Selamat sore ☆*:・
enjoy~
***
Pagi ini suasana Mansion lebih sunyi dari biasanya, di ruang makan terlihat beberapa kursi kosong yang ditinggalkan oleh pemiliknya, anggota keluarga yang mengikuti kegiatan rutin sarapan pagi tampak berkurang. Theine, Hendrick, Andreas, William dan Zergan sudah pergi meninggalkan Mansion pagi-pagi sekali bahkan saat Ziel masih terlelap dalam tidurnya.
Ziel menundukkan kepala tak berniat untuk menyantap makanan yang tersaji di depan mata membuat Stevanya menghela napas dan mendekati si kecil.
"Sayang." Stevanya mengelus pelan surai Ziel, wajah manis yang biasanya menampilkan senyum cerah itu kini terlihat bengkak dengan mata sembab. Ziel hanya diam tak berniat membalas panggilan sang mami.
"Baby tidak mau memakan bubur ini? Mau mami ganti dengan menu yang lain?"
Ziel menggeleng sama sekali tidak berniat untuk menyentuh makanan yang tersaji, bagaimana bisa ia makan dengan tenang di saat keadaan sedang kacau akibat dari ulah nakalnya, nafsu makan bungsu Dominic itu hilang, lenyap entah ke mana. Ziel melirik ke arah kursi-kursi kosong terutama kursi milik Theine, biasanya saat sarapan ia akan berada di sana, duduk di atas pangkuan sang kekasih.
Damian mengikuti arah pandang Ziel, lelaki itu menghela napas lalu berjalan mendekati sang adik, melihat kondisi adik bungsunya yang tidak baik-baik saja membuat Damian mengurungkan niatnya untuk pergi ke Perusahaan.
"Adek." Ziel mendongak, Damian bisa melihat jika mata belo itu kini terlihat meredup kehilangan binar cerianya, lelaki itu mengumpat dalam hati, mengutuk sang daddy dan ketiga saudara kandungnya yang sudah gegabah dalam bertindak.
Tanpa kata Damian membawa Ziel dalam gendongan koala dan berlalu meninggalkan ruang makan menuju halaman belakang Mansion, adiknya butuh udara dan suasana segar untuk menetralkan pikiran yang sedang berkecamuk.
"Ingin ke rumah pohon?"
Ziel memeluk erat Damian dan menyembunyikan wajah pada ceruk leher sang abang, tak lama terdengar suara isakan halus membuat Damian menghela napas.
"Menangislah hingga merasa tenang."
Setelah mendengar itu Ziel langsung menangis kencang, si kecil yang sedari tadi diam kini menangis tersedu-sedu menumpahkan semua emosinya, Damian memejamkan mata dengan tangan yang tak berhenti mengelus punggung sang adik yang bergetar hebat.
"Jangan takut, abang ada di sini."
15 menit berlalu tangisan Ziel perlahan mulai mereda, kemeja yang dikenakan Damian sudah basah total karena air mata sang adik, kini kedua abang dan adik itu sedang duduk di gazebo dengan Ziel yang duduk di pangkuan sang abang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ziel Alexander Dominic [END]✔️
FanficZiel adalah candu. Tawanya Candanya Aroma tubuhnya Senyum manisnya Suara merajuknya dan Umpatannya. . . . "Ngeri bang." - Ziel "Wake up, Zainka." - Theine "Diam atau Daddy hukum." - Hendrick "Adek mau cokelat?" - Zergan "Nakal." -Damian "Tua...