Chapter 08 : Jeana Hue De Freaud

1.2K 79 0
                                    

"Ayah... Bisakah aku mendapatkan seorang guru sihir?"

Hampir sama, namun berbeda. Kata-kata klise yang aku ucapkan seperti dalam kisahnya. Namun kali ini aku memintanya lebih awal. Aku ingin tau, apa dampak dari yang kulakukan ini bisa merubah alur kisahnya.

Langkah kaki Federick mulai membeku. Hanya terdiam, Federick bahkan tidak memutar tubuhnya.
.
.

"Kenapa tiba-tiba? Belum waktunya untukmu diberikan seorang guru."

'Dia merespon?'
Batinku.

Suara dingin yang menandakan bahwa Federick tidak menyetujuinya. Sekujur tubuhku seketika merinding. Satu kata kesalahan saja bisa berakibat pada Lei.

Mataku mulai terbuka kembali. Sambil berbaring aku hanya melihatnya dari kejauhan.

"Apa ayah tidak ingin mendukungku?"
Ucap pelan Sherry.

Aku harus berperan sebagai anak polos tak berdaya. Jangan memprovokasinya. Dan jangan pula takut padanya. Ayolah setujui saja! Bagaimanapun Lei harus berada disisi Sherry!

Federick belum mengatakan apapun. Tubuhnya hanya memutarbalik dan memandang padaku. Ia mulai berjalan kembali ke sisi tempat tidur. Disana, ia membuka laci yang berisikan sebuah buku kecil dan memberikannya padaku.

"Kau yang membawa ini 'kan?"

'Dia tau?!'
Sontak aku dibuat kaget olehnya. Federick memberikan buku berjudul 'La Magie' yang sebelumnya aku sembunyikan di kamar. Bagaimana dia bisa menemukan ini? Apa itu artinya dia melihat bingkai foto pecah yang aku sembunyikan juga?

Wajahnya mulai melirik padaku, yang tengah sedikit membungkuk menyesuaikan tempat yang aku duduki. Aku hanya bisa menerima buku itu dan terdiam.

"Semua buku di perpustakaan telah aku cap dengan sihirku. Karena perpustakaan itu sangat sepi, aku khawatir akan ada yang mencurinya." Ujar Federick.

'Hei!! Aku tidak mencurinya! Aku hanya meminjamnya!' Batinku.

Step..

Step..

Federick kembali berjalan pelan meninggalkan sisi tempat tidur.

Tangannya ia sila 'kan ke belakang tubuhnya. Cara berjalan yang sangat santai dan tenang. Terkadang aku lupa bahwa orang ini memiliki sihir Lax genesis. Orang berbahaya sekalipun bisa langsung mati sekejap bila di dekatnya. Namun aku bisa dengan santainya berbicara dengan dia.

"Seorang guru akan diberikan setelah pesta pertunangan. Sampai hari itu tiba, sebaiknya kau jangan membuat masalah."

Step.. Step..

.
.

"Jadi ayah menyetujuinya?"
Aku berteriak kencang. Dengan semangat membuat diriku terbangun dari berbaring untuk duduk diatas ranjang.

"Sampai pertunangan. Kau harus ingat hal itu."
Ulang Federick lagi, sembari ia terus berjalan.

"Tunggu ayah! Aku memiliki kandidat guruku sendiri!"

Tanpa memalingkan wajahnya, Federick terus berjalan dan sampai kesisi pintu.

Step.. Step.. Step..
"Tunjuklah siapapun yang kau inginkan. Aku tidak peduli. Selagi kau mematuhi aturanku hingga pertunangan. Aku membebaskanmu memilih siapapun. Bahkan jika itu seseorang dari wilayah musuh.
Baiklah aku harus pergi. Malam ini kau boleh istirahat disini."

Krieeetttt...
Clackk-

Sekejap pintu kamar tertutup dengan perlahan. Dia meninggalkanku sendirian lagi di kamarnya. Aku masih tidak menyangka, akan semudah ini? Selain itu aku sedikit penasaran, kenapa ia terlihat sekali mendesak pertunangan itu...

True PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang