Selamat siang☆*:・
enjoy~
***
Baru dua hari terlewati dari hari di mana Ziel diajak oleh Damian pergi ke taman hiburan kini terjadi perubahan drastis di kediaman Dominic begitu pula dengan para penghuninya, suara cempreng dan tawa riang si bungsu yang biasanya menggema dari pagi hingga malam sudah tak lagi terdengar.
Waktu menunjukkan pukul 07.00 terlihat Ziel membuka pintu kamar untuk turun melakukan sarapan pagi dan di saat yang bersamaan dari kamar sebelah sang kakak sulung juga baru keluar dari kamar. Ziel terkesiap, bungsu Dominic itu menghela napas mencoba memberanikan diri untuk menegur, si kecil sudah tidak tahan dengan suasana canggung yang terjadi.
"Kakak."
Sama seperti respon yang sang daddy berikan semalam, Theine juga berlalu begitu saja tanpa menoleh seolah-olah kehadiran sang adik sama sekali tak terlihat namun Ziel tak menyerah, si kecil dengan cepat berlari dan berdiri tepat di depan sang enigma.
"Kakak..."
Ziel memandang sayu dan saat ia melangkah maju untuk mendekati sang kakak, Theine justru menghindar dengan mundur beberapa langkah lalu berlalu melewati tubuh kecil Ziel namun sebelum benar-benar pergi enigma itu sempat mengucapkan satu kata yang membuat si kecil terguncang.
"Pengganggu."
Ziel syok dan untuk beberapa detik berdiri kaku terdiam di tempat hingga suara lift menyadarkan bungsu Dominic itu untuk kembali ke alam nyata.
"NO! Kakak! Kakak dengerin adek dulu!"
Theine tetap berjalan masuk ke dalam lift, suara teriakan Ziel ia abaikan, enigma itu sama sekali tidak menoleh atau berhenti. Melihat sang kakak yang sudah masuk ke dalam lift membuat Ziel langsung berlari ke arah tangga namun belum sempat turun seseorang menahan Ziel dan menarik tubuh kecil itu dalam pelukan erat.
"Jangan melakukan hal bodoh."
Damian, lelaki itu sedari tadi sudah ada di sana dan melihat semuanya, tangan besar Damian mengelus punggung sang adik yang bergetar hebat, sama seperti dua hari yang lalu Ziel menyembunyikan kepala pada bahu sang abang dan menangis sejadi-jadinya.
Damian menghela napas dan semakin memeluk erat Ziel, mencoba memberikan kekuatan pada adik bungsunya yang sedang rapuh. Ziel mencengkeram erat kemeja yang sedang dikenakan oleh Damian.
"Maaf... adek minta maaf...."
Damian mengepalkan tangan, sejak dua hari yang lalu setiap merasa terguncang adik bungsunya ini akan mulai meracau tak jelas sambil terus-menerus mengucapkan maaf, malam tadi adalah yang terparah sang adik tiba-tiba saja menangis kencang dan menarik rambutnya sendiri, isakan lirih terus menerus keluar dari mulutnya dengan tubuh yang bergetar hebat bahkan untuk menenangkan si bungsu, Henry terpaksa menyuntikkan obat penenang dengan dosis rendah yang membuat si kecil perlahan tenang dan tertidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ziel Alexander Dominic [END]✔️
FanfictionZiel adalah candu. Tawanya Candanya Aroma tubuhnya Senyum manisnya Suara merajuknya dan Umpatannya. . . . "Ngeri bang." - Ziel "Wake up, Zainka." - Theine "Diam atau Daddy hukum." - Hendrick "Adek mau cokelat?" - Zergan "Nakal." -Damian "Tua...