Chapter 19 : The Memories

737 60 0
                                    

"Putri....?"
.
.
.

Suara seseorang yang terdengar tidak asing di telinga. Membuat Sherry segera menolehkan pantauan mata ke arah belakang dirinya.

Seseorang itu menggunakan pakaian berjubah coklat, dengan sebuah lentera sumbu kecil yang ia bawa di sebelah tangannya.

Aku yang tidak bisa melihat wajah orang itu. Hanya mengernyitkan dahi, sembari mengambil kerikil yang berada dekat dengan kaki. Kala bersiap untuk memukul seorang misterius yang berada di hadapanku. Namun, orang itu segera membuka jubah yang menutupi kepalanya.

.
.
.
.
.

"Lei...?"
Ucapku yang sedikit terkejut saat melihat wajah itu.

Ekspresi yang ditunjukkan oleh Lei nampak tidak biasa. Seolah perasaan cemas dan campur aduk tengah berkecamuk di dalam dirinya.

"Bagaimana kau bisa ada disini?"
Tanyaku yang menghampiri Lei. Bersama membisik kecil.

"Aku..., baru kembali dari perpustakaan putri. Ada yang harus ku sampaikan pada anda..., namun saat ingin berjalan kembali dari perpustakaan, aku melihat putri yang melompat dari atas jendela."

.
.

Tidak ketahuan oleh Robin, namun tertangkap basah oleh Lei. Tangan Sherry segera menyentuh kening dengan memejam mata dan tergeleng. Ia juga menghela napas panjang.

"Tolong jangan katakan pada siapapun mengenai aku yang melompat jendela!"

Anggukan kepala dari Lei, mengisyaratkan bahwa ia akan menutup mulut. Daripada itu, Sherry lekas segera menarik pergelangan tangan Lei untuk memasuki istana.

Step..., Step..., Step...

Clack!!
.
.
Khawatir ada seseorang yang menangkap mereka berkeliaran di sekitar istana kedua. Dengan cepat Sherry menutup pintu gerbang istana, setelah mereka berada di dalam.

"Putri, anda mau apa datang kesini?"
Tanya Lei yang bimbang karena istana tampak menyeramkan tanpa sebuah lampu-lampu cahaya yang menyorot.

"Diam dan ikuti saja langkahku. Kita bicara setelah keluar dari sini."
.
.

Step..., Step...
Tidak bisa berkata-kata, Lei hanya bergeming, melihat Sherry yang sudah berjalan lebih dulu di depannya. Ia kemudian juga memutar sumbu lentera agar cahayanya semakin besar.

Keadaan istana yang sedikit kotor akan debu dan sarang laba-laba. Namun penataan yang sangat rapi pada setiap letak barang-barang seperti lukisan, lemari-lemari, maupun vas bunga.

Ini pertama kalinya Lei memasuki sebuah istana tersebut. Tidak tahu menahu mengenai posisi maupun petak setiap ruang di dalam istana ini. Lei masih hanya terus mengikuti Sherry dari belakang.

Step..., Step...
Berulang kali mereka melewati berbagai lukisan keluarga. Lei yang baru pertama kali melihat wajah Jeana, dirinya spontan menghentikan langkah kaki, dan sepintas memandangi lukisan tersebut.

Terpampang dalam matanya, sebuah lukisan dengan bingkai yang sangat besar. Namun warnanya kian sedikit memudar menjadi kecoklatan karena debu yang menumpuk. Kini ia sedikit takjub dengan kecantikan Jeana. Rambut pirang dan mata biru yang menyerupai Sherry. Kewibawaannya sangat terlihat melalui pose Jeana yang berdiri tegap memandang tajam ke depan, serta kedua tangan yang bergabung di bagian depan pinggangnya.

Step..., Step
.
.
"Lei..?"

Sherry yang menyadari bahwa temannya telah berhenti mengikuti dari belakang. Lantas memutar tubuhnya dan melihat pandangan kepada Lei yang bergeming di depan salah satu lukisan.

True PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang