77 - Day II

17.6K 1.7K 285
                                    

Selamat malam╰( ͡° ͜ʖ ͡° )つ──☆*:・

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat malam╰( ͡° ͜ʖ ͡° )つ──☆*:・

cung yang malming di rumah doang˘ ³˘

enjoy~


***

Hari sudah berganti, malam tenang berubah menjadi subuh dengan udara dingin menyelimuti membuat semua orang semakin betah menutup mata dan belum bersiap untuk memulai aktivitas hari ini.

Udara yang begitu dingin membuat tubuh Ziel sedikit bergetar dan semakin menempelkan tubuhnya pada sang kakak, mencari kehangatan. Theine yang merasakan adanya pergerakan dari sang adik akhirnya ikut terbangun.

"Zainka?"

"Kakak, dingin.."

Theine mengambil selimut lain dan menutupi tubuh keduanya lalu merengkuh pinggang ramping sang adik, memeluknya lebih erat mencoba memberi kehangatan.

"Sudah lebih baik?"

"Eughh.... masih dingin.." Ucap Ziel sambil menduselkan kepala pada dada bidang sang kakak.

Theine mengernyitkan dahi padahal suhu tidak sedingin itu karena di dalam tenda ini ada heater blower yang membuat suhu tetap hangat.

"Zainka?" Tangan enigma itu terangkat, menangkup dan mengamati sang adik yang saat ini sudah kembali memejamkan mata diiringi dengkuran halus pertanda si kecil kembali memasuki alam mimpi, sepertinya tadi hanya mengigau saja.

Theine tersenyum dan memberikan ciuman singkat lalu mengambil ponsel miliknya, memotret sang adik. Sempurna, batin Theine.

Setelahnya Theine memutuskan untuk kembali memejamkan mata, menyusul Zainka-nya mengarungi alam bawah sadar.



Waktu menunjukkan pukul 06.30 dan pagi cerah ini di awali dengan suara teriakan dan rengekan dari bungsu Dominic yang menggema memenuhi tenda.

"Kakak bangun! Bangun!"

Teriak Ziel yang saat ini duduk di atas perut Theine, si kecil sedang berusaha membangunkan sang kakak yang masih atau lebih tepatnya berpura-pura tidur.

"Ish kakak bangun, adek laper!"

"Huweeeeeeee ayo bangun! Bangun!"

Ziel sedikit menunduk lalu menangkup wajah Theine dan memberikan sedikit tamparan kecil.

"Ngeselin banget sih, kok bisa ya tidur aja masih keliatan ganteng begini, ga adil!"

Si kecil yang tadinya merengek lapar malah teralihkan oleh wajah tampan sang kakak, tangan kecilnya masih setia memegang wajah Theine dan memandangnya lamat.

Bungsu Dominic itu memicingkan mata lalu tersenyum ah dia mendapatkan ide!

Ziel turun dan berjalan ke arah meja kecil, ponsel miliknya ada di atas sana lalu kembali lagi ke kasur dan duduk di atas perut Theine. Tangannya bergerak membuka kamera dan memotret sang kakak dari berbagai sudut, awalnya merasa kesal karena semua hasilnya terlihat bagus bahkan semakin lama semakin bagus namun tak lama senyum terbit pada wajah si kecil.

Ziel Alexander Dominic [END]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang