Chapter 41 : Bittersweet Memory (I)

508 33 1
                                    

°°°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°°°

"Vivian Kau sudah gila?! Kenapa kau kembali sekarang?"
Tanya Ibu Reon menekan intonasi pada wanita dihadapannya.

Di tengah perdebatan antar kedua paruh baya tersebut. Mereka menutup diri dibalik kamar bermukim pintu kayu yang reyot.

"Tenanglah Ester. Bukankah seharusnya banyak yang ingin kau tanyakan padaku? Misalnya, bagaimana aku bertemu anakku sendiri." Ucap Vivian sembari melipat pakaian yang sebelumnya ia kenakan.

Grep!
.
Sang bibi atau yang mereka kenal sebagai ibu Reon. Tiba-tiba mencengkram pergelangan Vivian dengan kuat. Ia juga menariknya untuk mengalih pandangan Vivian yang bahkan tidak menatap rekannya itu.

"Cepat pergi dari sini!! Apa kau ingin Tuan Theodore segera membunuhmu?!!"
Bisiknya pada Vivian dengan mata melotot dan alis yang meruncing.

Namun Vivian lekas melepaskan genggaman itu dari pergelangannya. Warna abu pada matanya, tidak tergoyahkan bayang ketakutan.

"Tidak perlu. Aku kemari memang sudah saatnya untuk membalik sebuah kartu."
Ucap Vivian dengan datar.
.
.

Plak!

Sang bibi mengangkat telapak tangannya tinggi-tinggi, dan ia mendaratkan sebuah tamparan kuat pada Vivian.
"Kau benar-benar sudah gila!! Aku mengorbankan semua hidupku, agar kau dan anakmu tidak lagi terlibat oleh istana! Tapi yang kau lakukan masih saja seperti dulu. Sadar Vivian..! Berhenti mendambakan Yang mulia, hanya karena kau berhasil memiliki anak darinya!!"

Vivian tidak bersuara dan terdiam sejenak. Ia menempelkan jemari pada pipinya yang terasa panas.

"Haffh.., Kau sudah selesai?"
Lirih Vivian dibalik gerai rambutnya yang menutupi wajah, setelah pipinya masih mendongak ke samping.

"Apa?"
Tanya bibi masih dengan nada kesal.

Vivian segera mengangkat rahangnya dan menatap Ester dengan sinis.
"Jadi inilah dirimu yang sekarang? Menjadi orang tua yang lemah, dan terus melarikan diri?"

"Vivian!!!"
Sang bibi berteriak kencang hingga suara itu memekik pada lantai bawah. Reon dan yang lainnya kini menatap tajam pada kamar di lantai atas toko itu.

"Sejak dulu aku tidak pernah meminta bantuanmu Ester. Ketika aku sudah memutuskan, tidak ada lagi yang bisa berubah. Kau tau aku menunggu hari-hari seperti ini tiba bukan? Lantas kenapa sekarang kau berusaha menghalangiku?" Cebik Vivian yang semakin menghunus mata sinis.

Sang bibi mengalihkan pandang dari wajah Vivian, yang kemudian ingatan tentang kenangan mereka berdua telah berputar dikepala keduanya.
.
.
.
.

True PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang