Chapter 48 : Wondering

372 39 0
                                    

°°°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°°°

"Minumlah teh hangat ini putri. Akan lebih baik jika putri mengganti gaun itu. Apa putri ingin aku ambilkan baju ganti di istana?"
Tanya Lei sejak tadi. Namun tiada satu hal yang terjawab.

Sherry terdiam begitu lama setelah masuk dan duduk di depan perapian rumah Lei. Tubuhnya masih terkapar dingin dengan gaun basah yang sudah robek pada bagian bawahnya.

Tidak bisa melakukan sesuatu untuk Sherry. Lei juga ikut terduduk dibawah kursi kayu kecil mengedepani wajah Sherry yang tidak berekspresi. Setelah ia memberikan teh dan handuk kering.

Tangan Lei mulai mengobati telapak kaki Sherry yang terluka karena berlari tanpa alas.

"Kemana sepatu putri? Kenapa anda kesini sudah dalam keadaan kacau." Tanya Lei lagi sembari mempoles lotion luka. "Orang bilang..., sepatu adalah harga diri wanita. Jadi tolong rawatlah diri putri dengan baik. Hm..?" Lanjut Lei lagi.

Sherry akhirnya menatap pada Lei ketika ia selesai menempelkan tanaman obat di kakinya.

Mata mereka kini saling bertemu, serta menatap serius. Namun tiba-tiba Sherry ingin meneteskan sekali lagi debur air di mata.
.
.
.

"Tolong bantu aku Lei."
Lirih Sherry dengan pasrah.

Lei tersenyum tipis, karena merasa senang akhirnya Sherry mau membuka suara. Lei segera bangkit dari duduknya, ia kemudian menaruh kembali perlengkapan obat di dalam lemari.

"Kita bicara setelah mengisi tenagamu, bagaimana putri?" Ucap Lei seraya pergi ke belakang dapurnya. "Putri suka apa? Hm.. tapi persediaan dapurku juga tidak banyak. Sekarang juga masih hujan. Bagaimana jika sup kentang?" Lanjutnya lagi menawarkan hidangan sembari mencari bahan sisa di dapur.

'Tapi aku tidak lapar...'
Batin Sherry seraya matanya mengikuti Lei di dapur.

Sherry tidak menjawab. Ia ikut terbangun dari kursi tua itu, dan berjalan tertatih menghampiri Lei.

Step... Step...

"Kau bisa memasak Lei?"
Tanya Sherry berdiri dibelakang Lei yang masih memeriksa isi laci-laci dapur.

"Hanya masakan sederhana." Ujar Lei seraya membalikkan punggung, ia terkejut Sherry sudah ada dibelakangnya. "Putri duduk saja di kursi. Dan keringkan rambut anda. Lihat ini? Masih menetes." Lei menyentuh ujung bagian bawah suraiku, tanpa bermaksud lain, aku terkejut akan hal itu.

Sherry tidak mendengarkan Lei untuk kembali ke depan perapian, ia ingin melihat Lei dari dekat. Akhirnya ia segera mengalihkan pandang, dan duduk di kursi meja dapur. Sementara Lei menyiapkan peralatan memasak dan bahan makanan.
.
.

Tak...! Tak...!!
Lei memotong kentang dan sayuran menjadi cincang kecil. Di sisi lain, Sherry terus memperhatikan pundak lebar, dengan kemeja hitam itu dari belakang.

True PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang