74 - Deep

18.9K 1.8K 519
                                    

Selamat sore╰( ͡° ͜ʖ ͡° )つ──☆*:・

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat sore╰( ͡° ͜ʖ ͡° )つ──☆*:・

uhuk ch ini agak ehem dikit ya dikit awokaowk

enjoy~


***

"Wake up, Zainka."

Theine mengukung Ziel dan meletakkan kepalanya pada perpotongan leher sang adik membuat yang lebih kecil merasa terganggu, tangan Ziel bergerak untuk menyingkirkan sang kakak namun enigma itu sama sekali tak bergerak dan malah menempelkan hidungnya pada leher putih sang adik.

"Ugh..." Ziel yang merasa geli tentu saja mengeluh, titik sensitifnya ditiup membuat si kecil merintih dengan mata masih terpejam.

Theine menarik diri, menatap lurus Zainka-nya yang kembali menyusuri alam mimpi, mata obsidian itu memerhatikan bagaimana dada sang adik naik turun teratur, mulut kecil itu sedikit terbuka membuat dengkuran halus lolos keluar dan terdengar, pipi mochinya sedikit memunculkan semburan merah karena suhu yang dingin lalu terakhir bibir cherry yang selalu membuat Theine hilang kendali.

Bagaimana bisa dalam keadaan tidur Zainka-nya tetap terlihat menawan dan menggoda?

Enigma itu menghembuskan napas kasar, jari panjangnya bergerak menyusuri setiap inci wajah sang adik mulai dari dahi, pelipis, mata, pipi, hidung, dagu dan bibir, enigma itu mengelus setiap bagian dengan begitu lembut dan hati-hati, sedikit takut jika jari kasarnya akan membuat goresan pada kulit tipis dan cantik milik sang adik.

Theine menggenggam tangan Ziel dan seperti biasa mengecup punggung tangan itu lalu berlanjut mencium satu per satu jari-jari mungil milik sang adik dan berakhir membawa tangan ramping itu ke arah wajahnya, mengelus rahang tegas miliknya seolah Zainka-nya lah yang melakukan itu.

Theine kembali menatap sang adik, mata obsidian itu menunjukkan sebuah kilat lalu sebuah seringai terlihat mengembang pada wajah sang enigma, "Mine."

Jari Theine bergerak, bermain pada bibir cherry si kecil dengan gerakan yang sedikit sensual membuat Ziel kembali mengerang dalam tidur, sentuhan pada bibirnya terasa begitu menggelikan dan tak cukup sampai di situ, sang enigma juga menekan dan menjepit benda kenyal itu seolah-olah bibir sang adik adalah sesuatu yang menyenangkan untuk dimainkan.

Theine menunduk menyatukan bibirnya dengan milik sang adik, mengecup secara perlahan untuk menyesapi rasa manis dan lembutnya bibir cherry yang selalu menjadi candu lalu kecupan itu berubah menjadi lumatan, apa yang ia lakukan sukses membuat Ziel merasa terganggu, melihat itu justru membuat Theine semakin senang dan melanjutkan aksinya sampai Zainka-nya bangun.

Kecupan, lumatan, gigitan semua Theine lakukan bahkan enigma itu juga mengajak sang adik bermain lidah hingga Ziel yang merasa sesak perlahan terbangun, mata belo itu mengerjapkan beberapa kali dan terbuka sempurna dengan tatapan sayu seperti larut di bawah kendali permainan lidah sang kakak.

Ziel Alexander Dominic [END]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang