Chapter 40 : The Maid

473 39 0
                                    

°°°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°°°

"Benar. Aku menyimpulkan bahwa Lax Genesis dalam diri putri.., kini semakin berevolusi menjadi kekuatan lain yang lebih kuat dari sihir Yang mulia Federick. Kemungkinan terburuknya mungkin.., bisa meledakkan seluruh daratan dalam benua ini, jika kita tidak membinanya dengan baik."

Perkataan Lei membuat Theodore terdiam sejenak. Kerut di sekitar matanya menjadi longgar dengan cepat.
"Omong kosong apa yang kau bicarakan ini? Putri bahkan tidak memiliki mata emas sejak ia terlahir!"
.
.
.

Step..., Step..., Step...
.

"Tentu saja. Siapa yang akan mempercayai semua bualan itu."
Gumam Lei berjalan mengikuti bayang-bayang tiang yang menjulang, di sekitar lorong istana utama.

Pada malam berawan yang semakin dingin. Lei menjejak langkahnya untuk kembali ke perpustakaan. Setelah ia dipanggil dari ruangan Theodore, ekspresinya menurunkan senyum. Raut wajahnya murung, namun juga terlihat tenang seperti biasanya. Bersama ingatan tentang ucapan Theodore. Ia tidak pernah menduga bahwa, asistant raja itu akan membentaknya mentah-mentah.

Step..., Step...

Keadaan istana kian lagi bertambah sepi. Karena jam malam telah lewat berlalu. Kini sekitar istana hanya terlihat sebagian ksatria yang berjaga secara bergantian. Bisa pula terhitung jumlahnya, namun juga mereka tidak mengawasi sekitar taman.

Sesekali Lei mengadah rahangnya ke atas. Menatap langit malam Freaud yang berhias kelip bintang.

'Aku juga berpikir seperti itu awal mulanya. Tetapi...'
Batin Lei sembari mengingat satu persatu kenangan tentang Sherry yang tidak bisa menciptakan sihir air, melainkan sihir elemen batu dan tanah, api, angin maupun sihir ramalan serta kejadian berapa hari lalu di perpustakaan. Ia sangat yakin bahwa Sherry memiliki sihir Lax Genesis yang berkembang dalam tahap resesif. Untuk itu, Sherry tidak memiliki mata emasnya, dan terlambat mengembangkan sihir yang ada. Namun spekulasi juga tidak dapat menentukan semuanya. Tanpa ada sebuah bukti. Lei kini tidak bisa berbicara lebih pada Theodore.

Step..., Step...

Ketika ia melewati taman bagian barat. Tepat di depan istana kedua. Lei melihat kehadiran Sherry yang tengah duduk sendirian pada kursi taman.

Dari jarak antar dirinya yang berdiri di belakang lorong istana. Lei menatap heran wajah dingin sang putri. Silir angin yang menghembus sebagian rambut peraknya. Seperti bunga malam yang bermekaran.

Lei terbengong dan membuka tipis ujung bibirnya. Ia segera menghampiri Sherry yang masih terduduk dengan gaun tidur. Step.., Step.., Step

True PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang