakkannya di kamarku!!"
Alston berteriak meninggikan nada pada pelayan yang sudah tua renta tersebut.
.
.

True PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang