Chapter 26 : Just a Little Magic

579 41 0
                                    

Shasshhh....
Rintik hujan yang semakin mengalir deras airnya. Telah membasahi seluruh wilayah pesisir desa itu.
.
.
.

Drap..., Drap...., Drap!!!!
.
Keceplak!!
.
.
Hentakan kaki yang kuat, dari berlari menyusur gang kecil pada desa. Kini berbagai jalanan telah mengisi air dengan genangan rendah.
.
.

Diantara hujan yang semakin lebat. Langit-langit yang juga menggelap. Orang-orang yang tidak lagi berhamburan ditengah jalan. Disanalah Yeslyn masih berlari sekuat tenaga.

Baju yang sudah sangat basah kuyup. Ia tidak bisa melindungi keranjang buah yang masih dikepal kuat dalam gengamannya.
.
.

Shaashhh....,
.
.

Drap...!!! Drap...!!! Drap...!!
.
.

Triringg....!!! Krrieettt...,
.
.
Haffhh.., Haffhh..,

Napas yang terengah-engah. Membuatnya menurunkan alis saat berhasil memasuki rumah kayu dipedesaan itu.

"Yeslyn? Darimana saja kamu nak. Sudah bibi katakan untuk segera kembali 'kan!"
Seorang wanita paruh baya yang menjaga toko tersebut, lekas terkejut dan menghampiri anak perempuannya didepan pintu.

Ketika melihatnya sudah sangat berantakan. Bahkan terdapat pada bajunya yang juga terkena ciprat lumpur. Ia hanya merasa dingin, berulang kali menggosokkan telapak tangannya pada kedua bahu.

Bibi itu segera mengambil keranjang yang masih ia pecal kuat. Buah yang tidak lagi terlihat segar, kini sudah sedikit bercampur pasir karena ciprat air sebelumnya.
"Sudah. Pergi kekamarmu. Dan keringkan diri cepat."
Pinta sang bibi dengan menaikkan sedikit nada. Tidak tega ingin memarahinya. Akan tetapi ia juga sedikit geram pada anak itu.
.
.
Yeslyn hanya mengangguk tipis. Ia juga merasa bersalah karena pergi ke balai desa, yang sedikit jauh dari rumahnya. Namun disisi lain, ia juga tidak bisa menahan rasa penasaran dalam diri.

Step..., Step..., Step...
.
.

Krriieett...,
Ketika kembali membuka pintu kamarnya. Sekali lagi, rasa hampa dan sepi terus menerpa. Bersama liontin yang masih ia kalungkan di leher. Dalam diri, sebenarnya ia tidak berani untuk meminta izin pada seseorang yang ia sebut bibi.

(Bagaimana cara memberitahukannya..)
Batin Yeslyn yang masih bergeming di depan pintu, sembari menatap liontin tersebut.
.
.
.

_______________________________________

Clotank, Clink...!
.
.

Gesekan pisau dan garpu yang terus berderit pada piring diatas meja. Sherry yang nampak kesal saat memotong makanan dihadapannya, kini ia terus mengernyitkan dahi dan mendengus.

Ditemani bersama Federick yang juga sibuk menyantap teh yang disajikan. Mereka berdua kembali terduduk beriringan dalam meja makan yang sangat panjang itu.
.
.

Clink!!!
.
(Kenapa daging ini sulit sekali dipotong)
Batin Sherry yang masih berusaha menggunakan pisau.

Beberapa kali deritannya, membuat Federick dan beberapa pelayan di belakang mereka, mulai melirik sayup.
.
.

"Jika kau tidak suka, aku bisa menghukum orang yang membuat makanan ini."
Ucap Federick seraya menatap lurus kedepan.

Sherry dan banyaknya pelayan yang mendengar celetuk Federick, dengan segera mengangkat pandangannya dan menatap kembali pada Federick.
(Apa? Tapi aku tidak bilang kalau aku tidak suka?!)
.
.

Clink!!
.
.
Merasa sedikit jemu dengan suara derit yang terus menggelegar dalam ruang. Ekspresi Federick yang semakin kaku segera mengayun tangannya ke atas.
"Theodore, bawakan makanan yang lain—"

True PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang