Selamat sore╰( ͡° ͜ʖ ͡° )つ──☆*:・
Theizi is back omo omooo~
enjoy~
***
BRAK!
Pintu kamar milik Ziel tiba-tiba saja didobrak kuat membuat semua yang ada di dalam terlonjak kaget, pelakunya tak lain dan tak bukan adalah Theine.
Mendapat kabar mengenai Zainka-nya yang jatuh pingsan membuat enigma itu langsung meninggalkan rapat dan mengemudikan mobil seperti orang kesetanan.
Penampilan Theine terlihat jauh dari baik, rahang enigma itu mengeras, mata obsidiannya semakin menajam dan berkilat marah, suara langkah kakinya terdengar begitu berat, sulung Hendrick itu seperti berada dalam situasi siap tempur, menyeramkan sekali.
Graham dan Mattheo langsung melangkah maju, menempati posisi paling depan, berjaga jika Theine tiba-tiba saja mengamuk bahkan Damian dan Peter pun sudah mengambil langkah mundur, jika enigma di hadapan mereka ini mengamuk demi apa pun mereka akan langsung berlari keluar untuk kabur, menyelamatkan diri.
"Theine." Panggil Graham membuat langkah sang cucu yang sedang berjalan ke arah daddynya yaitu Hendrick seketika terhenti. Theine menoleh dengan satu alis terangkat yang dibalas dengan gelengan oleh Graham.
Sementara itu mendengar nama sang kakak, Ziel yang masih meringis karena pusing yang hebat dengan cepat menoleh, air matanya kembali mengalir deras, kedua tangannya terangkat ingin memeluk sang kakak.
"H-hiks adek mau k-kakak..."
Theine menghembuskan napas kasar dan menatap sinis anggota keluarganya, jika sudah begini tidak ada lagi yang bisa dilakukan kecuali membiarkan dirinya dan sang adik kembali berdekatan seperti semula.
See? Sudah ia katakan jika ialah yang akan keluar sebagai pemenang.
"P-pusing.... kakak h-hiks kepala adek s-sakit.." Kebiasaan si kecil jika sedang sakit pasti akan rewel seperti ini, semua yang ia rasakan pasti akan diadukan.
Sulung Hendrick itu berbalik dan melangkah mendekati tempat tidur di mana sang adik berada membuat semua anggota keluarganya menghembuskan napas lega, keributan sadis yang hampir saja terjadi tadi akan sedikit tertunda karena mereka yakin setelah ini, Theine tak akan akan lupa dan diam begitu saja, lelaki itu akan mengungkit atau jika perlu akan membuat keributan dengan ayahnya sendiri.
Tak memandang bulu jika ada orang yang membuatnya kesal, enigma itu akan membalas dengan lebih sadis lagi.
Melihat Theine yang berjalan mendekat, Stevanya dan Zelda langsung berdiri, memberikan ruang pada enigma itu untuk duduk di dekat si kecil.
Theine memegang lembut pipi Ziel memerhatikan wajah sang adik yang saat ini bersemu merah karena demam dan terlalu lama menangis, dahinya mengerut, mata belonya tertutup namun air mata masih mengalir deras.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ziel Alexander Dominic [END]✔️
Fiksi PenggemarZiel adalah candu. Tawanya Candanya Aroma tubuhnya Senyum manisnya Suara merajuknya dan Umpatannya. . . . "Ngeri bang." - Ziel "Wake up, Zainka." - Theine "Diam atau Daddy hukum." - Hendrick "Adek mau cokelat?" - Zergan "Nakal." -Damian "Tua...