Chapter 17 : The Rumors

677 54 0
                                    

Krriieettt....,

Deritan pintu kayu yang terbuka secara perlahan. Di tengah sunyinya malam yang begitu dingin. Lampu-lampu yang tidak lagi menyala, serta jam yang sudah menunjukkan sangat larut, menjadikan keadaan hening bersurai gelap nan gulita, di rumah kayu tersebut.

Step..., Step..., Step...
.
.

Pria paruh baya itu dengan segera melangkahkan kaki memasuki rumahnya yang nampak sepi.

Namun saat di dalam, ia melihat cahaya redup yang berasal dari arah dapurnya. Masih menyala secara redam.

Begitu ia melihatnya. Step..., Step.., Step—Kaki itu segera melangkah dan mendatangi ruangan tersebut. Tak membuat heran, penampakan anaknya yang kini sudah tertidur diatas alas sebuah buku. Dengan lilin yang hampir mati gemerlapnya, menjadikan pria itu mengambil hela napas yang panjang.
.
.

"Haaffhh..., Sudah berapa kali kukatakan jangan belajar terlalu giat. Entah semangat seperti apa yang telah kutanamkan pada anak ini...."
Geramnya sembari menutupi punggung anak itu dengan sehelai kain.

.
.
.

Mata anaknya yang terpejam sangat nyenyak. Sekilas menunjukkan bahwa ia sangat lelah. Namun di balik matanya yang masih menutup. Terdapat mimpi seorang anak perempuan kecil, yang membuatnya sering merubah jati diri.
.
.
.
.
.

"Lei..."
.
.
.

Suara lembut itu semakin bergerak jauh dan menggema. Juga, visual buram yang tidak jelas pada mimpi tersebut. Menjadikan ia hanya memejam mata sekali lagi dalam angan.
.
.

.
.
.

"L..ei.."
_______________________________________

.
.
.

.
.
.

"Lei!!"
Desir bisikan Sherry yang meniup telinga salah seorang temannya yang masih tertidur diatas sebuah meja.

Sontak menyebabkan mata anak laki-laki yang tadinya terpejam untuk segera membuka mata.
.
.

"Putri?! Apa yang anda lakukan disini?!!"
Gbrakk-Lei yang terkejut setelah melihat cahaya biru di mata Sherry, yang tengah melototinya saat ia menidurkan kepala di atas meja. Tanpa sengaja, ia menjatuhkan sebagian buku-buku tebal yang juga mengelilingi meja itu.

"Kau baik-baik saja Lei?"
Tanya Sherry yang khawatir padanya, dan membantu Lei menyingkirkan buku yang menimpa kaki.

(Apa ini mimpi? Kenapa putri ada disini?)
Batin Lei memegangi kepalanya dan sedikit tergeleng dengan mata terpejam.

.
.

Kini pikiran anak itu masih sedikit kacau setelah ia bangun dari tidurnya. Keadaan diri yang terduduk, bersemayam di antara tumpukan buku pada ubin kayu rumahnya itu. Dengan cepat ia mengerutkan kening, dan berasumsi bahwa ini hanyalah mimpi. Namun, ketika mereka saling menyingkirkan sebongkah buku-buku tersebut.

Tanpa terduga, kedua jemari mereka saling bersentuhan saat memegang salah satu buku secara bersamaan.
.
.

(Ini bukan mimpi..??!!)
Batin kembali Lei yang menatap wajah Sherry ketika mereka berdua saling memperebutkan buku itu.

Sherry yang sebelumnya hanya terdiam, secara spontan, bibir tipisnya segera memadan senyum kecil pada Lei.

Sementara Lei masih memasang wajah bingung. Akan tetapi pikirannya terasa sangat penuh dengan berbagai pertanyaan yang melanda. Juga hatinya yang sedikit berdebar karena tatapan itu.

True PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang