87 - Confess

17.9K 1.6K 494
                                    

Selamat sore╰( ͡° ͜ʖ ͡° )つ──☆*:・

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat sore╰( ͡° ͜ʖ ͡° )つ──☆*:・

🔞masih anu-anu ˘ ³˘

VOTE VOTE VOTE

enjoy~


***

Hari ini adalah yang kelima berarti waktu liburan tersisa 2 hari lagi. Saat ini waktu menunjukkan pukul 06.00, terlihat pergerakan singkat dari atas tempat tidur di dalam kamar yang dihuni oleh sulung dan bungsu Hendrick.

Theine membuka mata, penglihatan enigma itu langsung disambut dengan wajah damai milik sang adik, si kecil masih tertidur lelap ditandai oleh dengkuran halus serta dada naik turun teratur.

Cantik.

Jari panjang Theine terulur membelai lembut pipi mochi Ziel lalu beralih ke bibir pink yang sedikit terbuka dan mengelusnya pelan.

Candu.

Tak melihat adanya tanda-tanda jika sang adik akan terbangun, enigma itu membawa Zainka-nya ke dalam rengkuhan erat lalu mencium pelipis yang lebih kecil.

Theine kembali memerhatikan wajah cantik itu dan sebelum kembali menyusul sang adik ke dalam mimpi, sang enigma tersenyum tipis dan mencuri satu ciuman dari sang pemilik bibir cherry.

Mine.




1 jam berlalu selimut yang berada di atas kasur terlihat bergerak, pelakunya adalah Ziel yang sedang menguap lebar dan merenggangkan tubuh, tidurnya terasa nyenyak sekali.

Belum sepenuhnya mengumpulkan nyawa bungsu Dominic yang tidak menyadari jika pinggang rampingnya sedang dipeluk erat itu terlihat berbalik dan ingin beranjak dari kasur.

"Eh?"

Sadar jika pergerakannya terbatas Ziel yang masih linglung kembali membalikkan tubuh lalu melotot sempurna karena menyadari jika tubuhnya dan tubuh sang kakak berada dalam posisi yang terlalu dekat bahkan nyaris menempel.

Ziel dengan cepat menutup mulut berusaha keras menahan teriakan yang akan keluar, bukan karena sang kakak terlihat begitu tampan melainkan karena kakak sulungnya itu tidur tanpa mengenakan atasan, lagi-lagi menampakkan tubuhnya yang besar dan berotot.

Ziel ingin menangis, dalam hati berkali-kali mengucapkan terima kasih karena diizinkan untuk melihat pemandangan sempurna ini.

Setelah asik mengagumi sang kakak, mata belo yang tadinya berbinar senang itu saat ini tergantikan dengan pandangan sayu dan seduktif.

Ziel bergerak mendekat, menghapus sisa jarak yang memisahkan dirinya dengan sang kakak, tangan kecilnya perlahan terangkat lalu mengalung pada leher sang enigma.

Cup

Ziel menyatukan bibirnya dengan milik Theine, matanya terpejam menikmati benda lunak yang menyatu tanpa adanya lumatan dan paksaan, si kecil sengaja mempertahankan ciuman sepihak itu dengan durasi yang cukup lama, mencoba meninggalkan rasa manis bibirnya pada bibir sang kakak.

Ziel Alexander Dominic [END]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang