Chapter 43 : Bittersweet Memory (III)

448 32 0
                                    

°°°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°°°

Setengah bulan lalu, posisi Carissa mulai kosong setelah ia dihukum mati di istana. Keluarganya sangat terkejut dan hanya bisa menaati semua keputusan raja. Carissa telah dipenggal secara tertutup dalam penjara bawah tanah, dan mati menanggung rumor mengerikan yang menyelimutinya.

Hingga kini tidak ada yang bisa diangkat sehandal dirinya. Posisi kepala pelayan tengah kosong hampir sekitar dua minggu berlangsung. Hari ini pula, aku mendengar tentang rumor lain yang beredar, bahwa putri Jeana, akan segera tinggal disini sampai pernikahan politik yang tengah menghitung hari. Dan posisi kepala pelayan, akan dipilih secara langsung olehnya.

Tentu saja aku yang sudah mempersiapkan diri sejak dulu. Mulai berusaha lebih terampil lagi, dalam melakukan pekerjaan. Sampailah, tiga tahun kemudian, Federick dinobatkan sebagai Raja besar Freaud selanjutnya. Disamping itu, Theodore juga berdiri disana sebagai ajudan raja baru selama masa periode menjabat nanti.

Kesempatanku karena bisa mengenal Theodore melalui Ester. Aku selalu bisa meminta jadwal Federick kapan ia akan keluar dan melewati lorong istana.

Ketika para pelayan yang lain belum datang, aku selalu menampakkan diri untuk datang lebih pagi membantu para koki dan alih membersihkan aula istana.

Karena mantan raja Viclaud sudah semakin tua, ia tidak lagi banyak memerintah, dan hanya menikmati hidupnya di dalam istana. Sehingga, saat masa pergantian tahta. Federick tidak begitu menentang keberadaanku yang sudah banyak semena-mena. Ia hanya beberapa kali melirik dengan tatap sinis ketika melewatiku didampingi Theodore di belakangnya.

"Siapa pelayan itu?"
Tanya Federick secara mendadak pada Theodore di ruang kerja.

"Huh? Pelayan yang mana Yang mulia?"

"Gadis berambut peach itu. Setiap hari aku lihat dia datang sangat awal. Bukankah aku sudah berikan jadwal pelayan setiap hari pada jam siang? Beraninya dia datang tidak menaati jam kerja."
Tutur Federick dengan datar sembari mengecek berkas.

"Err..., menurut lingkungan dari para pelayan, saya mendapat info bahwa namanya adalah Vivian Yang mulia. Dia memiliki usia yang sama seperti kita yaitu 23 tahun. Hidup dari panti pelatihan yang telah diangkat oleh kepala pelayan terdahulu mendiang Carissa—"

"Cukup. Kenapa kau jelaskan hal yang tidak perlu. Aku bahkan tidak sudi mendengar nama pengkhianat itu."

Theodore tertegun setelah mendengar hal itu dari Federick. Ia tidak menyangka bahwa rajanya, sangat membenci kepala pelayan tersebut. Agaknya ada yang janggal dalam kasus Carissa, secara diam Theodore mengalih pandangannya dan berpikir untuk menyelidiki hal tersebut.

Di malam berikutnya, Theodore datang kembali pada rumah panti kami. Seperti biasa, tidak hanya ingin bertemu Ester namun kali ini ia ingin bertemu denganku.

"Tolong berhenti untuk melakukan itu Vivian."
Tegasnya dengan tatap tajam, sembari kami bertiga duduk di teras rumah kayu.

"Melakukan apa?"
Tanya Ester yang tidak mengerti, dan ikut menatap Vivian.

True PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang