62 - Bad Mood

19.5K 2K 334
                                    

Selamat siang╰( ͡° ͜ʖ ͡° )つ──☆*:・

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat siang╰( ͡° ͜ʖ ͡° )つ──☆*:・

hohohoho balik lagi, jangan lupa ketik 1

enjoy~

***

Ziel sudah siap dengan pakaian santainya, bungsu Dominic itu memakai celana putih cargo, half zip jacket oversized warna cokelat dan sneakers yang senada dengan celananya.

"Sayang ini bekalnya, ingat sayangnya mami hanya boleh makan yang ada di dalam tas ini dan tidak boleh membeli jajanan, mengerti sayang?"

Ziel mengangguk ragu dengan bibir mencebik, "Kenapa ga boleh mamiii?"

"Karena mami sudah bekerja keras membuat makanan untuk bayi manis ini jika tidak dihabiskan mami akan sedih." Bukan Stevanya melainkan sang suami, Mattheo lah yang menjawab pertanyaan si kecil, perkataan sang papi membuat Ziel melebarkan mata dan dengan cepat memeluk Stevanya.

"Adek janji! Adek janji bakalan habisin bekal dari mami kok jadi mami ga boleh sedih-sedih ya!"

Melihat bungsunya yang panik membuat Stevanya mencubit perut Mattheo, "Berhenti menjahili baby."

Stevanya menunduk untuk membalas pelukan Ziel lalu menoel gemas hidung bayi kesayangannya itu.

"Sayang jangan dengarkan papimu, jika sudah kenyang jangan dipaksa untuk menghabiskan semuanya. Mami hanya minta baby tidak membeli jajan, bisa berjanji untuk itu sayang?"

"Heum! Bisa adek bisa kok, pinky promise!"

"Benar, kalau sudah berjanji berarti harus apa sayang?"

"Harus ditepati mami~"

"Pintarnya anak mami."

Interaksi keduanya membuat suasana terasa hangat dan senyuman menggembang pada setiap wajah orang-orang yang ada di sana.

"Sudah siap?" Tanya Hendrick, hari ini pria itu akan mengantar bungsunya ke sekolah.

"Adek udah siap!"

"Kemari baby, saatnya untuk pergi."

Ziel mendekat dan merentangkan tangan, Hendrick yang paham langsung membawa bayi manisnya itu dalam gendongan koala.

"Tidak berpamitan sayang?" Tanya Zelda yang membuat Ziel tersenyum malu karena berpamitan berarti ia harus mencium satu per satu pipi anggota keluarganya.

"Heum iyaa.."

Jika biasanya Ziel yang menghampiri kali ini satu per satu anggota keluarganya menghampiri, mencium dahi dan pipi si kecil membuat Ziel tertawa renyah, ia suka diperlakukan dengan penuh kasih sayang seperti ini, Ziel merasa sangat dicintai.

Semuanya telah selesai menyisakan Theine dan Andreas yang masih diam di tempat. Setelah cukup lama diam Andreas saat ini berjalan mendekat ke arah si kecil, lelaki itu tanpa aba-aba mencium pipi dan sudut bibir Ziel membuat Ziel membelalakkan mata lalu melirik ke arah kakak sulungnya yang menatap datar ke arahnya dan melirik tajam Andreas, Andreas sendiri langsung menarik diri dan tak lupa melempar seringai kecil kepada Theine.

Ziel Alexander Dominic [END]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang